Petugas-Petugas Pembiayaan Manajemen risiko pembiayaan al-istishna' pada BPRS Amanah Ummah, Leuwiliang-Bogor

57 memiliki nasabah yaitu sebesar 32,12 dari total jumlah nasabah. Selain itu, untuk lokasi-lokasi yang lainnya juga berada tidak jauh dari Leuwiliang. Hal ini menunjukkan bahwa BPRS Amanah Ummah memiliki fungsi untuk memberdayakan masyarakat sekitar lokasi BPRS.

4. Petugas-Petugas Pembiayaan

Berdasarkan surat Keputusan Komisaris-Direksi PT. BPRS Amanah Ummah No: 3SKBPRS-AUI2011 tentang Team Komite Pembiayaan PT. BPRS Amanah Ummah menetapkan Susunan Team komite Pembiayaan PT BPR Syariah Amanah Ummah adalah sebagai berikut: 77 I. Pembiayaan Umum 1. Pembiayaan diatas Rp. 250 juta, Team Komite Pembiayaan terdiri atas: a. Komisaris Utama atau Anggota Komisaris b. Direktur Utama c. Direktur d. Kepala Bidang Marketing e. Account Officer AO yang memproses f. Legal Officer LO 2. Pembiayaan diatas Rp. 35 juta sd Rp. 250 juta, Team Komite Pembiayaan terdiri atas: a. Direktur Utama b. Direktur c. Kepala Bidang Marketing d. Account Officer AO yang memproses e. Legal Officer LO 77 BPRS Amanah Ummah, Surat Keputusan Komisaris-Direksi BPRS Amanah Ummah tentang Tea Komite Pembiayaan BPRS Amanah Ummah, Bogor: BPRS Amanah Ummah, 2011 58 3. Pembiayaan diatas Rp. 7,5 juta sd Rp. 35 juta, Team Komite Pembiayaan terdiri atas: a. Direktur b. Kepala Bidang Marketing c. Account Officer AO yang memproses d. Legal Officer LO 4. Pembiayaan sampai dengan Rp. 7,5 juta, Team Komite Pembiayaan terdiri atas: a. Kepala Bidang Marketing b. Account Officer AO yang memproses c. Legal Officer LO. II. Pembiayaan Gadai Emas 1. Pembiayaan diatas Rp. 250 juta, Team Komite Pembiayaan terdiri atas: a. Komisaris Utama atau Anggota Komisaris b. Direktur Utama c. Direktur d. Ka.Bag Gadai Emas 2. Pembiayaan diatas Rp. 10 juta sd Rp. 250 juta, Team Komite Pembiayaan terdiri atas: a. Direktur Utama b. Direktur c. Ka.Bag Gadai Emas 3. Pembiayaan sampai dengan Rp. 10 juta, Team Komite Pembiayaan terdiri atas: a. Direktur atau 2 dua orang Kepala Bidang bila Direktur tidak berada di tempat b. Ka.Bag Gadai Emas 59 BAB IV ANALISIS PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL- ISTISHN„ PADA BPRS AMANAH UMMAH A. Prosedur Pembiayaan Al-Istishnâ„ di BPRS Amanah Ummah Pembiayaan Al-Istishnâ „ pada BPRS Amanah Ummah merupakan suatu jawaban atas kebutuhan masyarakatnasabah khususnya yang berada di lingkungan BPRS untuk pembiayaan konstruksi dan pembangunan rumah berdasarkan kriteria dan spesifikasi yang diserahkan sepenuhnya kepada nasabah. 78 Sebelum adanya akad Al-Istishnâ „, masyarakat hanya dapat membeli rumah siap huni dari BPRS dengan menggunakan akad murabahah, tanpa adanya spesifikasi tertentu sesuai dengan keinginan nasabah. Akad Al-Istishnâ „ yang diaplikasikan pada pemberian pembiayaan kepemilikan rumah kepada nasabah pada BPRS Amanah Ummah ini melibatkan pihak ketiga, sehingga dalam hal ini pihak BPRS Amanah Ummah mengaplikasikan akad Al-Istishnâ „ paralel. Hal ini disebabkan karena memang pada dasarnya Bank Syariah hanya menyediakan fasilitas pembiayaan saja, bukan berfungsi sebagai penyedia barang sebagaimana penjual barang pada umumnya. Pada BPRS Amanah Ummah, sebagaimana yang tertera pada kontrak akad Istishnâ „ paralel, pihak developerprodusen sebagai pihak yang membuatkan rumah pesanan nasabah disebut sebagai penjualpengembang. 78 Wawancara Pribadi dengan Dwi Mulyadi. Bogor, 4 April 2011. 60 Adapun prosedur pembiayaan Al-Istishnâ „ dan Al-Istishnâ„ paralel yang terdapat di BPRS Amanah Ummah dan sama dengan skema yang dikemukakan oleh Sunarto Zulkifli adalah sebagai berikut: 79 Gambar 4.1 Skema Pembiayaan Al- Istishnâ„ di BPRS Amanah Ummah Keterangan: 1a : Akad Istishnâ „ I 1b : Spesifikasi Barang 2a : Akad Istishnâ „ II 2b : Spesifikasi Barang 3 : Pembayaran dana pembangunan 3a : Penyerahan rumah kepada BPRS Amanah Ummah 3b : Penyerahan rumah dari bank kepada nasabah 3c : Pembayaran Angsuran Pembiayaan Penjelasan Pembiayaan dengan prinsip Akad Al- Istishnâ „ dan Istishnâ„ paralel yang diterapkan pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Amanah Ummah Leuwiliang-Bogor berdasarkan skema diatas adalah sebagai berikut: 80 1. Nasabah datang ke BPRS untuk melakukan pembiayaan Al-Istishnâ„, nasabah datang ke bank disertai spesifikasi dan kriteria tertentu untuk pembuatan sebuah 79 Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, Jakarta: Zikrul Hakim, 2004, h.73. 80 Wawancara Pribadi dengan Dwi Mulyadi. Bogor, 4 April 2011. Nasabah Pemasok BPRS Amanah Ummah 1a Ib 2b 2a 3 3a 3c 3b 61 rumah, seperti merk semen, ukuran rumah, jenis batu bata, fondasinya seperti apa, dan lain sebagainya. Untuk lokasi perumahan, nasabah bisa mengajukan sendiri lokasi tanah yang dimaksud, atau nasabah dapat meminta bank untuk mencarikan lokasi perumahan untuk nasabah. Sejauh ini, akad Istishnâ „ yang ada di BPRS Amanah Ummah baru mencakup 2 perumahan, yaitu perumahan Permata dan Cendo Indah yang terletak di Leuwiliang-Bogor, dimana pihak perumahandeveloper hanya menyediakan kavling tanah, sehingga pihak nasabah harus membangun sendiri rumah yang diinginkan. 2. Setelah itu, pihak bank menunjuk dan menghubungi seorang developerpengembang untuk membuatkan rumah yang disertai kriteria dan spesifikasi sesuai keinginan nasabah. Selanjutnya, pihak developer menaksir harga dari rumah tersebut dengan spesifikasi yang dipersyaratkan nasabah. Setelah diketahui kisaran harga rumah tersebut, maka pihak bank memberitahukan kepada nasabah mengenai harga rumahnya, lalu diadakan kesepakatan antara bank dan nasabah untuk biaya angsuran per bulannya, uang muka, dll. Setelah terjadi kesepakatan, maka rumah yang dipesan mulai dikerjakan oleh pihak developer dengan jangka waktu yang telah disepakati, yaitu selama 3 bulan masa pengerjaan. 3. Untuk pembayaran uang muka, maka nasabah membayar uang muka sebesar 30 dari total harga rumah, dengan kata lain pihak bank hanya dapat membiayai sekitar 70 dari total harga rumah dengan batas pembiayaan maksimum sebesar Rp. 800 juta dan batas waktu pembiayaan maksimal 7 tahun. Setelah rumah 62 selesai dibangun, maka rumah langsung dapat dihuni oleh nasabah, tetapi untuk surat-suratnya masih berada di pihak bank sampai masa akad selesai. 4. Penetapan margin keuntungan bank tidak bersifat tetap fixed tetapi berdasarkan pada kesepakatan antara pihak bank dengan nasabah. Tetapi kalau disetarakan dengan presentase, rata-rata untuk pembiayaan Istishnâ„ ini tidak melebihi 1.1 perbulan nya, pada intinya kesepakatan antara nasabah dan Bank lah yang dijadikan patokan. Apabila nasabah kurang setuju dengan margin yang ditawarkan Bank, maka Bank bisa saja mengurangi margin nya.

B. Manfaat serta Risiko yang Ditimbulkan dari Pembiayaan Al-Istishnâ„

Sebelum membahas tentang risiko yang terdapat pada pembiayaan Al- Istishnâ „ dalam hal ini termasuk Al-Istishnâ„ paralel, maka perlu diketahui pula manfaat yang dapat diambil dari pembiayaan Al-Istishnâ „ itu sendiri, baik bagi bank sebagai penyelenggara, maupun bagi nasabah. Manfaat yang dapat diambil bagi Bank Syariah, khususnya bagi BPRS Amanah Ummah dari pembiayaan Al-Istishnâ „ adalah sebagai berikut: a. Meningkatkan pendapatan BPRS Amanah Ummah akibat adanya keuntungan yang muncul dari selisih harga jual rumah kepada nasabah dan harga rumah yang ditawarkan dari pihak developerpengembang. Harga rumah yang ditawarkan oleh pihak developer sebagai pihak yang membangunkan rumah untuk nasabah pada Al-Istishnâ „ paralel dapat ditambahkan dengan besaran margin tertentu sesuai dengan kesepakatan yang dapat dijadikan sebagai salah satu sumber pendapatan BPRS. 63 b. Sebagai salah satu diversifikasi produk yang terdapat di BPRS Amanah Ummah. Diversifikasi produk merupakan salah satu upaya pihak BPRS Amanah Ummah dalam mengembangkan jenis-jenis produk penyaluran dana financing yang terdapat pada BPRS Amanah Ummah. 81 Pada awalnya, pembiayaan kepemilikan rumah bagi nasabah hanyalah menggunakan akad murabahah. Akan tetapi, akad murabahah untuk kepemilikan rumah terdapat keterbatasan-keterbatasan diantaranya nasabah tidak dapat memesan rumah berdasarkan spesifikasi tertentu maka pihak BPRS Amanah Ummah berupaya untuk melaksanakan akad Al- Istishnâ „ yang sesuai dengan ketentuan syariah. c. Memberikan kepastian pendapatan return bagi BPRS Amanah Ummah, baik dari segi jumlah ammount maupun waktu timing nya. Maksud dari kepastian pendapatan disini adalah bahwasannya dari pembiayaan Al-Istishnâ „, BPRS dapat menerima pendapatan yang pasti karena pembiayaan Al-Istishnâ „ merupakan akad pembiayaan berbasis jual beli yang memperoleh keuntungan bagi Bank dari suatu besaran margin tertentu yang disepakati pada awal akad. d. Memberikan pelayanan mudah kepada nasabah, sehingga nasabah menjadi loyal pada LKS. Sedangkan manfaat akad Al-Istishnâ „ yang dapat dirasakan oleh nasabah diantaranya adalah: a. Merupakan suatu jawaban atas kebutuhan masyarakatnasabah dalam kepemilikan rumah berdasarkan spesifikasi dan kriteria tertentu sesuai dengan 81 Wawancara Pribadi dengan Dwi Mulyadi. Bogor, 4 April 2011. 64 keinginan nasabah. Maksud dari spesifikasi tertentu disini adalah nasabah dapat meminta bank untuk membuatkan rumah dengan berbahan dasar semen merk X, batu bata tipe Y, dan lain sebagainya. b. Sebagai suatu alternatif pembiayaan kepemilikan rumah yang berlandaskan prinsip syariah. Nasabah yang memiliki keterbatasan dana untuk membangun sebuah rumah, dapat mengajukan pembiayaan akad Al-Istishnâ „ ke BPRS. Dengan adanya akad Al-Istishnâ „ ini, nasabah tidak perlu mengajukan pembiayaan kepada lembaga perbankan konvensional yang menyediakan skim kepemilikan rumah dengan tingkatan bunga tertentu. c. Penetapan margin yang ditawarkkan oleh BPRS Amanah Ummah pada Akad Istishnâ„ masih bisa dinegosiasikan dengan nasabah. Hal ini dapat memberikan manfaat dan keuntungan bagi nasabah karena besaran margin pembiayaan tidak tetap fixed, maka nasabah dapat mendapatkan harga berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak. Dari beberapa manfaat yang telah dikemukakan di atas, telah terlihat bahwasannya akad Al-Istishnâ „ yang diterapkan di BPRS Amanah Ummah memiliki banyak manfaat dan maslahah bagi masyarakat pada umumnya, dan khususnya bagi bank itu sendiri. Selain manfaat yang dapat diambil dari akad Al-Istishnâ „, akad Al-Istishnâ„ juga memiliki beberapa risiko. Risiko-risiko ini ada karena ketika bank syariah masuk ke dalam akad Istishnâ „, akan selalu melibatkan peran para pengembang, kontraktor, perusahaan manufaktur, dan supplier. Selama bank syariah tidak memiliki 65 spesialisasi dalam hal ini maka akan selalu tergantung pada subkontraktor. 82 Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Bapak Dwi Mulyadi berdasarkan risiko yang pernah dialami dan disertai dengan kemungkinan-kemungkinan terjadinya berbagai risiko yang lain adalah sebagai berikut: a. Risiko yang bersumber dari internal BPRS Amanah Ummah 1. Terdapat kemungkinan terjadinya kesalahan pihak AO Account Officer pada saat identifikasi nasabah pembiayaan. Nasabah yang tidak layak untuk mendapatkan pembiayaan, dikatakan layak untuk mendapatkannya, sehingga menimbulkan risiko kegagalan pembayaran angsuran pembiayaan. 2. Kemungkinan terjadinya kelemahan pada saat monitoringpemantauan risiko, atau kegiatan monitoring yang dilakukan oleh BPRS Amanah Ummah tidak dilakukan secara optimal, terutama pada risiko pembiayaan nasabah dan risiko dari pihak pengembang. Hal ini dapat menyebabkan kerugian pada bank. b. Risiko yang bersumber dari pihak nasabahyang memesan rumah kepada Bank 1. Risiko gagal bayar default risk pada sisi pembeli adalah bersifat alamiah, atau sering disebut sebagai kegagalan untuk membayar secara penuh dan tepat waktu. Hal ini sangatlah menjadi risiko klasik dari suatu pembiayaan. Keterlambatan pembayaran atau lebih sering kita dengar sebagai kredit macet sangatlah rentan dari suatu pembiayaan. 82 Tariqullah Khan, Manajemen Risiko Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta: Bumi Aksara, 2008, h.56. 66 2. Ada kemungkinan nasabah dapat membatalkan kontrak dan gagal menunda waktu pengiriman sehingga bank harus menanggung risiko tambahan. 3. Adanya keluhan dari nasabah mengenai rumah yang telah jadi. Terdapat nasabah yang mengeluhprotes karena rumah yang baru ditempati 2 bulan atapnya sudah bocor, rumah yang dipesan tidak sesuai dengan keinginan nasabah, dll. 4. Risiko adanya kemungkinan berkurangnya laba yang diterima BPRS Amanah Ummah akibat adanya pihak nasabah yang membayar angsuran pembiayaan lebih cepat dari apa yang telah disepakati. Misalnya pada awal akad telah disepakati jangka waktu pembiayaan adala 36 bulan, tetapi dalam perjalanannya, pada bulan ke 24 nasabah telah mampu untuk membayar sisa angsuran nya. Hal ini dapat dijadikan sebagai keuntungan yang diterima Bank karena terbebas dari risiko kegagalan bayar, tetapi dapat juga dimasukkan kedalam kategori sebuah risiko karena berkurangnya laba Bank. tetapi menurut Bapak Dwi Mulyadi, kejadian seperti ini sangat jarang terjadi pada pembiayaan. c. Risiko yang bersumber dari pihak DeveloperPengembangPemasok 1. Terdapat kemungkinan supplierdeveloper membatalkan kontrak. Kemungkinan ini bisa saja terjadi, pada saat kontrak telah ditandatangani, tiba-tiba dari pihak developer membatalkan begitu saja dengan alasan tertentu. 2. Risiko kemungkinan terjadinya barang yang dibuat dalam hal ini rumah tidak sesuai dengan keinginan nasabah. Hal ini kemungkinan besar terjadi, yang 67 dimana pada dasarnya akad Istishnâ „ ini pihak developer-lah yang berperan dalam pembuatan barang pesanan, dalam hal ini pembangunan rumah. Risiko seperti ini misalnya adalah fondasi rumah yang telah jadi tidak sesuai dengan apa yang diinginkan nasabah, dan lain sebagainya. 3. Risiko pihak developer yang memalsukan data progress pembuatan rumah. Maksud dari memalsukan data progress disini adalah pada akad Istishnâ „ paralel yang terjadi antara bank dengan pihak developerpenjual, telah disepakati bahwasannya pihak developer harus mengirimkan bukti progress dari pembangunan rumah yang dilaksanakan. Hasil bukti ini adalah berupa fotolaporan yang disampaikan kepada pihak bank sesuai dengan waktu yang telah diperjanjikan. Risiko ini muncul apabila pihak developer melaporkan laporan palsu mengenai progress pembangunan rumah kepada pihak Bank. 4. Risiko kegagalan yang terkait dengan waktu pengiriman, dalam hal ini pihak developer terlambat menyerahkan rumah sesuai dengan waktu yang telah disepakati. Pihak developer bisa saja terlambat dalam menyelesaikan pembangunan rumah yang dipesan. Dalam perjanjian pembangunan sebuah rumah antara pihak developer dan pihak BPRS disepakati selama 3 bulan masa pembangunan. d. Kemungkinan risiko yang bersumber dari luar subyek akad faktor eksternal 68 1. Risiko jatuhnya harga barang price-drop risk. Risiko jatuhnya harga barang diantisipasi dengan menetapkan bahwa jenis pembiayaan ini hanya dilakukan atas dasar kontrakpesanan yang telah ditentukan harganya. 83 2. Risiko terjadinya bencana alam. Risiko bencana alam adalah suatu risiko yang tidak terduga dan tidak dapat dihindari. Khusus dalam pembiayaan Al- Istishnâ „, risiko terjadinya bencana alam ini berdampak pada dua pihak, yaitu bencana alam dapat terjadi pada nasabah, sehingga nasabah tidak mampu lagi melunasi kewajiban kepada BPRS, dan bencana alam yang terjadi menimpa bangunan rumah yang sedang atau telah selesai proses pembuatan. Risiko ini telah diantisipasi oleh pihak BPRS yang mengikutsertakan asuransi atas rumah tersebut.

C. Penyebab terjadinya Risiko Pembiayaan Al- Istishnâ„

Menurut hasil wawancara, risiko tersebut dapat disebabkan karena beberapa faktor, yaitu: 1. Faktor Internal BPRS a. Petugas Pembiayaan knowledge, skill, attitude Faktor kesalahan dari petugas pembiayaan yang dimaksud adalah adakalanya petugas pembiayaan tidak memiliki kemampuan dan pengetahuan yang lebih mendalam dalam menjalankan tugasnya sebagai petugas pembiayaan, sehingga 83 Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008, h.265. 69 data-data yang diperlukan tidak akurat dan menyebabkan kerugian pada bank. Selain itu, menurut Bapak Dwi Mulyadi, kesalahan dari petugas pembiyaan ini adalah data yang diperoleh dari analisis nasabah yang tidak memenuhi syarat, dikatakan memenuhi persyaratan. 84 Salah satu penyebabnya adalah disebabkan hubungan kedekatan dengan nasabah dan moral hazard petugas sehingga dalam analisisnya dilakukan secara tidak obyektif. 85 b. Kelemahan sistem Penyaluran, Monitoring dan pelunasan Faktor risiko yang berasal dari sistem pada BPRS Amanah Ummah mencakup dari segi kelemahan sistem penyaluran pembiayaan, dimana bisa saja terjadi kesalahan dalam penyaluran pembiayaan kepada nasabah yang tidak memenuhi persyaratan, monitoring yang lemah dan kurang intensif dari petugas pembiayaan pada BPRS terhadap nasabah, dan kelemahan sistem pelunasan pembiayaan yang terdapat di dalam intern BPRS. Kelemahan sistem ini dapat menyebabkan pembiayaan bermasalah. c. Manajemen Dalam hal ini, kelemahan dari manajemen internal BPRS mencakup kelemahan kebijakan pembiayaan yang dibentuk oleh komite dan pejabat pembiayaan, 84 Wawancara Pribadi dengan Dwi Mulyadi. Bogor, 4 April 2011. 85 Kasmir, Manajemen Perbankan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000, h.102. 70 disiplin pejabat pembiayaan dalam menerapkan sistem dan prosedur pembiayaan rendah. 86 2. Faktor Internal Nasabah Risiko pembiayaan bermasalah, khususnya pembiayaan Al-Istishnâ „ juga dapat disebabkan oleh faktor internal nasabah, diantaranya adalah: a. Adanya pemutusan Hubungan Kerja PHK nasabah dari pekerjaannya, sehingga nasabah tidak mendaptakan lagi penghasilan, dan secara otomatis mereka tidak mampu lagi untuk melunasi sisa pembiayaan kepada BPRS Amanah Ummah. b. Adanya hubungan keluarga tidak harmonis, seperti terjadi perceraian antara suami isteri nasabah. Khususnya dalah pembiayaan Al-Istishnâ „ di BPRS Amanah Ummah, kasus seperti ini pernah terjadi. Perceraian nasabah menyebabkan terjadinya perebutan hak dan kewajiban atas rumah tersebut. Hingga pada akhirnya rumah tersebut di take over dipindah tangankandi jual kembali kepada pihak lain. c. Terlibat hutang dengan pihak lain. Adakalanya nasabah yang memiliki kewajiban kepada BPRS Amanah Ummah, juga memiliki kewajiban hutang kepada pihak lain. Ha ini mengakibatkan tersendatnya pembayaran kewajiban kepada BPRS Amanah Ummah. 86 BPRS Amanah Ummah, Pedoman Pembiayaan, Bogor: BPRS Amanah Ummah, 2010, h.3. 71 d. Kondisi usaha nasabah yang sedang mengalami penurunan. Kondisi ini menyebabkan berkurangnya kemampuan nasabah untuk melunasi kewajibannya kepada bank. 3. Faktor Developer Khusus pada pembiayaan Al-Istishnâ „ yang melibatkan pihak ke tiga, yaitu pihak developerpengembangpenjual rumah yang dipesan oleh nasabah juga dapat menyebabkan suatu risiko tersendiri. Menurut Bapak Dwi Mulyadi, belum pernah terjadi pembiayaan bermasalah yang disebabkan oleh faktor developer, tetapi terdapat beberapa faktor pembiayaan Al-Istishnâ „ bermasalah yang dimungkinkan terjadi yang berasal dari pihak developer, yaitu: a. Adanya itikadkarakter kurang baik dari developer yang membangun rumah dengan tidak memerhatikan secara benar pesanan dari nasabah, sehingga rumah tidak sesuai dengan kriteria pesanan. b. Pihak developer yang kaburmelarikan diri membawa lari uang yang telah diberikan BPRS guna membangunkan rumah. 4. Faktor Eksternal Maksud dari faktor eksternal adalah faktor-faktor penyebab terjadinya risiko yang bersumber dari luar faktor subyek akad, yaitu Bank, nasabah dan pihak developerpemasok. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut: a. Bencana alam 72 Risiko bencana alam adalah suatu risiko yang tidak terduga dan tidak dapat dihindari. Khusus dalam pembiayaan Al-Istishnâ „, risiko terjadinya bencana alam ini berdampak pada dua pihak, yaitu bencana alam dapat terjadi pada nasabah, sehingga nasabah tidak mampu lagi melunasi kewajiban kepada BPRS, dan bencana alam yang terjadi menimpa bangunan rumah yang sedang atau telah selesai proses pembuatan. b. Musim Bagi pembiayaan Al-Istishnâ „ dalam hal ini pembiayaan atas pembangunan sebuah rumah, faktor musim dapat saja mempengaruhi terkait dengan waktu penyelesaian rumah tersebut. Musim yang tidak menentu menyebabkan proses penyelesaian rumah menjadi tersendat dan terlambat.

D. Penerapan Manajemen Risiko Pembiayaan Al-Istishnâ„ di BPRS Amanah

Ummah Maraknya berbagai lembaga keuangan syariah yang tumbuh, serta perubahan yang cepat baik dari sisi regulator, teknologi dan informasi yang tak terbayangkan sebelumnya, sektor keuangan menjadi sektor dengan tingkat risiko yang sangat tinggi. Risiko dalam berbagai bentuk dan sumbernya merupakan komponen yang tak terpisahkan dalam setiap aktivitas muamalat ekonomi. 87 Untuk itu, sebagai salah satu pilar sektor keuangan dalam melaksanakan fungsi intermediasi dan pelayanan 87 Masyhud ali, Manajemen Risiko: Strategi Perbankan dan Dunia Usaha Menghadapi Tantangan Globalisasi Bisnis, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006, h.xix.. 73 jasa keuangan, lembaga keuangan jelas sangat memerlukan adanya manajemen risiko yang berfungsi sebagai filter terhadap kegiatan usaha. 88 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah BPRS Amanah Ummah juga telah menyadari pentingnya suatu manajemen risiko pada pembiayaan yang dijalankan demi kelangsungan BPRS. Hal ini dapat terlihat dari salah satu tugas dan tanggungjawab bagian pembiayaan BPRS yang melakukan analisis, memonitor, mengevaluasi dan remedial untuk menyelesaikan suatu pembiayaan bermasalah. Hal ini juga telah disampaikan oleh Bpk. Dwi Mulyadi, selaku Accout Officer BPRS Amanah Ummah, bahwasannya BPRS Amanah Ummah telah membentuk divisibagian pembiayaan dimana memiliki fungsi utama jabatan yaitu memproses pengajuan pembiayaan, melakukan analisis kelayakan serta memberikan rekomendasi atas pengajuan pembiayaan sesuai dengan hasil analisis yang telah dilakukan. Selain itu, AO juga bertugas untuk menyelesaikan berbagai risiko yang dihadapi dari pembiayaan tersebut bersama dengan Legal Officer LO dan Kepala Bidang Marketing. Oleh karena itu, BPRS Amanah Ummah dalam proses manajemen risiko dan dilaksanakan oleh Account Officer yang bekerjasama dan terkoordinasi dengan Kepala Bagian Marketing dan Legal Officer, tidak ada divisibagian khusus yang menangani manajemen risiko pembiayaan. Meskipun demikian, pihak manajemen BPRS Amanah Ummah telah menerapkan manajemen risiko dalam pembiayaan yang dilakukan, termasuk pembiayaan Al- Istishnâ „. 88 Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007, h.225. 74 Proses manajemen risiko sebagaimana yang tertuang dalam Peraturan Bank Indonesia, setidaknya mencakup 4 tahapan utama manajemen risiko, yaitu proses identifikasi risiko, pengukuranpenilaian risiko, pemantauan risiko, dan pengendalian risiko. 89 Demikian hal nya yang dilaksanakan pada BPRS Amanah Ummah dalam proses manajemen risiko pembiayaan telah tercakup ke dalam keempat proses tersebut. Dalam prakteknya, BPRS Amanah Ummah lebih memprioritaskan pada identifikasi risiko kegiatan pembiayaan. Identifikasi risiko ini dimaksudkan sebagai tindakan preventif yang dilakukan oleh BPRS dalam penyaluran pembiayaan bagi nasabah untuk menghindari terjadinya pembiayaan macet dan untuk meminimalisir pembiayaan bermasalah sedini mungkin. Setelah risiko akad Al-Istishnâ „ diklasifikasikan menurut sumber darimana risiko tersebut datangnya, yaitu dari kontraktordeveloper yang membuatkan rumah bagi nasabah, dari nasabah itu sendiri, dan dari sumber eksternal diluar kontraktor dan nasabah, maka dari berbagai risiko tersebut dilakukan serangkaian proses manajemen risiko. Proses manajemen risiko ini dibedakan menurut sumber risiko, karena memang pada akad Istishnâ „ melibatkan pihak ketiga yaitu pihak kontraktordeveloper yang tidak terdapat pada akad lainnya. Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Bpk. Dwi Mulyadi selaku Account Officer yang bertugas pula untuk proses manajemen risiko pembiayaan, bahwasannya pembiayaan Istishnâ „ ini memiliki risiko yang lebih kompleks dibandingkan dengan pembiayaan lainnya, 89 Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia nomor 58PBI2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum, diakses pada tanggal 5 Januari 2011 dari http: www.bi.go.id. 75 sehingga dalam hal penangananmanajemen risiko nya itu sendiri juga disesuaikan dengan jenis risiko yang terdapat pada akad Al-Istishnâ „ ini. 90

1. Risiko yang bersumber dari pihak Nasabahyang memesan rumah kepada