Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet Studi Di Kota Medan, 2009.
USU Repository © 2009
1. Akta pengakuan anak di luar kawin Pasal 281 KUH Perdata
2. Berita acara tentang kelalaian pejabat penyimpan hipotek Pasal 1227 KUH
Perdata. 3.
Berita acara tentang penawaran pembayaran tunai dan konsinyasi Pasal 1405 dan Pasal 1406 KUH Perdata.
4. Akta protes wesel dan cek Pasal 143 dan Pasal 218 KUHD.
5. Akta catatan sipil Pasal 4 KUH Perdata.
178
Untuk pembuatan akta-akta yang dimaksud angka 1 sampai angka 4 Notaris berwenang membuatnya bersama-sama dengan pejabat lain turut berwenang
membuatnya sedangkan yang disebut pada angka 5, Notaris tidak berwenang untuk membuatnya tetapi hanya oleh pegawai Kantor Catatan Sipil.
2. Peranan Notaris Dalam Pembuatan Akta Otentik Pemberian Kredit
Notaris sebagai pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik sejauh pembuatan akta otentik tertentu tidak dikhususkan bagi pejabat umum lainnya.
Pembuatan akta otentik ada yang diharuskan oleh peraturan perundang-undangan dalam rangka menciptakan kepastian, ketertiban dan perlindungan hukum.
Akta otentik sebagai alat bukti terkuat dan terpenuh mempunyai peranan penting dalam setiap hubungan hukum dalam kehidupan masyarakat. Melalui akta
otentik yang menentukan secara jelas hak dan kewajiban, menjamin kepastian hukum, dan sekaligus diharapkan pula dapat dihindari terjadinya sengketa.
Peranan notaris dalam hal pemberian kredit ini selain membuat akta perjanjian kredit juga untuk memastikan keaslian identitas para pihak, membacakan dan
178
R.Soegondo Notodisoerjo, Hukum Notariat Di Indonesia Suatu Penjelasan, Jakarta : Rajawali, 1982, hal. 53
Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet Studi Di Kota Medan, 2009.
USU Repository © 2009
menerangkan isi dari akta perjanjian tersebut serta menjamin kepastian tanda tangan para pihak dan saksi-saksi.
Dalam perjanjian kredit yang dibuat antara debitur dan kreditur ada perjanjian kredit yang tidak memerlukan perananketerlibatan notaris dalam pengesahan atas
akta Perjanjian Kredit, dalam artian perjanjian kredit tersebut dibuat di bawah tangan, karena kredit yang diberikan oleh kreditur kepada debitur jumlahnya tidak terlalu
besar. Namun demikian apabila kredit yang diberikan kreditur kepada debitur jumlahnya terlalu besar, maka perjanjian kredit tersebut tidak dilakukan secara di
bawah tangan dan harus memerlukan pengesahan dari Notaris atas Akta Perjanjian Kredit tersebut. Pengesahan dari Notaris atas akta Perjanjian Kredit tersebut demi
memberikan perlindungan dan kepastian hukum.
3. Pihak-pihak yang Berwenang Mengeluarkan Grosse Akta
Notaris berkewajiban membuat akta dalam bentuk minuta akta dan menyimpannya sebagai bagian dari protokol notaris, dan mengeluarkan grosse akta
berdasarkan minuta akta,
179
tetapi tidak berkewajiban untuk menyimpan minuta akta dalam hal notaris mengeluarkan akta dalam bentuk originali, seperti:
180
179
Pasal 16 ayat 1 huruf b dan c UUJN.
180
Pasal 16 ayat 2 dan ayat 3 UUJN.
a. Pembayaran uang sewa, bunga, dan pensiun; b. Penawaran pembayaran tunai;
c. Protes terhadap tidak dibayarnya atau tidak diterimanya surat berharga; d. Akta kuasa;
e. Keterangan kepemilikan; atau f. Akta lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet Studi Di Kota Medan, 2009.
USU Repository © 2009
Kewajiban menyimpan minuta akta sebagai bagian dari protokol notaris dimaksudkan untuk menjaga keotentikan suatu akta dengan menyimpan akta dalam
bentuk aslinya, sehingga apabila ada pemalsuan atau penyalahgunaan grosse akta dapat segera diketahui dengan mudah dengan mencocokkannya dengan aslinya.
Kemudian juga, grosse Akta yang dikeluarkan adalah grosse pertama, sedang berikutnya hanya dikeluarkan atas perintah pengadilan.
181
Dalam pelaksanaannya, orang yang mempunyai keinginan untuk membuat grosse akta menghadap kepada notaris dan mengutarakan keinginannya tersebut.
Notaris selaku orang yang diminta untuk membuat grosse akta berhak menolak pembuatan grosse akta yang diajukan tersebut. Hal ini dilakukan notaris apabila
grosse akta yang dimohonkan tersebut bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pada dasarnya alasan yang kuat untuk menolak
Menurut Pasal 57 UUJN, yang berwenang untuk mengeluarkan grosse akta adalah notaris. Di dalam Pasal tersebut dikatakan bahwa : Grosse Akta, Salinan Akta, Kutipan Akta Notaris, atau pengesahan surat di bawah tangan yang
dilekatkan pada akta yang disimpan dalam Protokol Notaris, hanya dapat dikeluarkan oleh Notaris yang membuatnya, Notaris Pengganti, atau pemegang Protokol Notaris yang sah.
Dari ketentuan di atas dapat diketahui bahwa yang berwenang untuk membuat grosse akta adalah notaris dan tidak ada orang lain di luar notaris yang berwenang
untuk membuat agrosse akta. Hal ini dikarenakan sifat dari grosse akta itu sendiri yang sangat istimewa dapat langsung dimintakan eksekusinya melalui permohonan
ke pengadilan tanpa melalui proses gugatan, sehingga tidak semua orang dianggap cakap untuk membuat grosse akta.
181
Penjelasan Pasal 16 ayat 1 huruf b dan c UUJN.
Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet Studi Di Kota Medan, 2009.
USU Repository © 2009
suatu pemberian jasa ialah apabila jasa yang diminta itu betentangan dengan undang- undang atau karena sifatnya tidak diterima yang dapat mengakibatkan Notaris tidak
berpihak, seperti adanya hubungan darah atau semenda dengan Notaris sendiri atau dengan suamiistrinya, salah satu pihak tidak mempunyai kemampuan bertindak
untuk melakukan perbuatan, atau hal lain yang tidak dibolehkan oleh undang- undang.
182
Mengingat tidak adanya pembatasan atau ketentuan mengenai apa yang dapat digolongkan dalam alasan yang kuat, maka beberapa ahli mencoba mengadakan
ketentuan apa yang dinamakan alasan yang kuat itu antara lain :
183
a. Apabila notaris sakit sehingga tidak dapat memberikan jasanya, jadi
berhalangan secara fisik. b.
Apabila notaris tidak ada karena cuti, jadi karena sebab yang sah. c.
Apabila notaris karena kesibukan pekerjaannya tidak dapat melayani orang lain.
d. Apabila surat-surat yang diperlukan untuk membuat suatu akta, tidak
diserahkan kepada notaris. e.
Apabila penghadap atau saksi instrumentair yang diajukan oleh penghadap, tidak dikenal oleh notaris atau tidak dapat diperkenalkan
kepadanya. f.
Apabila yang berkepentingan tidak mau membayar bea meterai yang diwajibkan.
182
Penjelasan Pasal 16 ayat 1 huruf d UUJN
183
R. Soegondo Notodisoerjo, Ibid, hal. 97-98.
Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet Studi Di Kota Medan, 2009.
USU Repository © 2009
g. Apabila karena pemberian jasa itu, notaris melanggar sumpahnya atau
melakukan perbuatan melanggar hukum. h.
Apabila pihak-pihak mengkehendaki bahwa notaris membuat akta dalam bahasa yang tidak dikuasai oleh atau apabila orang-orang yang menghadap
berbicara dengan bahasa yang tidak jelas sehingga notaris tidak mengerti apa yang dikehendaki oleh mereka.
C. Kepastian Hukum Terhadap Eksekusi Grosse Akta Pengakuan Hutang
Parate eksekusi parate executie adalah pelaksanaan dari suatu perikatan
dengan langsung tanpa melalui suatu vonnis pengadilan. Dalam Hukum Acara perdata Indonesia parate eksekusi atau eksekusi langsung terjadi apabila seorang
kreditur menjual barang-barang tertentu milik debitur tanpa mempunyai titel eksekutorial.
Menurut kamus hukum, parate eksekusi ialah pelaksanaan langsung tanpa melalui proses pengadilan, eksekusi langsung yang biasa dilakukan dalam masalah
gadai sesuai dengan ketentuan yang tercantum di dalam perjanjian.
184
Grosse akta pengakuan hutang mempunyai kekuatan eksekutorial tetapi untuk melakukan eksekusi harus berdasarkan putusan hakim Pengadilan Negeri yang telah
Parate eksekusi merupakan eksekusi langsung berdasarkan adanya grosse pada suatu akta pengakuan hutang. Dari sinilah kreditur dapat mengajukan
permohonan eksekusi ke Pengadilan Negeri bila debitur tidak dapat melunasi hutangnya pada waktu yang ditentukan tanpa melalui proses persidangan.
184
Sudarsono, Kamus Hukum, Bandung: Grafiti, 1998
Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet Studi Di Kota Medan, 2009.
USU Repository © 2009
mempunyai kekuatan hukum tetap. Permohonan untuk dilakukannya eksekusi dapat berdasarkan Akta Pengakuan Hutang tersebut. Namun pihak debitur sebagai
termohon dapat melakukan perlawanan, dimana perlawanan diajukan oleh pihak ketiga yang menguasai jamian kredit tersebut yaitu orang yang berhutang
langsung.
185
Meskipun memakai irah-irah, eksekusi tidak dapat dilakukan dengan berdasarkan akta pengakuan hutang terhadap harta debitur yang dijadikan sebagai
jaminan. Eksekusi tetap dilakukan harus melalui Pengadilan Negeri. Kekuatan akta pengakuan hutang hanya sebatas mengikat debitur dan kreditur.
186
Grosse akta pengakuan hutang masih dibutuhkan hingga saat ini, tetapi pelaksanaannya tidak mempunyai kekuatan eksekutorial serta tidak berjalan
sebagaimana mestinya karena masih harus adalagi gugatan ke pengadilan.
187
Akta pengakuan hutang dipergunakan untuk kredit investasikonsumsi, kredit angsuran
misalnya Kredit Perumahan Rakyat.
188
185
Hasil wawancara dengan Hakim I Ketut Sudira, Hakim Pengadilan Negeri Medan, pada tanggal 1 Juni 2009
186
Hasil wawancara dengan Notaris Risna, notaris di Medan, pada tanggal 19 Mei 2009
187
Hasil wawancara dengan Notaris Andreas Ng Meliala, notaris di Medan, pada tanggal 19 Mei 2009
188
Hasil Wawancara dengan Bapak Muksin Alidin, Staf Legal Divisi Bagian Kredit PT. Bank Sumut, Medan, pada tanggal 05 Juni 2009
Berdasarkan hasil penelitian tentang eksekusi Pengadilan Negeri Medan penulis menemukan hasil seperti berikut :
Daftar Register Eksekusi Pengadilan Negeri Medan Tahun 2004-2008
Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet Studi Di Kota Medan, 2009.
USU Repository © 2009
Tahun DamaiDicabut
SelesaiLelang Belum Terlaksana
Jumlah 2004
15 7
5 27
2005 9
6 5
20 2006
9 10
7 26
2007 15
8 14
37 2008
9 8
23 40
Jumlah 57 38
39 26 54 36
150 Sumber Data : Panitera Pengadilan Negeri Medan
Berdasarkan tabel di atas, penulis menemukan kasus dari eksekusi Pengadilan Negeri Medan Tahun 2004 sd tahun 2008 yaitu : damai dicabut sebesar 57 kasus
38, selesai lelang sebesar 39 kasus 26 dan belum terlaksana 54 kasus 36. Maka dari hasil data di atas, penulis menyimpulkan bahwa kasus yang belum
terlaksana dari tahun ke tahun semakin meningkat, seperti data tahun terakhir yang belum terlaksana terdapat 54 kasus 36. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak
pekerjaan pemerintah pengadilan negeri dalam hal eksekusi yang belum terlaksana, oleh karena itu diharapkan kepada Pengadilan Negeri Medan untuk lebih
meningkatkan kinerja kerjanya dalam hal eksekusi.
Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet Studi Di Kota Medan, 2009.
USU Repository © 2009
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Eksekusi terhadap jaminan kredit berdasarkan grosse Akta Pengakuan Hutang yang dibuat oleh Notaris, tidak dapat dilakukan secara serta merta oleh kreditur.
Meskipun grosse Akta Pengakuan Hutang tersebut memakai irah-irah ”DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA” namun
untuk melakukan eksekusi terhadap jaminan tetap harus melalui suatu putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap.
2. Perlindungan terhadap kreditur dapat dilakukan dengan Akta Pengakuan Hutang. Dimana dalam Akta Pengakuan Hutang tersebut Pihak Pertama debitur
memberi kuasa kepada Pihak Kedua bank. Jika pihak debitur wanprestasi credit macet maka pihak kedua bank berhak untuk mengambil menjualmelelang
barang-barang kepunyaan pihak pertama atau dari tangan siapapun juga jika perlu dengan alat kekuasaan negara yang berwenang polisi. Dalam Akta Pengakuan
Hutang itu ada dibuat suatu kuasa blanko, dimana kuasa yang diberikan pengambil kredit dalam perjanjian ini diberikan dengan hak substitusi dan tidak
dapat ditarik kembalidiakhiri baik oleh ketentuan undang-undang yang mengakhiri pemberian kuasa sebagaimana ditentukan dalam pasal 1813 Kitab
Undang-undang Hukum Perdata maupun oleh sebab apapun juga dan kuasa
116