23
3. meningkatkan nilai dari efisiensi dari pasar keuangan nasional maupun internasional dikarenakan meningkatnya tingkat
pemahaman, komparabilitas, dan reliability dari laporan keuangan. IFRS tentunya memiliki perbedaan dengan standar akuntansi
internasional lainnya, namun demikian tidak semuanya memiliki dampak material pada persiapan laporan keuangan.Ernst Young 2005 dan Jubb
2005 dalam Pawsey 2010 sebelumnya telah meneliti mengenai pemahaman atas standar IFRS dan standar IFRS yang memiliki pengaruh
yang paling besar secara konsisten menemukan enam kunci kebijakan akuntansi dari IFRS yang memiliki pengaruh paling material dalam persiapan
pelaporan keuangan. Adapun standar-standar yang dimaksud adalah: 1. IFRS 2 Share-Based Payments;
2. IAS 12 Income Taxes; 3. IAS 19 Employee Benefits;
4. IAS 36 Impairment; 5. IAS 38 Intangibles;
6. IAS 3239 Financial Instruments.
2.1.5. Perkembangan Pengadopsian IFRS di Indonesia
Negara Indonesia saat ini telah mengadopsi IFRS sebagai standar akuntansi keuangannya. Negara Indonesia menggunakan gradual strategy
sebagai metode pengadopsiannya. Ikatan Akuntan Indonesia pada tahun 2008 mengeluarkan keputusan untuk melakukan konvergensi dengan IFRS yang
akan diberlakukan secara efektif pada tahun 2012.
24
Pengadopsian IFRS bukanlah isu yang baru di Indonesia. Sejak tahun 1994, Indonesia sebenarnya telah mengadopsi sebagian besar IAS.
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan PSAK dan Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan ISAK yang diberlakukan sejak tahun 1994 adalah
saduran dari IAS dan interpretasi SIC yang diterbitkan sebelum tahun 1994. Namun, pengadopsian IAS ini dapat dikatakan jalan di tempat, tidak semua
revisi IAS, perubahan maupun interpretasi SIC diperbaharui pula di Indonesia.
Indonesia adalah anggota dari IFAC yang diwakili oleh IAI. Sebagai anggota IFAC, Indonesia wajib memenuhi kewajibannya. Salah satu
kewajiban anggota IFAC yang tertuang dalam SMO Statement of Membership Obligation adalah mengadopsi IFRS sebagai standar akuntansi
internasional. Ini berarti, pengadopsian IFRS di Indonesia juga tidak hanya murni sukarela saja, ada faktor-faktor lain yang terlibat dalam pengadopsian
ini. Tuntutan untuk mengadopsi IFRS ternyata tidak hanya datang dari internal negara Indonesia, namun juga berasal dari luar. Desakan
pengadopsian IFRS dalam waktu yang secepatnya ini juga diperkuat dengan hasil forum G20 di Washington DC pada tanggal 15 September 2008 yang
inti keputusannya adalah mengadopsi IFRS sebagai standar akuntansi internasional yang demokratis. Hal ini merupakan kewajiban bagi negara
Indonesia selaku anggota dari G20 untuk melaksanakan keputusan itu. Tingkatan pengadopsian IFRS di setiap negara adalah berbeda-beda.
Hal ini tergantung kepada kebijakan yang dianut oleh negara itu. Menurut
25
Dewan Standar Akuntansi Keuangan DSAK, tingkat pengadopsian IFRS dapat dibedakan menjadi 5 tingkat:
1. Full Adoption; suatu negara mengadopsi seluruh standar IFRS dan menerjemahkan IFRS sama persis ke dalam bahasa yang negara
tersebut gunakan. 2. Adopted; program konvergensi PSAK ke IFRS telah dicanangkan
IAI pada Desember 2008. Adopted maksudnya adalah mengadopsi IFRS namun disesuaikan dengan kondisi di negara tersebut.
3. Piecemeal; suatu negara hanya mengadopsi sebagian besar nomor IFRS yaitu nomor standar tertentu dan memilih paragraph tertentu
saja. 4. Referenced; sebagai referensi, standar yang diterapkan hanya
mengacu pada IFRS tertentu dengan bahasa dan paragraf yang disusun sendiri oleh badan pembuat standar.
5. Not adopted at all; suatu negara sama sekali tidak mengadopsi IFRS.
Indonesia mulai mencapai tahapan full adoption IFRS sejak tahun 2012. Meskipun sudah memasuki tahapan ini tentunya masih ada beberapa standar
IFRS yang sudah di adopsi namun belum resmi digunakan. Salah satu contohnya adalah PSAK 1 mengenai penyajian laporan keuangan. Standar ini
telah direvisi pada tahun 2013, namun demikian pelaksanaannya baru akan dimulai pada 1 Januari 2015.
26
2.1.6. Perkembangan Pengadopsian IFRS di Malaysia