Saran KESIMPULAN DAN SARAN

Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet Studi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009 tersebut merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari perjanjian kredit dengan tanpa adanya kuasa-kuasa tersebut maka perjanjian ini tidak akan dibuat. 3. Grosse Akta Pengakuan Hutang belum memberikan kepastian hukum kepada kreditur untuk melaksanakan eksekusi objek jaminan. Sebelum melakukan eksekusi kreditur harus meminta terlebih dahulu suatu putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap untuk melakukan eksekusi melalui suatu gugatan ke Pengadilan Negeri. Dasar hukum melakukan gugatan tersebut ke pengadilan dapat berdasarkan grosse akta pengakuan hutang. Namun dalam hal gugatan tersebut, debitur dapat mengajukan perlawanan terhadap gugatan kreditur agar eksekusi dibatalkan ataupun ditangguhkan.

B. Saran

1. Hendaknya para notaris, bank dan masyarakat yang akan meminta kredit debitur duduk bersama untuk merumuskan akta pengakuan hutang sehingga terdapat keseragaman mengenai akta pengakuan hutang tersebut. Maka dengan demikian dapat menghapus permasalahan seputar grosse akta dalam kaitan dengan perjanjian kredit yang sampai saat ini masih terjadi. 2. Hendaknya ada pemahaman yang seragam tentang pembuatan Grosse Akta Notaris di kalangan para notaris dan para hakim, diperlukan segera Petunjuk Pelaksanaan JukLak dan Petunjuk Teknis JukNis dari Mahkamah Agung bersama-sama dengan Departemen Hukum dan Hak Azasi Manusia tentang penerbitan Grosse Akte Notaris, supaya praktisi hukum dan masyarakat pengguna jasa notaris dapat memperoleh pelayanan jasa hukum pembuatan Grosse Akte Notaris. Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet Studi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009 Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet Studi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009 3. Untuk menghindari suatu sengketa dalam penyelesaian perkara hutang piutang hendaknya para pihak yakni kreditur dan debitur dapat membuat Akta Perdamaian dading berdasarkan pasal 1851 KUHPerdata yang dibuat secara tertulis dihadapan Notaris. Karena perdamaian merupakan salah satu jalan keluar bagi para pihak yang sedang berada dalam suatu masalah hutang piutang. Akta perdamaian yang dibuat oleh kreditur dan debitur merupakan suatu kesepakatan dalam hal penjualan barang jaminan secara damai yang dilakukan dengan dua jalan yaitu secara lelang dan dengan cara penjualan di bawah tangan. Dan jika sudah berwujud sengketa yang sudah terjadi atau sudah sampai di pengadilan maka kreditur dan debitur dapat membuat putusan perdamaian yang meminta pengadilan hakim untuk mengukuhkan persetujuan tersebut, untuk diputuskan menjadi putusan pengadilan dimana persetujuan tidak boleh menyimpang dari pokok sengketa tersebut. Putusan perdamaian merupakan putusan pengadilan yang mengakhiri sengketa yang terjadi antara kedua belah pihak. Dalam hal ini peran dan fungsi pengadilan negeri dapat bertindak sebagai mediator, sangat penting memfasilitasi para pihak yang berperkara untuk berdamai melalui sistem mediasi. Pengadilan atau hakim menjatuhkan putusan dengan isi persetujuan perdamaian dengan Diktum Amar : ”Menghukum para pihak untuk menaati dan melaksanakan Isi Persetujuan Perdamaian”. Dasar hukum putusan perdamaian berdasarkan pasal 1851 KUHPerdata jo Pasal 130 HIR dan Pasal 154 RBG. Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet Studi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009 DAFTAR PUSTAKA

A. Buku-Buku Badrulzaman, Mariam Darus, Mencari Sistem Hukum Benda Nasional, Bandung: