31 Tujuan yang ingin dicapai menyangkut hal-hal sesudah terjadinya peril dapat
berupa: 1.
Menyelamatkan operasi perusahaan, artinya perusahaan harus dapat mengupayakan pencarian strategi bagaimana agar kegiatan perusahaan dapat
berjalan setelah perusahaan tetap berjalan setelah perusahaan terkena peril. 2.
Mengupayakan agar pendapatan perusahaan tetap mengalir, meskipun tidak sepenuhnya, paling tidak cukup untuk menutup biaya variabelnya.
3. Mencari upaya agar operasi perusahaan tetap berlanjut sesudah perusahaan
terkena peril. 4.
Berupaya tetap dapat melakukan tanggung jawab sosial terhadap perusahaan.
d. Proses Manajemen Risiko
Dari pengertian manajemen risiko yang telah dikemukakan sebelumnya, bahwasannya dalam proses manajemen risiko terdapat prosedur-prosedur atau proses
yang dijalankan oleh suatu perusahaan. Setidaknya terdapat 4 langkah umum yang terdapat dalam proses manajemen risiko, sebagaimana yang telah tercantum dalam
Peraturan Bank Indonesia, yaitu sebagai berikut:
Tahap 1: Identifikasi Risiko
Pada tahap ini, analisis berusaha mengidentifikasi apa saja risiko yang dihadapi perusahaan. Perusahaan tidak selalu menghadapi seluruh risiko tersebut.
Namun demikian, ada risiko yang dominan, ada pula risiko yang minor.
48
48
Bramantyo Djohanoputro, Manajemen Risiko Terintegrasi, h.19.
32 Pengidentifikasian risiko ini merupakan proses penganalisisan untuk menemukan
cara sistematis dan secara berkesinambungan risiko kerugian yang potensial yang menantang perusahaan.
49
Pelaksanaan proses identifikasi Risiko dalam Peraturan Bank Indonesia sekurang-kurangnya dilakukan dengan melakukan analisis terhadap:
50
a. Karakteristik Risiko yang melekat pada Bank; dan
b. Risiko dari produk dan kegiatan usaha Bank
Tahap 2: Pengukuran Risiko
Pada dasarnya, pengukuran risiko mengacu pada dua faktor: kuantitas risiko dan kualitas risiko. Kuantitas risiko terkait dengan berapa banyak nilai, atau
eksposur
51
, yang rentan terhadap risiko. Kualitas risiko terkait dengan kemungkinan suatu risiko muncul. Semakin tinggi kemungkinan risiko terjadi, semakin tinggi
kemungkinan risiko terjadi, semakin tinggi pula risikonya.
52
Dalam rangka
melaksanakan pengukuran
Risiko, Bank
wajib sekurangkurangnya melakukan:
a. Evaluasi secara berkala terhadap kesesuaian asumsi, sumber data dan prosedur
yang digunakan untuk mengukur Risiko; b.
Penyempurnaan terhadap sistem pengukuran Risiko apabila terdapat perubahan kegiatan usaha Bank, produk, transaksi dan faktor Risiko yang bersifat material.
49
Herman Darmawi, Manajemen Risiko, Jakarta: Bumi Aksara, 2006, h.34.
50
Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia nomor 58PBI2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum, diakses pada tanggal 13 Pebruari 2011 dari http: www.bi.go.id.
51
Eksposur adalah risiko kerugian maksimum yang harus dihadapi apabila terjadi suatu kejadian terburuk.
52
Bramantyo Djohanoputro, Manajemen Risiko Terintegrasi, h.20.
33
Tahap 3: Pemantauan Risiko
Dalam rangka
melaksanakan pemantauan
Risiko, Bank
wajib sekurangkurangnya melakukan:
a. Evaluasi terhadap eksposur Risiko;
b. Penyempurnaan proses pelaporan apabila terdapat perubahan kegiatan usaha
Bank, produk, transaksi, faktor Risiko, teknologi informasi dan sistem informasi Manajemen Risiko yang bersifat material.
Tahap 4: Monitor dan Pengendalian
Tahap monitor dan pengendalian menjadi penting karena yang pertama adalah manajemen perlu memastikan bahwa pelaksanaan pengelolaan risiko berjalan sesuai
dengan rencana. Ini berarti, monitor dan pengendalian prosedur itu sendiri. Kedua, manajemen juga perlu memastikan bahwa model pengelolaan risiko cukup efektif.
Artinya, model yang diterapkan sesuai dengan dan mencapai tujuan pengelolaan risiko. Ketiga, karena risiko itu sendiri berkembang, monitor dan pengendalian
bertujuan untuk memantau perkembangan terhadap kecenderungan-kecenderungan berubahnya profil risiko. Perubahan ini berdampak pada pergeseran peta risiko yang
otomatis pada perubahan prioritas risiko.
4. KONSEP PEMBIAYAAN