Teori Deep Pocket Deep Pocket Theory IFRS International Financial Reporting Standards

19 perubahan dalam lingkungan regulasi memberikan efek yang paling signifikan dalam meningkatkan biaya pengauditan karena adanya pembentukan ulang pada profesi pengauditan. Perubahan regulasi dalam suatu negara memberikan domino effect yang tidak hanya berdampak pada pihak-pihak tertentu saja. Oleh karena itu, regulasi dibentuk berdasarkan kepentingan publik, bukan hanya kepentingan pribadi semata. Adapun jika dilihat dari sisi ekonomis, pengadopsian IFRS akan menambah biaya pembuatan laporan keuangan yang disebabkan dari perlunya adaptasi perubahan-perubahan dan pembelajaran-pembelajaran terkait dengan peraturan yang baru. Namun demikian hal ini tentunya sebanding dengan manfaat yang diperoleh dari pengadopsian IFRS itu sendiri. Horton et al. 2013 menyatakan bahwa pengadopsian IFRS telah meningkatkan kualitas dari informasi dari pasar modal dan hasil akhir berupa informasi lingkungan perusahaan yang meningkatkan kualitas informasi dan komparabilitas akuntansi.

2.1.3. Teori Deep Pocket Deep Pocket Theory

Teori ini menjelaskan hubungan cateris paribus antara insentif yang diterima auditor dengan opini yang diberikan. Teori ini dikembangkan oleh Simunic 1980. Dalam teori ini, risiko litigasi lebih besar terjadi pada auditor Big Four daripada Non Big Four apabila auditor memiliki kesalahan dalam memberikan opini “ Wajar Tanpa Pengecualian”. Chrisnoventie dan Raharja 2012 menyebutkan auditor yang memiliki tingkat risiko yang lebih tinggi memiliki insentif yang lebih besar khususnya 20 saat klien memiliki tingkat risiko litigasi yang lebih tinggi, secara efektif memonitor sistem pelaporan keuangan untuk menghindari atau mengurangi kerugian moneter. Hal ini terkait pada biaya audit yang akan dikeluarkan oleh perusahaan. Tentunya perusahaan yang besar memiliki risiko litigasi yang besar sehingga untuk mengauditnya KAP butuh insentif yang lebih besar lagi karena jika dikemudian hari terjadi hal-hal yang merugikan pihak-pihak yang berkaitan dengan perusahaan, KAP dapat meminimalkan kerugian yang akan dideritanya terkait reputasi KAP, dan tuntutan lainnya. Risiko litigasi ini dinilai dengan menilai risiko perusahaan. Yaacob dan Che- Ahmad 2012 menyatakan risiko perusahaan dan pekerjaan yang lebih tinggi akan berkaitan dengan tingginya audit fees dan audit report lag.

2.1.4. IFRS International Financial Reporting Standards

IFRS International Financial Reporting Standards merupakan standar akuntansi internasional yang diterbitkan oleh International Accounting Standards Board IASB. Ada empat organisasi utama dunia yang menyusun standar akuntansi internasional yang terdiri dari 1 IASB, 2 Komisi Masyarakat Eropa EC, 3 Organisasi Internasional Pasar Modal IOSOC, dan 4 Federasi Akuntansi Internasional. Sebelum standar akuntansi internasional yang diterbitkan oleh IASB ini bernama IFRS, standar ini dikenal dengan nama International Accounting Standards IAS. Adapun IASB sebelumnya bernama IASC International Accounting Standard Committee. 21 IASC pada tahun 2001 berganti menjadi IASB. Seluruh IAS yang telah diterbitkan diadopsi oleh IASB. Martani et al. 2012 menyebutkan beberapa tujuan dari IASB yaitu: 1. untuk mengembangkan satu set standar akuntansi yang berkualitas tinggi, yang dapat dipahami dan diterapkan secara internasional yang diperlukan sebagai prasyarat dihasilkannya laporan keuangan dan laporan keuangan lain yang berkualitas, transparan, dan dapat dibandingkan untuk membantu pemakai laporan keuangan dan partisipan dari berbagai pasar modal seluruh dunia mengambil keputusan ekonomi; 2. untuk mempromosikan penggunaan standar kepada para pengguna; 3. untuk bekerja sama dengan dewan standar nasional dari berbagai negara untuk melakukan konvergensi dan menjadikan IFRS sebagai standar akuntansi yang berkualitas. Kim et al. 2012 menyatakan negara dengan pasar modal yang menjanjikan, seperti, Australia, negara-negara anggota Uni Eropa, Hongkong, Filipina, dan Afrika Selatan, telah mewajibkan perusahaan-perusahaan yang terdaftar di bursa efek negara masing-masing untuk membuat laporan keuangan konsolidasi yang berbasis IFRS untuk setiap tahun keuangannya yang dimulai setelah 1 Januari 2005. Hal ini berarti, pada tahun 2005 beberapa negara telah mewajibkan pengadopsian IFRS di negaranya masing- masing. 22 Pada tahun 2005, masih ada pula yang negara yang belum mengadopsi IFRS. Pada negara seperti Amerika Serikat, Mexico, Cina, Malaysia, dan Brazil belum mewajibkan IFRS sebagai standarnya. Adapula negara yang belum mewajibkan pengadopsian IFRS, namun mengizinkan pengadopsian IFRS secara sukarela. Maka, Kim et al. 2012 membagi perusahaan- perusahaan di dunia menjadi 3 kelompok: i bukan pengadopsi IFRS; ii mengadopsi IFRS ketika dipaksa untuk mengadopsinya; dan iii mengadopsi IFRS secara sukarela. Pengadopsian IFRS di setiap negara memiliki metode yang berbeda- beda. Metode pengadopsian IFRS terdiri atas dua bagian yaitu big bang strategy dan gradual strategy.Big bang strategy adalah metode pengadopsian IFRS yang dilakukan dengan cara mengadopsi standar-standar sekaligus tanpa adanya tahapan-tahapan. Metode ini biasanya dilakukan oleh negara- negara maju. Gradual strategy adalah metode pengadopsian IFRS yang dilakukan dengan cara mengadopsi standar-standar secara bertahap mengikuti kondisi lingkungan akuntansi negara tersebut. Metode ini biasanya dilakukan oleh negara berkembang. Tyrall et al. 2007 menyebutkan beberapa keuntungan dalam mengadopsi IFRS yaitu: 1. meningkatkan status dan kualitas yang diterima dari laporan keuangan; 2. mengeliminasi biaya dari pengembangan standar lokal; 23 3. meningkatkan nilai dari efisiensi dari pasar keuangan nasional maupun internasional dikarenakan meningkatnya tingkat pemahaman, komparabilitas, dan reliability dari laporan keuangan. IFRS tentunya memiliki perbedaan dengan standar akuntansi internasional lainnya, namun demikian tidak semuanya memiliki dampak material pada persiapan laporan keuangan.Ernst Young 2005 dan Jubb 2005 dalam Pawsey 2010 sebelumnya telah meneliti mengenai pemahaman atas standar IFRS dan standar IFRS yang memiliki pengaruh yang paling besar secara konsisten menemukan enam kunci kebijakan akuntansi dari IFRS yang memiliki pengaruh paling material dalam persiapan pelaporan keuangan. Adapun standar-standar yang dimaksud adalah: 1. IFRS 2 Share-Based Payments; 2. IAS 12 Income Taxes; 3. IAS 19 Employee Benefits; 4. IAS 36 Impairment; 5. IAS 38 Intangibles; 6. IAS 3239 Financial Instruments.

2.1.5. Perkembangan Pengadopsian IFRS di Indonesia