Tidak hanya pengembangan di sektor rudal, Iran juga mengembangkan perangkat militer di sektor lainnya seperti Kapal Perang dan Pesawat Tempur buatan teknologi
dalam negeri Iran. Berikut daftar tabel peningkatan armada Kapal Perang Iran
No. Nama Kapal
Jenis Keterangan
1. Dzulfiqar
Selam Tahap Produksi
2. Seraj
Selam Tahap Produksi
3. Qaem
Selam Beroperasi
4. Ghadir
Selam Beroperasi
5. Frigate
Non-selam Beroperasi
6. Hovercraft SR.N6
Selam, darat Beroperasi
7. Hovercraft BH7 MK5
Selam, darat Beroperasi
Tabel 3.C. Dan, berikut tabel peningkatan armada Pesawat Tempur Iran:
No. Nama Pesawat
Jenis Keterangan
1. Azarakhsh
Berawak Beroperasi
2. F4
Berawak Beroperasi
3. F7
Berawak Beroperasi
4. FT7
Berawak Beroperasi
5. IL-76 AEW
Berawak Beroperasi
6. MIG 29
Berawak Beroperasi
7. Karrar
Tanpa awak Beroperasi
8. SU 24
Berawak Tahap Negosiasi
9. Saaqeh F4D, F4E, RF4E
Berawak Tahap Produksi
Tabel 3.D. Sumber: Modernisasi Sistem Persenjataan Militer Iran, Mohammad Shoelhi, 2007,
“Di Ambang Keruntuhan Amerika”, hlm. 163-166. Peningkatan kekuatan militer Iran tidak terlepas dari bantuan kerjasama
militer Iran dengan Rusia. Walaupun Iran juga melakukan kerjasama militer dengan Cina dan Korea Utara, namun kerjasama militer yang paling menonjol adalah
kerjasama militer antara Iran dengan Rusia Rahman 2003, h. 195. Hal ini diperkuat oleh perkataan Perdana Menteri Rusia Vladmir Putin yang mengatakan bahwa “Rusia
akan terus melanjutkan kerjasama militer dengan Iran dan akan melanjutkan pemberian senjata yang dibutuhkan Iran dengan tujuan untuk pertahanan kedaulatan
Iran” Shoelhi 2007, h. 165. Bahkan, Perdana Menteri Putin menambahkan bahwa “kami Rusia menginginkan hubungan kami menjadi elemen stabilitas di kawasan
Teluk dan dunia secara keseluruhan, AS dan Sekutu yang berspekulasi dan sengaja menekan kerjasama antara Iran-Rusia adalah pihak yang hanya ingin mengaburkan
hubungan kerjasama antara Rusia dengan Iran” Shoelhi 2007, h. 166. Mengingat adanya dukungan Rusia dan Cina terhadap Iran, maka AS beserta
Sekutunya mengendorkan tekanannya kepada Iran. Hal ini dilakukan AS karena Cina dan Rusia mengancam akan menggunakan hak vetonya terhadap keputusan yang
memberatkan Iran terutama keputusan untuk menggunakan opsi militer dalam menyelesaikan sengketa nuklir Iran Gogary 2007, h. 151. Oleh sebab itu, upaya
penyerangan AS dan Sekutu melalui jalur militer hanya sebatas rencana belaka yang perlu dikalkulasikan sebelumnya Gogary 2007, h. 253.
76
BAB IV ANALISA RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN
TEKNOLOGI NUKLIR IRAN 2005-2010
Dalam Bab IV ini, penulis mencoba menjelaskan respon AS Amerika Serikat terhadap pengembangan teknologi nuklir Iran. Respon tersebut berupa kebijakan
yang diterapkan AS dan Sekutunya dalam upaya penyelesaian sengketa nuklir Iran. Selain itu juga, solusi diplomasi kepada Iran bersama negara anggota tetap DK-PBB
Dewan Keamanan
Perserikatan Bangsa-Bangsa
dan Jerman.
Setelah menggambarkan respon yang diambil AS, penulis selanjutnya mencoba melihat
bagaimana isu pengembangan nuklir Iran yang berpengaruh terhadap masa depan hubungan bilateral antara Iran-AS setelah sekian lama mengalami pemutusan
hubungan diplomatik yaitu sejak terjadinya Revolusi Islam Iran 1979.
A. Respon AS Terhadap Penyelesaian Sengketa Nuklir Iran
A.1. Kebijakan AS dan Sekutu Terhadap Pengembangan Nuklir Iran
Pengembangan teknologi nuklir Iran tidak dapat dipandang sebelah mata. Iran telah membangun program nuklirnya secara terstruktur dan terencana, bukan
pengembangan nuklir yang instan yang baru dikembangkan dua atau tiga tahun belakangan ini. Melainkan pengembangan nuklir yang merupakan wujud dari
keinginan semua lapisan dan faksi masyarakat Iran. Selain itu, tujuan pengembangannya pun jelas untuk memasok energi dan beberapa kebutuhan
domestik lainnya yang begitu penting bagi kelangsungan hidup masyarakat Iran seperti yang sudah penulis paparkan sebelumnya. Pengembangan nuklir Iran juga
diyakini sebagai alat bargaining power Iran terhadap Israel yang merupakan satu- satunya negara yang memiliki bom nuklir di kawasan Timur Tengah. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Labib et al. 2006, h. 87-88 yang mengatakan bahwa “alasan dan
tujuan Iran mengembangkan teknologi nuklirnya adalah sebagai alternatif pengalihan sumber energi listrik dari pembakaran BBM, teknologi nuklir juga sebagai
bargaining power di kawasan Timur Tengah terhadap Israel selaku sekutu dekat AS
yang menentang pengembangan teknol ogi nuklir Iran”. Apabila AS dan Sekutunya
menginginkan penyelesaian sengketa nuklir Iran melalui jalur militer, maka langkah tersebut tidak bertujuan untuk menyelesaikan masalah melainkan semakin
merumitkan permasalahan. Perubahan kebijakan AS terhadap pengembangan nuklir Iran ditandai oleh
kesedian AS untuk mau mempertimbangkan penyelesaian melalui jalur diplomasi terhadap sengketa nuklir Iran IRI Broadcasting, 7 Desember 2010. Misalnya,
Shoelhi 2007, h. 171 mengatakan bahwa AS akan mempertimbangkan tawaran Iran mengenai akan diadakannya suatu konsorsium penelitian nuklir Iran yang diketuai
oleh Perancis. Akan tetapi, pertimbangan AS ini dikritik oleh Israel selaku sekutu AS di Timur Tengah. Menurut laporan Republika Online 14 Desember 2010 Israel
melalui Perdana Menterinya Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa “satu-satunya cara untuk menghentikan nuklir Iran adalah dengan menyerang negara tersebut
melalui jalur militer bukan melalui perundingan damai”. Pernyataan Perdana Menteri Israel ini secara langsung mendapat kecaman dari Rusia dan Cina. Menurut kedua