Embargo Ekonomi, Senjata Militer dan Pengisolasian Terhadap Iran

mempengaruhi negara-negara pan Arabisme seperti Uni Arab Emirates UAE, Arab Saudi, Kuwait, Irak, dan Oman untuk melakukan penekanan terhadap Iran atas tuduhan pengembangan senjata nuklir. Dalam usaha menghentikan pengembangan teknologi nuklir Iran, AS giat melakukan penggalangan dukungan ke negara-negara di berbagai belahan dunia. Tidak cukup menggalang dukungan hanya dengan Sekutu-sekutunya, AS pun mencoba mengendalikan IAEA selaku badan otoritas tertinggi yang berhak melakukan pemeriksaan terhadap suatu negara yang mengembangkan teknologi nuklir Jamaan 2007, h. 31. Terbukti sejak 2003 AS telah melakukan penekanan terhadap IAEA agar melakukan monitoring terhadap industri energi atom Iran dengan mengubah skema menjadi senjata pemusnah masal Jamaan 2007, h. 31. Akan tetapi, menurut Gogary 2007, h. 314 IAEA tidak mendapatkan bukti bahwa Iran sedang mengembangkan senjata nuklir untuk keperluan militer. Oleh sebab itu, IAEA menggantungkan kasus nuklir Iran ini. Pada Maret 2006, AS menekan IAEA untuk memaksa kasus nuklir Iran ini agar dilanjutkan ke DK-PBB Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa Jamaan 2007, h. 31. Kasus nuklir Iran telah mencapai tingkat DK-PBB. BPPK Kemenlu RI 2010 melaporkan bahwa dengan pengendalian AS beserta Sekutunya, AS berhasil mendorong DK-PBB untuk mengeluarkan beberapa Resolusi kepada Iran, berikut Resolusi-resolusi DK-PBB terhadap Iran beserta isinya: Resolusi DK-PBB No. 1696 Tahun 2006 Memutuskan bahwa DK-PBB memperingatkan kepada Iran mengenai ancaman program pengayaan nuklirnya. DK-PBB meminta Iran untuk memberhentikan pengayaan nuklirnya dan memberikan penangguhan sampai 31 Agustus 2006. Jika Iran tidak memenuhinya, maka sanksi berikut yang lebih berat akan diberikan kepada Iran. Anggreni 2009, h. 38-39. Resolusi DK-PBB No. 1737 Tahun 2006 Decides further that all states shall prevent the provision to Iran by their nationals or from or through their territories of technical training, financial resources or service, advice, other services or assistance related to the suplly, sale, transfer, provision, manufacture, maintenance or use such arms and related material, and in this context call upon all states to exercise vigilance and restraint over the supply sale, transfer, provision, manufacture and use of all other arms and related material . Memutuskan bahwa seluruh negara di dunia untuk mencegah pengiriman teknik pelatihan, pelayanan dan sumber keuangan, nasihat, dan lainnya yang berbentuk pengiriman, penjualan, transfer, ketetapan, dan kewaspadaan serta penahanan terhadap semua material dan bantuan kepada Iran. Terjemahan Penulis BPPK Kemenlu RI 2010. Resolusi DK-PBB No. 1747 Tahun 2007 Memutuskan bahwa DK-PBB melarang ekspor senjata dari Iran ke negara lain dan impor senjata dari negara lain ke Iran. Membekukan aset 28 pejabat tinggi Iran dan membekukan aset-aset perekonomian organisasi-organisasi ataupun negara-negara yang membantu pengembangan nuklir Iran. Kemudian, embargo ekonomi terhadap Iran dengan meminta semua lembaga keuangan dan negara-negara agar tidak membuat komitmen baru dalam rangka hibah, bantuan keuangan dan pinjaman lunak kepada pemerintah Iran. Anggreni 2009, h. 40. Resolusi DK-PBB No. 1803 Tahun 2008 Menetapkan dan memutuskan larangan perjalanan terhadap lima pejabat tinggi Iran, membekukan aset 13 perusahaan Iran dan 13 aset pejabat Iran di luar negeri, pelarangan penjualan barang-barang yang dapat berfungsi ganda untuk tujuan damai dan untuk tujuan militer ke Iran, pemeriksaan kapal-kapal barang dari dan menuju Iran, memonitor aktifitas dua bank Iran, mendorong para pemerintah untuk menarik dukungan pendanaan terhadap perusahaan-perusahaan yang melakukan perdagangan dengan Iran. Anggreni 2009, h. 41. Resolusi DK-PBB No. 1929 Tahun 2010 Decides that all states shall prevent the direct or indirect supply, sale or transfer to Iran, from or through their territories or by their nationals or individual subject to their jurisdiction, or using their flag vessels or aircraft, and whether or not originating in their terriotories, of any battle tanks, armoured combat vehicles, large calibre altillery systems, combat aircraft, attack helicopters, warships, missiles or missile systems as defined for the purposeof the United Nations register in conventional arms, or related material, including spare parts, or item as determined by the security council of the committee esthablished pursuant to Resolution 1737 2006. Memutuskan bahwa seluruh negara tidak dibenarkan untuk mensuplai senjata baik secara langsung atau tidak langsung, menjual, dan mentransfer senjata ke Iran, melalui wilayah perbatasan atau dari dalam negara ataupun individu kepada yurisdiksi tiap negara. Tidak dibenarkan juga menggunakan kapal, pesawat terbang yang terdapat bendera negara atau melalui garis wilayah negara lain. Negara-negara di seluruh dunia tidak dibenarkan mengirimkan perlengkapan perang seperti tank perang, kendaraan tempur lapis baja, sistem altileri kaliber besar, pesawat tempur, helikopter tempur, kapal perang, rudal atau sistem rudal mencangkup suku cadang yang telah ditegaskan dalam rapat DK-PBB dan dikukuhkan dalam Resolusi sebelumnya yakni Resolusi No. 1737 2006. Terjemahan Penulis BPPK Kemenlu RI 2010. Jamaan 2007, h. 46-47 mengatakan bahwa adanya Resolusi DK-PBB tersebut merupakan suatu bentuk bukti keberhasilan AS membawa kasus nuklir Iran ke tingkat DK-PBB dan bukti keberhasilan AS memanfaatkan lembaga DK-PBB sebagai instrumen penekan Iran. Dalam penguatan opininya, Presiden Ahmadinejad merespon kebijakan luar negeri AS yang cenderung menekan Iran. Presiden Ahmadinejad menegaskan bahwa Iran menolak setiap pemberian Resolusi dan sanksi kepada Iran Jamaan 2007, h. 54. Bahkan, Presiden Ahmadinejad mengancam setiap intervensi DK-PBB akan berpengaruh negatif bagi kerjasama Iran dengan IAEA yang pada mulanya Iran telah bersedia diinspeksi oleh IAEA, maka kemungkinan Iran akan melakukan konfrontasi dengan tidak lagi menyetujui inspeksi langsung dari IAEA Jamaan, 2007, h. 54. Selanjutnya, menurut Gogary 2007, h. 314, Presiden Ahmadinejad dalam rapat akbar di kota Meibot mengatakan bahwa “musuh-musuh rakyat Iran berupaya menggunakan DK-PBB untuk mencegah kemajuan dan pengembangan teknologi nuklir Iran. Namun, DK-PBB tidak memiliki legitimasi atas rakyat dunia”. Kemudian, pernyataan ini dikuatkan dengan pernyataan Ali Akbar Velayati selaku penasihat urusan luar negeri Iran yang mengatakan bahwa “segala resolusi yang ditujukan kepada Iran akan dianggap ill egal” Gogary 2007, h. 314. Sikap AS yang merespon pengembangan teknologi nuklir Iran dengan tekanan dan ancaman merupakan suatu bentuk kekhawatiran AS atas stabilitas keamanan kawasan Timur Tengah Gogary 2007, h. 255. Selebihnya, Jamaan 2007, h. 44 mengatakan bahwa tekanan dan ancaman AS tersebut untuk melindungi sekutu dekatnya yakni Israel dari ancaman kekuatan Iran, maka AS tidak segan-segan mengangkat kasus nuklir Iran ke tingkat DK-PBB. Lebih jauhnya AS berharap Resolusi dan sanksi yang dijatuhkan DK-PBB kepada Iran akan memaksa Iran untuk menghentikan pengembangan teknologi nuklirnya. Pada faktanya, Resolusi dan sanksi DK-PBB tidak memberikan dampak yang signifikan kepada Iran Gogary 2007, h. 314. Sebaliknya, Iran menyambut dengan penuh tantangan segala macam bentuk tekanan dan ancaman bagi kelangsungan pengembangan teknologi nuklirnya. Jamaan 2007, h. 51 mengatakan bahwa sejauh ini Iran berhasil meyakinkan China, Rusia selaku anggota DK-PBB dengan menyatakan bahwa apa yang dilakukan Iran bukanlah sebuah pelanggaran terhadap hukum ketetapan NPT Nuclear Non- Proliferation Treaty . NPT merupakan jaminan hukum bagi negara-negara pemilik teknologi nuklir dengan mematuhi aturan yang berlaku dalam ketetapan NPT Jamaan 2007, h. 45. Salah satu aturan NPT adalah negara-negara anggota dilarang mengembangkan teknologi nuklir untuk keperluan senjata militer Jamaan 2007, h. 37-38. Kemudian, pasal IV NPT menyatakan setiap negara yang tergabung berhak mengembangkan teknologi nuklir untuk keperluan damai Jamaan 2007, h. 48-49. Iran merupakan salah satu negara anggota NPT yang pengembangan teknologi nuklirnya berada dalam pengawasan dan ketetapan hukum NPT Gogary 2007, h. 314; Jamaan 2007, h. 43. Sehingga tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari pengembangan teknologi nuklir Iran yang bertujuan untuk keperluan sipil. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai program pengembangan teknologi nuklir Iran, maka penulis membahas secara terperinci pada Bab selanjutnya. Berikut penulis juga akan memaparkan upaya-upaya pemerintah Iran dalam rangka negosiasi meyakinkan AS dan Sekutunya, IAEA serta masyarakat internasional bahwa pengembangan nuklirnya aman dan bertujuan untuk keperluan sipil. 54

BAB III KEBIJAKAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI NUKLIR IRAN

Dalam Bab III ini, penulis mencoba membahas mengenai program pengembangan nuklir Iran yang menimbulkan respon pro dan kontra di dunia internasional. Kemudian, penulis juga akan membahas bagaimana Iran mempertahankan kemajuan riset teknologi nuklirnya, melalui diplomasi kepada AS yang menentang pengembangan teknologi nuklir Iran, juga diplomasi kepada badan atom internasional IAEA. Selanjutnya penulis akan mencoba memaparkan peran status keanggotaan Iran dalam NPT Nuclear Non-Proliferation Treaty yang pada dasarnya Iran telah membangun teknologi nuklirnya di bawah hukum yang ditetapkan NPT dan IAEA. Pembahasan terakhir pada Bab III ini adalah mengenai peningkatan kekuatan militer Iran. Penulis mencoba memaparkan kemajuan-kemajuan militer Iran dari segi alutsistanya Alat Utama Sistem Persenjataan jenis rudal, pesawat tempur dan kapal perang yang dimiliki Iran.

A. Program Pengembangan Teknologi Nuklir Iran 2005-2010

Pada dasarnya, pengembangan teknologi nuklir Iran memiliki beberapa tujuan penting bagi peran strategis Iran dalam persaingan di kawasan dan dunia. Labib et al. 2006, h. 187-188 memaparkan bahwa alasan dan tujuan Iran mengembangkan teknologi nuklirnya adalah, pertama, untuk menguatkan basis perekonomian Iran yang selama ini hanya mengandalkan eksport minyak dan gas. Dengan adanya alternatif pengalihan sumber energi listrik dari minyak ke teknologi nuklir, maka cadangan minyak Iran akan aman dan biaya produksi listrik melalui teknologi nuklir jauh lebih murah ketimbang mengkonversi minyak menjadi tenaga listrik. Kedua, teknologi nuklir sebagai bargaining power Iran di kawasan Timur Tengah terhadap Israel selaku sekutu dekat AS yang menentang pengembangan teknologi nuklir Iran. Ketiga, pengembangan teknologi nuklir sebagai momen untuk menunjukkan bahwa Iran merupakan negara yang patut diperhitungkan kekuatannya baik di kawasan maupun di dunia. Pengembangan teknologi nuklir Iran telah dilakukan sejak Iran dipimpin oleh Presiden Muhammad Shah Reza Pahlevi pada tahun 1960 Ansari 2008, h. 80. Ketika itu hubungan bilateral antara Iran-AS terjalin dengan baik. AS memanfaatkan penguasaan terhadap minyak Iran untuk dijual kembali di pasar internasional, dan Iran di bawah kepemimpinan Shah Reza memanfaatkan AS demi kelanggengan kekuasaannya Ansari 2008, h. 74. Akan tetapi, pasca Revolusi Islam 1979 kerjasama bilateral Iran-AS baik yang menyangkut kerjasama riset pengembangan teknologi nuklir diputuskan secara sepihak oleh AS Rahman 2003, h. 204. Hal ini terjadi karena pasca Revolusi Islam Iran, politik luar negeri Iran dengan AS berbeda haluan. Pemerintah Iran dipimpin oleh kelompok Wilayat El-Faqih selaku lembaga tertinggi di pemerintahan Iran di atas lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif KBRI Teheran 2009 dengan pemimpin utamanya Imam Ayatullah Khomeini yang sangat bertentangan dengan kebijakan luar negeri AS Rahman 2003, h. xx. Pasca Revolusi Islam Iran 1979, pengembangan teknologi nuklir Iran mengalami kevakuman selama kurang lebih 17 tahun dan kembali dikembangkan