Kepentingan Amerika Serikat Terhadap Iran 1. Sebelum Revolusi Islam Iran 1979

menyatakan dukungannya terhadap Jerman pada Perang Dunia II. Hal ini dikarenakan antara Iran-Jerman memiliki beberapa keuntungan mutualisme, yakni Iran memberikan supply minyak ke Jerman dan sebaliknya Jerman pun memberikan pengajaran kemajuan angkatan militer dan teknologi industri kepada Iran Puar 1980, h. 22. Karena kedekatannya dengan Jerman, maka Inggris dan Uni Soviet sekarang Rusia memaksa mundur Reza Khan dari tahta kepemimpinan parlemen Iran. Dengan mudah Reza Khan turun dari kepemimpinannya dan digantikan oleh anaknya yang bernama Muhammad Shah Reza Pahlevi. Semenjak Iran berada dipenguasaan Reza Pahlevi, akses Inggris dan Uni Soviet semakin mudah untuk melakukan ekspansi ke Iran. Inggris dan Uni Soviet semakin gencar mengirimkan angkatan-angkatan perangnya. Akan tetapi, angkatan perang tersebut tetap menjamin kemerdekaan Iran yang dikukuhkan dalam perjanjian Perdamaian Tiga Serangkai Tripattie Treaty antara Inggris, Uni Soviet dan Iran pada 1942 Puar 1980, h. 22. Inti dari perjanjian tersebut adalah mencegah pengaruh Jerman di Iran dan segera mendirikan benteng pertahanan di wilayah Jerman Barat untuk membendung kekuatan militer Jerman. Kemudian, perjanjian tersebut dikukuhkan kembali dalam konferensi Yalta pada Februari 1945 antara ketiga negara tersebut. Pasca berakhirnya Perang Dunia II, Uni Soviet menolak menarik pasukan militernya dari Iran. Uni Soviet justru menebarkan pengaruh komunisnya di Iran. Terbukti Uni Soviet berhasil membentuk pemerintahan komunis otonom di Azerbaijan, Provinsi otonom di Barat Laut Iran pada 1945-1946 Puar 1980, h. 23. Hal ini menjadi krisis internasional dan segera dibawa ke PBB Perserikatan Bangsa- Bangsa. Hasilnya Uni Soviet akan menarik pasukan militernya setelah dibentuk suatu perusahaan bersama antara Uni Soviet dan Iran yang bernama Sovyet-Iran untuk melakukan penambangan minyak di propinsi-propinsi sebelah Utara Puar 1980, h. 23. Ketika Uni Soviet mundur dari Iran pada 1946, Inggris semakin menguatkan posisinya di Iran. Inggris melakukan eksploitasi terhadap ladang-ladang minyak Kuzhistan sebelah Barat Daya Iran Kazhim dan Hamzah 2007, h. 35. Mundurnya Uni Soviet menjadikan Inggris satu-satunya negara asing yang memiliki kekuatan penuh di Iran. Akan tetapi, gerakan pengaruh komunisme Uni Soviet tidak hilang begitu saja. Uni Soviet terus melancarkan gerakan komunis bawah tanah terhadap Iran. Hingga terjadi percobaan pembunuhan terhadap Shah Reza Pahlevi yang dilakukan oleh sekelompok mahasiswa yang berhaluan kiri Puar 1980, h. 24. Hal inilah yang menjadi salah satu alasan AS untuk segera mengambil tindakan politik terhadap Iran. Melihat pengaruh Inggris yang begitu kuat di Iran, AS berusaha menghilangkan pengaruh Inggris tersebut. Ansari 2008, h. 51 mengatakan bahwa konsolidasi pertama AS di Iran dimulai pada tahun 1953. Kedatangan AS merupakan malapetaka bagi Inggris yang pada waktu itu merupakan kekuatan asing terbesar di Iran tanpa tandingan. Inggris menganggap bahwa AS merupakan ancaman yang harus diwaspadai karena dapat mengakibatkan putusnya monopoli Inggris atas minyak Iran Ansari 2008, h. 55. Masuknya AS ke Iran tidak terlihat seperti Inggris dan Uni Soviet yang secara terbuka melakukan eksploitasi minyak Iran dan mengumbar pengaruh komunisme seperti yang dilakukan oleh Uni Soviet. Sebaliknya, kedatangan AS ke Iran lebih mengusung arus kerjasama dan menganggap Iran sebagai rekan kerjasama yang baik. Kerjasama yang diusung AS adalah pengembangan angkatan bersenjata dengan tujuan mempertahankan dinasti kekuasaan Shah Reza Pahlevi, yang kemudian dijadikan teropong perlindungan kawasan Timur Tengah dari ancaman pengaruh komunisme Puar 1980, h. 25. Perlahan hubungan Iran-AS semakin menguat, terlebih setelah AS memberikan aliran dana dan penasehat militer ke Iran. Prioritas yang dikedepankan AS adalah memajukan angkatan bersenjata Iran guna menjadi pelindung terdepan dalam upaya melawan pengaruh komunisme di Iran dan Timur Tengah Puar 1980, h. 25. Hal ini dimanfaatkan oleh kekuasaan Shah Reza Pahlevi yang menuntut AS untuk terus memberikan bantuan dana dan berinvestasi di Iran. Tercatat dalam laporan majalah times mengenai bantuan yang diberikan AS kepada Iran sejak 1952, bantuan tersebut mencapai US 1.135 juta Times 1961, dikutip dalam Ansari 2008, h. 56. Dari jumlah tersebut sekitar US 631 juta digunakan untuk bantuan ekonomi dan US 504 juta untuk bantuan militer Times 1961, dikutip dalam Ansari 2008, h. 56. Semua bantuan dana militer dan sebagian dari bantuan ekonomi merupakan hibah untuk Iran, sehingga yang merupakan hutang Iran hanya sekitar US 255 juta Times 1961, dikutip dalam Ansari 2008, h. 56. Dari data tersebut terlihat betapa tingginya bantuan dan investasi AS kepada Iran untuk mencegah pengaruh komunisme Uni Soviet di Iran dan Timur Tengah. Apalagi dengan adanya doktrin Eisenhower selaku Presiden AS pada 1957 yang menyatakan bahwa “dengan sungguh bahwa AS akan memberi bantuan terhadap negara-negara di setiap wilayah untuk mempertahankan integritas dan kemerdekaan negaranya dari ancaman komunisme dan subversi dalam negeri” Puar 1980, h. 25. Menurut Mutual Security Act program bantuan keamanan yang diberikan oleh AS kepada negara-negara yang sejalan dengan kepentingannya pada 1951 dan 1953 bantuan tersebut dapat berupa bantuan militer, ekonomi, dan teknik yang dapat diberikan kepada negara-negara sahabat AS Puar 1980, h. 26. Pasca pemberian bantuan dan investasi finansial ke Iran, AS menjadikan Iran sebagai sekutu dekat di Timur Tengah. AS juga terlihat melakukan campur tangan ke dalam urusan internal pemerintahan Shah Reza. Misalnya, keikutsertaan AS dalam penyusunan peraturan perundang-undangan mengenai sistem agraria Ansari 2008, h. 62. Dalam ekspansinya, AS mendesak Shah Reza Pahlevi untuk segera melakukan reformasi agraria, dengan mengganti struktur feodal lama dengan sistem kepemilikan tanah yang bebas. Petani yang memiliki lahan tanah akan menggarap tanah mereka sendiri dan memetik manfaat dari hasil kerja keras mereka sendiri. Kebijakan tersebut merubah drastis struktur ekonomi Iran yang di antaranya menumbuhkan deregenerasi ekonomi dan semangat nasionalisme. Namun, hal ini merupakan cara AS untuk memecah politik para tuan tanah di Iran yang sebelumnya dikuasai oleh orang-orang Inggris dan Ulama-Ulama senior Iran Puar 1980, h. 38. Pada kenyataannya, rakyat yang menuai imbas buruknya. AS memanfaatkan tenaga rakyat untuk menggarap tanah-tanahnya yang keuntungannya lebih banyak diterima AS Ansari 2008, h. 63. Hal ini dilakukan AS mengingat ketiadaan keahlian manajerial ekonomi pertanahan di pemerintahan Shah Reza Pahlevi Ansari 2008, h. 63. Perlakuan AS di Iran semakin merugikan rakyat. Ansari 2008, h. 56-64 mengatakan bahwa ada beberapa bukti tindakan AS yang merugikan Iran. Pertama, memfasilitasi kudeta atas mantan Perdana Menteri Iran Mohammad Mossadeq yang berjuang untuk menasionalisasikan perusahaan minyak Iran dari eksploitasi asing. Kedua, menerapkan reformasi agraria yang merugikan tanah-tanah rakyat dan tuan tanah yang banyak dimiliki oleh Ulama-Ulama besar Iran. Ketiga, putusan untuk meratifikasi UU Undang-Undang Kekebalan yang menjamin kekebalan hukum terhadap seluruh personil AS di Iran. Ketika UU Kekebalan terhadap seluruh personil AS berlaku di Iran, kedaulatan Iran semakin terkikis. Martabat warga negara Iran semakin rendah di mata warga negara AS yang berada di Iran. Pasalnya, ketika terdapat koki AS yang membunuh seorang Marja Ulama yang fatwanya sangat diikuti polisi Iran tidak berhak menangkapnya, pengadilan Iran pun tidak berhak mengadilinya, dan pelaku harus dikembalikan ke AS untuk diputuskan apa yang harus dilakukan terhadap si pelaku Ansari 2008, h. 69. Sebaliknya, jika terdapat orang Iran yang menabrak atau membuhuh binatang peliharaan milik warga negara AS dia akan dibawa ke pengadilan dan mengikuti proses hukum Ansari 2008, h. 69. Pada 1965-1975 merupakan masa keemasan kepemimpinan Shah Reza Pahlevi Ansari 2008, h. 73. Karena pada periode tahun tersebut perekonomian Iran meningkat akibat tingginya hasil produksi penjualan minyak Iran. Keberhasilan pompa minyak Iran ini terus dibayang-bayangi oleh AS yang turut serta menikmati hasil produksi minyak Iran. Kedekatan hubungan bilateral Iran-AS sangat dimanfaatkan oleh kedua negara. Bagi AS, ini merupakan suatu keuntungan karena AS dapat menikmati keuntungan hasil penjualan minyak Iran. Sebaliknya, kondisi ini dimanfaatkan oleh Shah Reza untuk mengembangkan teknologi nuklir. AS mendukung pengembangan teknologi nuklir Iran pada masa Shah Reza Pahlevi Ansari 2008, h. 81. Pada 1974 tercatat telah terjadi kesepakatan bahwa untuk 10 tahun kedepan AS akan memberikan bantuan listrik dan uranium yang telah diperkaya untuk membantu pengembangan teknologi nuklir Iran Ansari 2008, h. 81. Dibalik kesepakatan tersebut, AS menekan Iran agar memasok lebih banyak minyak Iran ke AS dengan tujuan untuk dijual ke luar negeri. Sebenarnya, Shah Reza menyadari bahwa menjadikan minyak sebagai senjata bukanlah hal yang tepat. Karena jika minyak Iran secara terus menerus di pompa kemungkinan yang terjadi Iran akan mengalami krisis energi. Namun apa daya, minyaklah yang berpotensi untuk dijadikan senjata Shah Reza untuk melanggengkan kekuasaannya di bawah kendali AS tanpa memikirkan nasib rakyat atas ketidakadilan yang diterapkan Shah dalam kepemimpinannya. Tanpa disadari oleh Shah Reza, Rakyat beserta Ulama besar telah mengkonsolidasikan kekuatan untuk memprotes kepemimpinan Shah yang membuka jalan bagi AS untuk mengeksploitasi Iran. Sebagian besar proyek yang dilakukan Shah Reza dengan AS hanya menguntungkan segelintir kelompok di sekeliling pemerintahan saja. Semenjak 1978 Iran terus bergejolak. Rakyat, Mahasiswa yang digerakkan oleh Ulama-Ulama besar Iran turun ke jalan untuk memprotes segala ketidakadilan yang dilakukan Shah Reza terhadap rakyat Iran. Puar 1980, h. 47 mengatakan bahwa terdapat tiga alasan yang menimbulkan perlawanan Rakyat Iran terhadap Shah Reza Pahlevi. Pertama, cara pemerintahan Shah Reza Pahlevi yang secara sistematis menggunakan penindasan yang sangat kejam, termasuk penganiayaan terhadap anak-anak dan keluarga. Kedua, tingkat korupsi yang dilakukan oleh keluarga dan orang-orang sekitar Shah Reza Pahlevi. Ini merupakan hal yang sangat miris bagi rakyat miskin Iran, negara memiliki eksport minyak yang besar akan tetapi rakyat tidak pernah merasakan keuntungannya. Ketiga, gaya pemerintahan dan penentuan prioritas yang terlalu westernisasi model Barat terutama pengaruh AS yang begitu besar. Adanya pengaruh model kepemimpinan dan budaya Barat di Iran semakin mencemaskan masyarakat Iran. Pasalnya, Iran dan AS memiliki sejarah peradaban yang berbeda. Puar 1980, h. 27 mengatakan bahwa pada awal terbentuknya, Iran merupakan negara yang berbentuk monarki konstitusional yang sudah berusia ±25 abad hingga meletusnya Revolusi Islam Iran 1979. Pada 1118 Iran memperoleh kemerdekaan dari raja-raja Seljuk kesultanan Turki Puar 1980, h. 32. Pada masa tersebut Iran dipimpin oleh raja-raja Islam yang sangat menunjukkan identitas keislaman selama kepemimpinannya Puar 1980, h. 32. Identitas tersebut dapat dilihat dari Masjid, Mihrab, Madrasah, menara Masjid, Kubah, dan hiasan lukis Ayat Al- Qur‟an hingga tata cara kepemimpinan raja yang menerapkan nilai-nilai keislaman Puar 1980, h. 32. Raja-raja tersebut juga menerapkan toleransi keagamaan dan kesukubangsaan. Bahkan, juga menghormati keberadaan para kelompok Ulama-Ulama Mullah Iran yang memiliki pengaruh cukup besar bagi kemajuan sosial dan politik di Iran Cipto 2004, h. 9. Akan tetapi, konsep Monarki Konstitusional yang telah lama menjadi model pemerintahan Iran ini dengan mudah dikikis oleh Shah Reza Pahlevi yang memimpin Iran pada 1941-1979. Hal ini dikarenakan budaya westernisasi yang diterapkan Shah Reza Pahlevi yang tidak memikirkan pola-pola tradisi asli kehidupan masyarakat Iran Puar 1980, h. 31. Misalnya, kebudayaan Islam yang sudah menjadi dasar sejak awal diterapkannya monarki tidak mendapat perhatian. Bahkan terjadinya penentangan terhadap agama dengan cara menyalahgunakan media radio, televisi dan surat kabar yang ditujukan kepada kelompok Mullah Iran Kedutaan Besar RII 1989, h. 9. Selain itu, perubahan model westernisasi yang diusung AS tidak merata ke seluruh rakyat Iran Ansari 2008, h. 60. Misalnya, Shah Reza bersama AS membangun pabrik pembotolan modern untuk Pepsi Cola dan Coke. Sementara rakyat di sudut-sudut kotor kota masih minum dari selokan aliran air terbuka yang berada di sisi jalan dan berisi segala macam sampah Ansari 2008, h. 60. Tidak hanya itu, hotel Hilton mewah buatan AS pun dibangun. Sementara ratusan rakyat Iran tidak memiliki rumah dan tidur di jalanan Ansari 2008, h. 60. Kemudian, kerajaan Shah Reza juga dikuasai oleh para penasihat dari AS, proyek-proyek pembangunan standar AS terus dibangun, merubah prosedur kantor pemerintahan dengan prosedur birokrasi AS Ansari 2008, h. 60. Kesemuanya ini benar-benar mengikis tata cara kehidupan tradisional masyarakat Iran dan bertentangan dengan sejarah budaya Iran Puar 1980, h. 31.

C. 2. Pasca Revolusi Islam Iran 1979

Akibat dari ketidakpuasan rakyat Iran dengan kepemimpinan Shah Reza, rakyat Iran bersatu bersama kelompok Mullah menggalang kekuatan untuk menjatuhkan Shah Reza dari puncak kekuasaannya. Tidak hanya itu, budaya westernisasi yang mengikis nilai-nilai tradisional budaya Iran dan penyiksaan serta pembunuhan bagi masyarakat yang menentang kebijakan pemerintah juga menjadi alasan bagi rakyat dan Mullah untuk menjatuhkan Shah Reza Kedutaan Besar RII 1989, h. 9. Terbukti pada 10 Februari 1979 rezim Shah Reza Pahlevi beserta tentaranya yang lengkap dengan persenjataan terpaksa menyerah dihadapan kesatuan rakyat dan kelompok Mullah Iran yang dipimpin oleh Imam Ayatullah Khomeini yang kemudian disebut sebagai Revolusi Islam Iran Puar 1980, h. 44. Keberhasilan Revolusi Islam Iran tidak hanya menurunkan Shah Reza Pahlevi dari puncak kekuasaannya, namun juga berdampak signifikan bagi AS yang semakin sulit untuk menjalin kedekatan hubungan dengan Iran. Bagaimana tidak, salah satu alasan terjadinya Revolusi Islam Iran karena bentuk kedekatan Shah Reza Pahlevi dengan AS yang terlalu membuka akses luas bagi AS untuk mengeksploitasi Iran. Rahman 2003, h. xviii mengatakan bahwa pasca Revolusi Islam Iran, AS semakin sulit untuk mengendalikan Iran. Bahkan salah seorang pejabat Dewan Keamanan Nasional AS Karen Brooks mengatakan bahwa Pemerintah Washington sangat menghormati Iran. Cara pendekatan Washington kepada Iran tidak bisa seperti umumnya dilakukan kepada negara-negara di Timur Tengah lainnya. Karena Iran bukanlah negara yang tertinggal, bangsa Iran merupakan bangsa yang maju, cerdas pemikirannya dan tinggi pendidikannya. Atas dasar itulah tidaklah mudah bagi pejabat Washington untuk mempengaruhi bangsa Iran. Apalagi pasca Revolusi Islam bangsa Iran sudah memiliki tradisi demokrasinya sendiri sehingga tidak ada alasan Washington untuk ikut campur dalam upaya penegakan demokrasi Rahman 2003, h. xix.