Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet Studi Di Kota Medan, 2009.
USU Repository © 2009
yang bertujuan untuk memperkokoh perlindungan hukum terhadap pihak kreditur. Artinya terhadap perjanjian pokok hutang atau kredit pihak debitur
rela mengikat dari kepada pihak kreditur dengan ikatan tambahan, yaitu pihak debitur memberi barangbenda sebagai jaminan khusus kepada kreditur. Sifat
ikatan tambahan pemberian barang jaminan tersebut memberi hak kepada pihak kreditur kedudukan bahwa barang jaminan dapat langsung dimintakan
eksekusinya tanpa melalui proses gugatan biasa apabila pihak debitur melakukan wanprestasi.
154
Dalam pasal 224 HIR258 RBg mengandung ketentuan sebagai berikut:
3. Bentuk Dan Syarat-Syarat Grosse Akta
Grosse akta adalah salah satu akta notaris yang mempunyai sifat dan karakteristik yang khusus bila dibanding dengan akta otentik lainnya. Dalam
menghadapi masalah debitur yang ingkar janji wanprestasi akta otentik yang bukan grosse akta hanya berfungsi sebagai alat bukti yang kuat, sedangkan grosse akta
selain sebagai alat bukti yang kuat juga mempunyai kekuatan eksekutorial sehingga grosse akta lebih menghemat waktu, biaya dan menimbulkan kepastian hukum.
155
a. Ada dua bentuk grosse akta yaitu grosse akta hipotik grosse acta van hypotheek dan grosse akta pengakuan hutang notarieele schuldbrieven.
154
M. Yahya Harahap, Segi-Segi Hukum Perjanjian, Bandung: Alumni, 1986, hal. 60. Pengertian umum wanprestasi adalah pelaksanaan kewajiban yang tidak tepat pada waktunya
atau dilakukan tidak menurut selayaknya.
155
M. Yahya Harahap, ibid, hal 198
Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet Studi Di Kota Medan, 2009.
USU Repository © 2009
b. Masing-masing grosse akta harus murni berdiri sendiri dan tidak boleh dicampur aduk.
c. Pada masing-masing bentuk grosse akta tersebut, dengan sendirinya menurut hukum telah melekat kekuatan hukum eksekusi.
Dalam kurun waktu pra Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004 telah disebutkan banyak akta-akta notaris yang diterbitkan grossenya. Sesuai dengan
kebutuhan hukum yang ada, maka setiap akta yang mengandung atau berisi kewajiban hukum antara satu pihak dengan pihak lainnya, yang secara luas dapat
diberi makna sebagai hutang, dapat diberikan kepada pihak yang berkepentingan dalam bentuk grosse akta. Dalam paradigma lama dan persepsi lama perihal grosse
akta maka dapat saja lahir akta-akta dengan label grosse akta yang tentunya diharapkan dapat mempersingkat proses acara di depan persidangan, sekaligus
menghemat waktu untuk berperkara dan sekaligus juga dapat mengurangi tumpukan atau tunggakan perkara di pengadilan. Jadi paradigma dan persepsi lama tentang
grosse akta ini dapat menyebabkan lahirnya berbagai judul akta notaris yang ber irah- irah ”Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa” sehingga memenuhi
persyaratan sebagai grosse akta menurut Pasal 224 HIR258 RBg.
156
156
Syahril Sofyan, Grosse Akta Notaris: Paradigma Baru Pasca Undang-Undang Nomor 302004 Tentang Jabatan Notaris, Makalah pelengkap dalam menempuh Kuliah dalam mata kuliah
Hukum Perbankan Pada Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan 2005, hal 30-31
Mengenai grosse akta notaris dalam UUJN diatur dalam Pasal 1 ayat 11 yang mengatakan :
Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet Studi Di Kota Medan, 2009.
USU Repository © 2009
”Grosse Akta adalah salah satu salinan akta untuk pengakuan hutang dengan kepala akta ’DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG
MAHA ESA’, yang mempunyai kekuatan eksekutorial”.
Dari uraian pasal 11 tersebut terlihat bahwa grosse akta notaris harus memiliki irah-irah DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG
MAHA ESA, dan dalam rumusan pasal itu ditentukan juga bahwa grosse akta itu memilliki kekuatan eksekutorial. Kelihatannya apa yang dilembagakan oleh pasal 224
HIR258 RBg diteruskan kelembagaannya dalam suasana kemerdekaan melalui pasal 1 ayat 11 UUJN. Sehingga tidak ada lagi keraguan bagi para penegak dan pelaksana
hukum serta bagi para pencari keadilan. Dari redaksinya ternyata bahwa yang dapat diberikan dalam bentuk grosse
akta hanyalah akta yang dibuat dalam bentuk minuta dengan judul ”pengakuan hutang” saja, jadi tidak dapat lagi diterbitkan grosse akta dari minuta akta notaris
yang menggunakan judul lain, misalnya dengan judul ”persetujuan kredit”.
157
Menurut Mahkamah Agung yang dimuat dalam Surat Keputusan Ketua Muda Mahkamah Agung No. 21322905IIUm-TuPdt, tertanggal 16 April 1985 juga
Putusan Mahkamah Agung No. 3210 KPtd1984, tanggal 30 Januari 1986 dan 1310 KPdt1985, tertanggal 30 Juli 1988, disebutkan bahwa suatu grosse akta pengakuan
hutang baru dapat dikatakan mempunyai kekuatan eksekutorial haruslah memuat syarat formal dan materil, dan surat pengakuan hutang tersebut dimaksudkan hanya
157
Syahril Sofyan, ibid, hal 45
Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet Studi Di Kota Medan, 2009.
USU Repository © 2009
untuk membuktikan hutang-piutang yang sifatnya sederhana. Adapun syarat-syarat formal tersebut adalah
158
Sedangkan untuk syarat materil, dalam grosse akta pengakuan hutang harus memuat jumlah hutang yang telah pasti atau dapat dipastikan jumlahnya
: 1. Grosse akta pengakuan hutang harus berbentuk akta notaris.
2. Di bagian atas akta memuat kata-kata ”DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”
3. Isi rumusan akta harus merupakan pernyataan sepihak dari debitur dimana perumusannya semat-mata suatu kewajiban untuk membayarmelunaskan
sejumlah hutang. 4. Pernyataan pengakuan hutang tersebut harus didasarkan pada perjanjian pokok
nya, yaitu perjanjian kredit bank. Jadi dalam hal ini notaris harus membuat 2 dua akta yaitu akta perjanjian kredit dengan segala persyaratannya dan akta
terebut tidak dikeluarkan grossenya dan akta yang kedua adalah berbentuk dan berisi pernyataan sepihak dari debitur dan inilah akta yang dikeluarkan grossenya.
5. Isi grosse akta pengakuan hutang terebut harus murni pernyataan pengakuan hutang dan tidak boleh dicampuradukkan dengan syarat-syarat perjanjian lain.
159
158
M. Yahya Harahap, Ruang Lingkup Permasalah Eksekusi Bidang Perdata, Jakarta: Gramedia, 1993, hal 198
159
Kriteria atau patokan penyebutan hutang yang pasti atau dapat dipastikan adalah: menyebutkan secara pasti seluruh jumlah hutang atau menyebutkan secara pasti jumlah hutang pokok
ditambah presentasi bunga setiap bulan dari hutang pokok dan segala macam ganti rugi yang timbul akibat kelalaian pembayaran atau mungkin juga berupa penyebutan jumlah seluruh hutang dikurangi
dengan pembayarancicilan yang dilakukan debitur selama ikatan grosse akta pengakuan hutang berjalan sampai saat eksekusi dijalankan. M. Yahya Harahap, ibid, hal 209
dengan
Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet Studi Di Kota Medan, 2009.
USU Repository © 2009
alternatif bila karena perkembangan waktu, jumlah hutang debitur tersebut berkembang atau berkurang karena adanya bunga atau karena sebagaian telah
terbayar untuk jumlah hutang debitur tersebut dapat ditunjuk rekening koran debitur yang dibuat karena adanya perjanjian kredit yang telah ditandatangani oleh debitur
dan kreditur atau dengan kata lain telah menyebut jumlah yang diakui debitur.
4. Akta Yang Dapat Dikeluarkan Grossenya