Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet Studi Di Kota Medan, 2009.
USU Repository © 2009
Dari asas ini dapat ditarik kesimpulan bahwa di dalam perjanjian terkandung suatu asas kekuatan mengikat. Terikatnya para pihak pada apa yang
diperjanjikan, dan juga terhadap beberapa unsur lain sepanjang dikehendaki oleh kebiasaan dan kepatutan, dan kebiasaan akan mengikat para pihak.
10. Asas persamaan hak
Asas ini menempatkan para pihak di dalam persamaan derajat, tidak ada perbedaan, walaupun ada perbedaan kulit, bangsa, kepercayaan, kekuasaan,
jabatan, dan lain-lain. Masing-masing pihak wajib melihat adanya persamaan ini dan mengharuskan kedua pihak untuk menghormati satu sama lain sebagai
manusia ciptaan Tuhan.
83
Dalam praktek perbankan modern hubungan hukum dalam kredit tidak lagi semata-mata hanya berbentuk perjanjian pinjam meminjam tetapi sudah ada bentuk
perjanjian yang lain seperti bentuk perjanjian pemberian kuasa. Dalam Praktek bentuk dan materi perjanjian kredit antara suatu bank dengan bank yang lainnya tidak
sama, hal ini terjadi dalam rangka menyesuaikan diri dengan kebutuhannya masing-
2. Perjanjian Kredit Dengan Jaminan
Pengertian perjanjian kredit menurut hukum perdata merupakan salah satu dari bentuk perjanjian pinjam meminjam yang diatur dalam Pasal 1754-1769 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata.
83
Ibid, hal. 42.
Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet Studi Di Kota Medan, 2009.
USU Repository © 2009
masing, dengan demikian perjanjian kredit tersebut tidak mempunyai bentuk yang berlaku umum.
Asas utama dari perjanjian kredit adalah asas kebebasan berkontrak, dalam perkembangannya asas ini mendapat pengaruh dari peraturan ekonomi yang memuat
ketentuan yang bersifat memaksa yang ditunjukan untuk menyeimbangkan kemampuan pihak-pihak pelaku ekonomi secara lebih adil dalam rangka pelaksanaan
pembangunan nasional yang berdasarkan asas pemerataan. Kredit berasal dari kata latin “creditum atau “credo”, dan bahasa Yunani
“credere”, yang artinya percaya, kepercayaan truth or faith. Oleh karena itu dasar dari kredit ialah kepercayaan, yang mana seseorang penerima kredit akan memenuhi
segala sesuatu yang telah diperjanjikan terlebih dahulu di dalam perjanjian kredit. Dalam dunia bisnis kredit juga mempunyai banyak arti, salah satunya adalah
kredit dalam arti seperti kredit yang diberikan oleh suatu bank kepada nasabahnya. Dalam dunia bisnis pada umumnya, kata “kredit” diartikan sebagai “kesanggupan
akan meminjam uang atau kesanggupan akan mengadakan transaksi dagang atau memperoleh penyerahan barang atau jasa, dengan perjanjian akan membayar
kelak.”
84
Dalam pemberian kredit, bank wajib mempunyai keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi hutangnya sesuai dengan yang dipinjamnya.
Pada hakekatnya pemberian kredit didasarkan atas kepercayaan yang berarti bahwa
84
Munir Fuady, Hukum Perkreditan Kontemporer, Bandung : Citra Aditya Bakti : 2002, hal. 5-6.
Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet Studi Di Kota Medan, 2009.
USU Repository © 2009
pemberian kredit adalah pemberian kepercayaan oleh bank sebagai pemberi dana, dimana prestasi yang diberikan benar-benar sudah diyakini akan dapat dibayar
kembali oleh si penerima kredit sesuai dengan syarat-syarat yang telah disepakati bersama dalam perjanjian kredit.
Pada Pasal 1 angka 11 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 dikatakan bahwa:
Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam
antara bank dengan pihak lain, yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
M. Jakile mengemukakan bahwa “kredit adalah suatu ukuran kemampuan dari seseorang untuk mendapatkan sesuatu yang bernilai ekonomis sebagai ganti dari
perjanjian umtuk membayar kembali hutangnya pada tanggal tertentu.”
85
Menurut Thomas Suyanto, “Kredit adalah merupakan suatu penundaan pembayaran dari prestasi yang diberikan sekarang, dimana prestasi tersebut pada
dasarnya akan berbentuk nilai uang.”
86
Seorang nasabah yang mendapat kredit dari bank adalah seseorang yang mendapat kepercayaan dari bank. Dalam pengertian kredit yang diatur dalam
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, dinyatakan bahwa dalam pengertian kredit tersebut terkandung perkataan perjanjian pinjam-meminjam sebagai
85
Mariam Darus Badrulzaman, Beberapa Masalah Hukum Dalam Perjanjian Kredit Bank Dengan Jaminan Hypotek Serta Hambatan –hambatannya Dalam Praktek, Bandung : Alumni :
1978, hal. 21-22.
86
Muhammad Djumhana, Op.cit, hal. 368.
Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet Studi Di Kota Medan, 2009.
USU Repository © 2009
dasar diadakannya perjanjian kredit, atas dasar itu pula dapat dikatakan bahwa kredit adalah suatu perjanjian yang lahir dari persetujuan.
Perjanjian kredit menurut hukum perdata adalah suatu perjanjian pinjam- meminjam sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata pada
Pasal 1754-1769. Dengan demikian perbuatan suatu perjanjian kredit dapat berdasarkan ketentuan-ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tetapi dapat
pula berdasarkan kesepakatan para pihak, artinya dalam hal ketentuan yang memaksa maka harus sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata, sedangkan dalam hal tertentu yang tidak memaksa diserahkan kepada para pihak.
Pada Pasal 1754 Undang-Undang Hukum Perdata dinyatakan bahwa: “ Pinjam- meminjam ialah persetujuan dengan mana pihak yang satu memberikan kepada pihak
yang lain suatu jumlah tertentu barang-barang yang menghabiskan karena pemakaian, dengan syarat bahwa pihak yang belakangan ini akan mengembalikan sejumlah yang
sama dari macam dan keadaan yang sama pula”. Dalam hal ini maka dalam bentuk apapun juga pemberian kredit diadakan pada
hakekatnya yang terjadi adalah suatu perjanjian pinjam-meminjam sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 1754-1769. Sebagai suatu
perjanjian maka perjanjian kredit itu tidak terlepas dari Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Undang-Undang Perbankan dan Undang-Undang Jaminan Fidusia.
Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet Studi Di Kota Medan, 2009.
USU Repository © 2009
Perjanjian kredit tersebut merupakan perjanjian pendahuluan voorovereenahkomst dalam hal ini tentunya yang dimaksud adalah perjanjian
pendahuluan dari penyerahan uang.
87
Dikutip dari Apeldoorn, L. V. inleidinhot de studie van het nederlandse recht, cetakan kesebelas dengan tinjauan ulang, Tjeenk Willen, Zwolle, 1952 hal 165 noot
1, “tindakan-tindakan yang menimbulkan akibat hukum dan akibat hukum tersebut memang dikehendaki pelakupara pelaku atau dianggap dikehendaki oleh iamereka
yang melakukan tindakan hukum.” Dimana apabila kedua belah pihak telah
mufakat mengenai semua unsur-unsur dalam perjanjian pinjam mengganti ini, maka tidak berarti bahwa perjanjian tentang pinjam mengganti akan telah terjadi, perjanjian
tersebut bersifat konsensuil obligator yaitu bila uangnya telah diserahkan bersifat riil kepada peminjam, maka lahirlah perjanjian pinjam-mengganti.
88
Menurut Ch.Gatot Wardoyo, dalam tulisannya mengenai sekitar klausul- klausul perjanjian kredit bank. Perjanjian kredit mempunyai beberapa fungsi, yaitu
diantaranya:
89
1. Perjanjian kredit berfungsi sebagai perjanjian pokok, artinya perjanjian
kredit merupakan sesuatu yang menentukan batal atau tidak batalnya perjanjian lain yang mengikutinya, misalnya perjanjian pengikatan jaminan.
87
Mariam Darus Badrulzaman, Perjanjian Kredit Bank, Bandung : Citra Aditya : 1991, hal.23.
88
Johannes Ibrahim, Bank Sebagai Lembaga Intermediasi Dalam Hukum Positif, Bandung : Utomo: 2004 , hal. 107.
89
Muhammad Djumhana, ibid, hal. 388.
Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet Studi Di Kota Medan, 2009.
USU Repository © 2009
2. Perjanjian kredit berfungsi sebagai alat bukti mengenai batasan-batasan hak
dan kewajiban antara kreditur dan debitur. 3.
Perjanjian kredit berfungsi sebagai alat untuk melaksanakan monitoring kredit.
Dalam pelaksanaannya, pengertian perjanjian kredit selalu dikaitkan dengan bentuk perjanjian. Bentuk dan materi perjanjian kredit antara satu bank dengan bank
yang lainnya tidaklah sama karena harus disesuaikan dengan kebutuhannya masing- masing. Jadi dapat dikatakan bahwa perjanjian kredit tersebut belum mempunyai
bentuk yang tetap, hanya saja dalam prakteknya banyak hal yang biasanya dicantumkan dalam perjanjian kredit, misalnya definisi istilah-istilah yang akan
dipakai dalam perjanjian ini terutama dalam perjanjian dengan pihak asing, jumlah dan batas waktu pinjaman, serta pembayaran pinjaman, penetapan suku bunga
pinjaman dan denda bila debitur lalai membayar. Selain itu, si peminjam diminta memberikan pandangan atau gambaran
representations, jaminan warranties dan janji untuk tidak melakukan sesuatu convenants. Yang dimakasud dengan pandangan atau gambaran adalah keterangan-
keterangan yang diberikan oleh debitur guna memproses pemberian kredit. Jaminan dapat diartikan sebagai suatu janji, misalnya janji bahwa debitur akan melindungi
kekayaan perusahaannya yang telah dijadikan jaminan untuk mendapatkan kredit tersebut. Janji untuk tidak melakukan sesuatu, misalnya janji bahwa debitur tidak
akan melakukan penggabungan merger dengan perusahaan lain atau menjual
Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet Studi Di Kota Medan, 2009.
USU Repository © 2009
seluruhnya maupun sebagian asetnya tanpa seizin kreditur. Walaupun bentuk dan materi perjanjian kredit belum mempunyai bentuk yang tetap, tapi materi perjanjian
kredit itu haruslah lahir dari kesepakatan kedua belah pihak. Perjanjian kredit perlu mendapatkan perhatian khusus, baik oleh bank sebagai
kreditur maupun oleh nasabah sebagai debitur, karena perjanjian kredit mempunyai fungsi yang sangat penting dalam pemberian kredit. Pada awal perkembangannya
fungsi perjanjian kredit adalah untuk merangsang kedua belah pihak untuk saling menolong untuk tujuan pencapaian kebutuhan baik dalam bidang usaha maupun
kebutuhan sehari-hari. Pihak yang mendapat kredit harus dapat menunjukkan prestasi yang lebih tinggi berupa kemajuan-kemajuan pada usahanya atau mendapatkan
pemenuhan akan kebutuhannya. Adapun bagi pihak yang memberikan kredit, secara material dia harus mendapatkan rentabilitas berdasarkan perhitungan yang wajar dari
modal yang dijadikan objek kredit atau jaminan, dan secara spiritual mendapat kepuasan dengan dapat membantu pihak lain untuk mencapai kemajuan. Suatu kredit
mencapai fungsinya apabila secara sosial ekonomis baik bagi debitur, kreditur maupun masyarakat membawa pengaruh kepada tahapan yang lebih baik, maksudnya
baik bagi pihak debitur maupun kreditur mendapat kemajuan. Kemajuan tersebut dapat tergambarkan apabila mereka mendapat kemajuan. Kemajuan tersebut dapat
tergambarkan apabila mereka memperoleh keuntungan juga mengalami peningkatan kesejahteraan dan masyarakat atau negara mengalami suatu penambahan dari
penerimaan pajak, juga kemajuan ekonomi yang bersifat mikro maupun makro. Dari
Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet Studi Di Kota Medan, 2009.
USU Repository © 2009
manfaat nyata dan manfaat yang diharapkan maka sekarang ini kredit dalam kehidupan perekonomian dan perdagangan mempunyai fungsi:
90
a. Meningkatkan daya guna uang;
b. Meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang;
c. Meningkatkan daya guna dan peredaran barang;
d. Salah satu alat stabilitas ekonomi;
e. Meningkatkan kegairahan berusaha;
f. Meningkatkan pemerataan pendapatan;
g. Meningkatkan hubungan internasional.
Dalam literatur terdapat berbagai versi pendapat tentang perjanjian kredit tersebut, yaitu sebagai berikut:
91
1. Menurut Windscheid, bahwa perjanjian kredit merupakan perjanjian dengan
syarat tangguh. Dalam hal ini, pemenuhan syarat tangguh itu semata-mata bergantung pada si peminjam debitur apakah dia mau mengambil kreditnya
atau tidak. 2.
Menurut Goudeket, bahwa perjanjian kredit pinjam uang bukan perjanjian riil. Tetapi merupakan perjanjian yang bersifat “konsensual”, “obligatoir”, dan
bersifat “timbal balik”. 3.
Menurut Losecaat Vermeer, bahwa perjanjian kredit ada dua macam perjanjian. Yaitu perjanjian untuk meminjamkan uang, dimana setelah uang
90
Thomas Suyatno, Dasar-dasar Perkreditan, Cetakan Ketiga, Jakarta : Gramedia, 1990, hal.12-13.
91
Munir Fuady, ibid, hal. 63.
Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet Studi Di Kota Medan, 2009.
USU Repository © 2009
itu diserahkan, maka perjanjian tersebut berubah wujud menjadi perjanjian uang.
4. Menurut Asser-Kleyn, bahwa dalam hal ini sebuah perjanjian kredit terdapat
dua buah perjanjian, yakni perjanjian pendahuluan yang merupakan perjanjian kredit, dan satu lagi adalah perjanjian pinjam uang.
Menurut Mariam Darus Badrulzaman, perjanjian kredit adalah perjanjian pokok prinsipal yang bersifat riil. Sebagai perjanjian principal, maka perjanjian
jaminannya adalah asesoirnya, yang ada dan berakhirnya perjanjian bergantung pada perjanjian pokok. Arti riil ialah bahwa terjadinya perjanjian kredit ditentukan oleh
penyerahan uang oleh bank kepada nasabah.
92
Perjanjian kredit bank adalah perjanjian pendahuluan dari penyerahan uang. Perjanjian pendahuluan ini bersifat konsensual, obligatoir, sedangkan penyerahan
uangnya sendiri adalah bersifat riil. Pada saat penyerahan uang dilakukan barulah ketentuan yang dituangkan dalam model perjanjian kredit kedua belah pihak.
93
B. Wanprestasi Dalam Perjanjian