Eksekusi Pembayaran Sejumlah Uang

Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet Studi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009 orang yang dihukum serta keluarganya dan segala barang kepunyaannya”. 104 Dari pasal-pasal tersebut di atas yang mengatur eksekusi riil, tidak ada perbedaan, artinya kedua pasal tersebut sama-sama mengatur mengenai tata cara dalam pelaksanaan eksekusi riil. Inilah yang diperlukan dan merupakan landasan dalam praktek peradilan dalam melaksanakan eksekusi riil. Dan tata cara sebagaimana dimaksud dalam pasal-pasal tersebut diatas sudah merupakan dan dianggap sebagai aturan formal dalam menjalankan eksekusi riil tentang pengosongan, pembongkaran maupun melakukan atau tidak melakukan. 105

b. Eksekusi Pembayaran Sejumlah Uang

Dalam eksekusi pembayaran sejumlah uang, pihak yang dikalahkan wajib membayar dengan sejumlah uang kepada pihak penggugat sesuai dengan jumlah yang disebutkan dalam amar putusan. Pasal 196 HIR207 RBg, menyatakan bahwa : “ Jika pihak yang dikalahkan tidak mau atau lalai untuk memenuhi isi putusan itu dengan kemauannya sendiri, maka pihak yang dimenangkan dapat memasukkan permintaan baik dengan lisan maupun dengan surat kepada Ketua Pengadilan Negeri untuk menjalankan putusan itu. Ketua menyuruh memanggil pihak yang dikalahkan itu serta memperingatkan supaya ia memenuhi putusan itu dalam tempo yang ditentukan oleh Ketua, selama- lamanya 8 hari “. Pasal tersebut merupakan tata cara yang harus dilakukan dalam pelaksanaan eksekusi pembayaran sejumlah uang. Apabila keputusan pengadilan telah mempunyai 104 Retnowulan Sutantio dan Iskandar Oeripkartawinata, op. cit, hal. 129 105 M. Yahya Harahap, ibid, hal. 27 Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet Studi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009 kekuatan hukum yang tetap, maka pihak yang kalah harus melaksanakan isi putusan tersebut dengan sukarela. Namun apabila pihak yang kalah tidak melakukan putusan tersebut, maka terbukalah kewenangan pengadilan menjalankan putusan secara paksa melalui eksekusi. 106 Dalam menjalankan putusan tersebut hakim terlebih dahulu akan memberikan perintah kepada yang kalah untuk memenuhi putusan tersebut dalam waktu yang telah ditentukan dalam undang-undang yaitu paling lama 8 delapan hari sejak putusan tersebut dikeluarkan. Atau dengan kata lain hakim akan melakukan peringatan aanmaning kepada pihak yang kalah, namun apabila pihak yang kalah 107 Eksekusi tersebut dilakukan atas perintah Ketua Pengadilan terhadap barang- barang milik pihak tereksekusi yaitu barang-barang bergerak maupun barang-barang yang tidak bergerak. Jadi barang-barang yang disita tersebut nantinya akan dijual melalui lelang dan dipergunakan untuk membayar sejumlah uang yang telah disebutkan dalam putusan hakim berikut ongkos-ongkos yang dikeluarkan dalam menjalankan putusan tersebut. Sita inilah yang dinamakan Sita Eksekusi Executorial Beslag. Jadi sita eksekusi dalam hal ini merupakan penyitaan kekayaan tergugat setelah dilaluinya tenggang masa peringatan, yang dimaksudkan sebagai jaminan tidak memenuhi peringatan tersebut, maka perintah untuk melaksanakan eksekusi akan dikeluarkan oleh hakim. 106 Ibid . hal.59 107 M. Yahya Harahap, op.cit, hal.37. Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet Studi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009 jumlah uang yang harus dibayarkan kepada pihak penggugat dengan cara menjual melalui lelang barang-barang milik tergugat yang telah disita tersebut. Uraian di atas memberikan pengertian bahwa dalam menjalankan putusan, putusan tersebut harus merupakan suatu putusan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. Dan apabila putusan tersebut belum mempunyai kekuatan hukum tetap, maka akan ada kemungkinan bagi pihak yang tereksekusi untuk melakukan upaya- upaya hukum seperti perlawanan, banding maupun kasasi. Sehingga dengan adanya upaya-upaya hukum tersebut memberikan peluang untuk dibatalkannya putusan tersebut, hal inilah yang menjadi kendala dan dapat merugikan pihak tergugat. Dalam pelaksanaan eksekusi tidak jarang pihak penggugat kreditor mengalami hambatankesulitan. Untuk itu dalam pelaksanaannya haruslah dibuktikan dengan adanya putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap yang dibuat dalam bentuk eksekutorial. Atau harus berdasarkan suatu akta yang berbentuk notaril yang sifatnya eksekutorial grosse akta, karena berdasarkan undang-undang suatu grosse akta memiliki sifat dan bentuk yang sama dengan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap karena dalam grosse akta dijumpai irah-irah ”DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA” jadi sama dengan putusan pengadilan. D. Eksekusi Jaminan Kredit Berdasarkan Grosse Akta Pengakuan Hutang Dari sudut pandang perbankan, upaya yang ditempuh oleh bank apabila kredit yang diberikan tersebut mengalami masalah atau tergolong dalam kredit bermasalah, Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet Studi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009 maka dalam hal ini bank perlu melakukan penyelamatan rescue sehingga tidak menimbulkan kerugian. Penyelamatan yang dilakukan dengan memberikan keringanan jangka waktu atau angsuran terutama bagi kredit terkena musibah atau melakukan penyitaan bagi kredit yang sengaja lalai untuk membayar. 108 a. Rescheduling penjadwalan kembali, Memperpanjang jangka waktu kredit sehingga debitur mempunyai waktu lebih longgar untuk mencari penyelesaiaan yang lebih menguntungkan, atau dengan cara memperpanjang jangka waktu angsuran sehingga angsuran menjadi lebih ringan sesuai dengan kemampuannya. Upaya penyelesaian terhadap kredit bermasalah dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu negosiasi dan litigasi. Penyelesaian melalui negosiasi, artinya kredit yang tadinya bermasalah atau macet diadakan kesepakatan baru sehingga terhindar dari masalah. Bentuk negosiasi penyelamatan kredit bermasalah dapat ditempuh sebagai berikut: b. Reconditioning mengubah persyaratan 1 Kapitalisasi bunga yakni dengan cara bunga dijadikan hutang pokok 2 Penundaan pembayaran bunga sampai waktu tertentu maksudnya bunga yang dapat ditunda pembayarannya, sedangkan pokok pinjaman tetap harus dibayar 3 Penurunan suku bunga agar meringankan beban debitur. Misalnya: bunga pertahun 18 di turunkan menjadi 16 pertahun dan tergantung pertimbangan bank bersangkutan. Akibatnya berpengaruh kepada jumlah angsuran semakin mengecil sehingga meringankan debitur 4 Pembebasan bunga diberikan kepada debitur yang tidak mampu lagi membayar kredit, akan tetapi wajib bagi debitur membayar pokok pinjaman sampai lunas. c. Restructuring penataan kembali Tindakan menambah fasilitas kredit bagi debitur atau dengan cara menambah equity modal sendiri yaitu dengan menyetor fresh money, 108 Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2003, hal 241 Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet Studi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009 akan tetapi ini biasanya gagal karena banyak pemilik perusahaan yang tidak mampu. Bank Indonesia telah mengeluarkan peraturan khusus, yakni Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 31150KEPDIR tanggal 12 Nopember 1998 yakni upaya yang dilakukan bank dalam kegiatan usaha perkreditan agar debitur dapat memenuhi kewajibannya ini dilakukan melalui tindakan sebagai berikut: 1 Penurunan suku bunga kredit 2 Pengurangan tunggakan bunga kredit 3 Pengurangan tunggakan pokok kredit 4 Perpanjangan jangka waktu kredit 5 Penambahan fasilitas kredit 6 Pengambilalihan asset debitur sesuai dengan ketentuan yang berlaku 7 Konversi kredit menjadi penyertaan modal sementara pada perusahaan debitur. Restrukturisasi kredit hanya dapat dilakukan terhadap debitur yang masih memiliki prospek usaha yang baik dan pada saat itu diperkirakan akan mengalami kesulitan melakukan pembayaran pokok dan bunga kredit. Setelah dilakukan upaya penyelamatan kredit dengan cara yang telah disebutkan di atas, ternyata tidak diperoleh hasil yang diharapkan, maka kreditur akan melakukan tindakan penagihan kepada debitur yang bersangkutan, baik secara tertulis maupun dengan kontak langsung dengan debitur. Namun ada juga ditempuh penyelesaian di luar jalur hukum, penagihan kredit macet dengan menggunakan jasa debt collector, yaitu orang atau badan yang tidak berwenang menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. 1. Penyelesaian secara litigasi, penyelesaian kredit terhadap debitur seperti ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet Studi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009 a. Mengajukan gugatan ke pengadilan negeri sesuai dengan ketentuan hukum acara perdata, atau permohonan eksekusi grosse akta b. Penyelesaian melalui panitia urusan piutang negara khusus bagi kredit yang menyangkut kekayaan negara 109 Kemudahan pelaksanaan eksekusi dilakukan dengan mencantumkan irah-irah “Demi Keadilan Berdasarkan KeTuhanan Yang Maha Esa”. 110 Dikatakan bermasalah apabila pada bulan yang bersangkutan, debitur tidak melaksanakan kewajibannya untuk membayar cicilan hutangnya pada bulan yang bersangkutan sehingga harus diingatkan oleh pihak bank selaku kreditur. Apabila pada bulan berikutnya tetap terjadi tunggakan, maka kreditur memberikan surat peringatan yang pertama SP-1, dengan kata lain surat peringatan yang pertama ini diberikan apabila debitur selama dua bulan berturut-turut tidak melaksanakan kewajibannya untuk membayar cicilan. Selanjutnya jika pada bulan berikutnya juga tidak ada tanggapan dari debitur maka kreditur memberikan surat peringatan yang kedua SP-2. Kemudian apabila tidak ada tanggapan juga maka diberikan surat peringatan yang ketiga SP-3, tetap juga tidak ada tanggapan maka kreditur Dengan title eksekutorial ini menimbulkan konsekuensi yuridis bahwa akta pengakuan hutang mempunyai kekuatan yang sama dengan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Selain melalui title eksekutorial, dapat juga dilakukan dengan cara melelang secara umum dan di bawah tangan. 109 Majalah, Lembaga Keuangan Bank, hal. 71-72 110 Tan Kamelo, op cit, hal 170 Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet Studi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009 memberikan surat teguran sommatie yang dibuat oleh pengacara untuk selanjutnya dibawa ke pengadilan. Pada saat SP-1 diberikan biasanya pihak bank berusaha melakukan pendekatan, untuk mengetahui apa yang menyebabkan debitur tidak dapat melaksanakan kewajibannya dan akan diketahui bagaimana itikad debitur untuk melaksanakan kewajibannya. Yang terjadi selama ini adalah pinjaman yang bermasalah tidak pernah sampai ke pengadilan, Karena dengan adanya pendekatan yang dilakukan oleh pihak kreditur serta keterbukaan dari pihak debitur, maka biasanya dicari jalan keluar yang disepakati oleh kedua belah pihak. Misalnya dengan mengurangi atau bahkan menghapuskan beban bunga yang harus dibayar oleh debitur, ada juga yang diberikan perpanjangan waktu dalam pembayaran cicilan, selain itu ada juga dengan menjual benda yang dijadikan jaminan atas persetujuan kedua belah pihak. Mengenai eksekusi terhadap jaminan yang diikat dengan Akta Pengakuan Hutang tidak dapat dilakukan secara serta merta. Bank hanya dapat mengeksekusi objek jaminan yaitu apabila jaminan kredit tersebut diikat dengan Hak Tanggungan atau melalui Fidusia. Eksekusi dengan berdasarkan akta pengakuan hutang tidak dapat dilakukan karena harus melalui putusan pengadilan negeri. Akta pengakuan hutang hanya dipergunakan sebagai bukti berhutang dari debitur kepada kreditur. 111 Dalam hal sebagai pejabat umum pembuat akta otentik, notaris tidak mempunyai tanggung jawab terhadap Akta Pengakuan Hutang yang dibuatnya dalam 111 Hasil wawancara dengan Bapak Ardiman Zebua Staf Legal PT. Bank Century, pada tanggal 5 Juni 2009 Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet Studi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009 hal debitur wanprestasi. Notaris hanya sebatas membuat akta notaris tersebut sebagai pengikatan hutang antara kreditur dengan debitur. 112

BAB III PERLINDUNGAN TERHADAP KREDITUR DENGAN MEMAKAI

GROSSE AKTA PENGAKUAN HUTANG

A. Perlindungan Hukum Grosse Akta Kepada Kreditur

Pada dasarnya grosse suatu akta merupakan suatu salinan dari akta notaris yang mempunyai title eksekutorial, yakni kekuatan yang sama dengan putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap. Perbedaannya ialah terletak pada adanya irah-irah ”Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa” pada kepala suatu grosse akta. 112 Hasil wawancara dengan Notaris Tringani Tarigan, pada tanggal 3 Juni 2009