Variabel Dependen Uji Asumsi Klasik

53 penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel dependen dan variabel independen.

3.3.1. Variabel Dependen

Variabel dependen adalah variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen Sekaran, 2006. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah audit fee. Menurut IAPI 2008, Audit fee adalah imbal jasa atas waktu yang telah dipergunakan auditor dalam melaksanakan tugasnya dan biaya-biaya yang diperlukan auditor terkait jasa yang diberikan. Data mengenai audit fee dapat diperoleh dari laporan tahunan annual report seluruh perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia maupun Bursa Efek Malaysia periode 2011, 2012, 2013. Di Indonesia, pengungkapan mengenai audit fee masih bersifat voluntary disclosure sehingga data mengenai audit fee dapat diperoleh dari professional fees yang dicantumkan perusahaan dalam catatan atas laporan keuangan. Audit fee merupakan bagian dari professional fees dan dapat ditinjau dari pengungkapan laporan tahunan perusahaan. Sementara itu, di Malaysia, audit fees dapat dilihat dari auditor remuneration. Variabel audit fee diukur dengan menggunakan logaritma natural dari professional fees. Penggunaan logaritma natural ini bertujuan untuk meminimalisasi perbedaan angka yang terlalu jauh dari data melalui sampel yang telah diperoleh. 54 Bagaimanapun, mata uang dari negara Indonesia dan Malaysia adalah berbeda. Maka, agar dapat dibandingkan, maka nilai audit fees dari Malaysia, dikonversikan ke rupiah untuk menghilangkan perbedaan kurs mata uang di antara kedua negara. Kurs yang dipakai adalah kurs tengah Bank Indonesia pada akhir tahun yang diuji pada penelitian.

3.3.2. Variabel Independen

Variabel independen adalah variabel yang membantu menjelaskan varians dalam variabel terikat Sekaran, 2006. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

3.3.2.1. Audit Report Lag

Audit report lag ARL adalah periode antara periode akhir tahun perusahaan dengan tanggal laporan audit. Indriyani 2012 menyatakan audit report lag mengakibatkan berkurangnya kualitas isi informasi yang terkandung dalam laporan keuangan sehingga mempengaruhi tingkat ketidakpastian keputusan yang didasarkan pada informasi yang dipublikasikan. Pengukuran variabel ini dilakukan secara kuantitatif yang dinyatakan dalam jumlah hari dari selisih waktu antara berakhirnya tahun fiskal dengan tanggal diterbitkannya laporan audit.

3.3.2.2. Risiko Perusahaan

Risiko perusahaan dapat diukur dengan menggunakan berbagai indikator rasio keuangan yang menjadi determinan risiko yang ada di perusahaan. Yaacob dan Che-Ahmad 2012 memilih current ratio, 55 debt ratio, dan kerugian sebagai proksi untuk mengukur risiko perusahaan. Griffin et al 2009, memilih current ratio, debt ratio, dan ROA sebagai proksi untuk mengukur risiko perusahaan. Younas et al. 2014 menggunakan debt ratio sebagai proksi mengukur risiko perusahaan. Berdasarkan penelitian terdahulu ini, maka peneliti memilih debt ratio sebagai proksi dari risiko perusahaan dikarenakan rasio ini merupakan rasio yang paling sering digunakan sebagai proksi yang mewakili dari risiko perusahaan. Selanjutnya variabel risiko perusahaan disimbolkan menjadi RISK. Adapun perhitungan debt ratio yaitu: ���� ����� = ����� ����� ����� ������

3.3.2.3. Kompleksitas Audit

Kompleksitas audit ini terkait dengan upaya audit, pengetahuan auditor serta pertimbangan professional yang dibutuhkan auditor terkait penugasan audit. Hassan dan Nasser 2013 menyatakan perusahaan yang memiliki beberapa anak perusahaan memiliki tingkat kompleksitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki anak perusahaan yang lebih sedikit ataupun tanpa anak perusahaan sama sekali. Variabel kompleksitas audit ini diukur dengan menggunakan jumlah anak perusahaan yang dimiliki suatu perusahaan, baik di dalam dan luar negeri. Semakin banyak anak perusahaan yang dimiliki oleh 56 suatu perusahaan, tentunya akan semakin kompleks kegiatan pengauditannya. Selanjutnya variabel kompleksitas audit disimbolkan dengan KMPLAU.

3.3.2.4. Ukuran Perusahaan

Ukuran Perusahaan dinilai dari total aset yang dimiliki oleh perusahaan De George et al. 2013. Semakin besar total aset yang dimiliki oleh perusahaan, tentunya perusahaan semakin mampu untuk menutupi seluruh kewajiban perusahaanya dan mampu meningkatkan kegiatan operasional untuk mendapat laba yang besar. Variabel ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan logaritma natural dari total asset. Selanjutnya variabel ini akan disimbolkan dengan LNTA.

3.3.2.5. Jenis KAP

Penelitian ini membagi Kantor Akuntan Publik KAP menjadi dua bagian, KAP Big Four dan KAP Non Big Four. KAP Big Four adalah kantor akuntan publik asing yang termasuk ke dalam Big Four yang berafiliasi dengan kantor akuntan publik lokal. KAP Non Big Four adalah kantor akuntan publik lokal yang berafiliasi dengan kantor akuntan publik asing selain Big Four, ataupun tidak berafiliasi sama sekali yang telah memperoleh izin pendirian usaha audit sesuai dengan peraturan hukum yang berlaku. Adapun KAP yang tergolong ke dalam Big Four yaitu: 57 1 Pricewaterhouse Coopers PwC 2 Ernst and Young EY 3 Deloitte Touche Thomatsu DTT 4 Klynveld Peat Marwick Goerdeler KPMG Pengukuran variabel jenis KAP KAP adalah dengan menggunakan variabel dummy, dengan memberikan skor 1 untuk Big Four, dan skor 0 untuk Non Big Four.

3.3.2.6. Pengadopsian IFRS

Kendati terjadi perubahan kiblat standar akuntansi di negara Indonesia dan Malaysia yang saat ini mengadopsi IFRS, tentunya ada beberapa kesamaan antara IFRS dengan standar akuntansi yang sebelumnya. Beberapa kesamaan antara IFRS dan standar akuntansi yang sebelumnya tentu tidak berdampak secara signifikan pada pembuatan laporan keuangan. Oleh karenanya, ada beberapa standar IFRS yang lebih spesifik yang memiliki efek yang paling material pada persiapan laporan keuangan. Berdasarkan laporan yang dikeluarkan oleh akademisi dan badan professional e.g., Ernst Young 2005; Jubb 2005 dalam Pawsey 2010 secara konsisten telah mengidentifikasi enam kebijakan akuntansi dari IFRS yang mempunyai dampak paling material dalam persiapan laporan keuangan. Adapun standar-standar yang dimaksud yaitu: 1 IFRS 2 Share-Based Payments 2 IAS 12 Income Taxes 58 3 IAS 19 Employee Benefits 4 IAS 36 Impairment 5 IAS 38 Intangibles 6 IAS 3239 Financial Instruments De George et al. 2013 menyebutkan bahwa standar yang dimaksud di atas diambil dari analisis secara empiris dari laporan keuangan dan survey dari responden yang berasal dari eksekutif perusahaan; yang bagaimanapun penilaian biaya audit bergantung dari perilaku auditor. Oleh karenanya untuk mengetahui dampak dari pengungkapan perusahaan terhadap standar IFRS yang memiliki pengaruh paling besar dalam pelaporan keuangan, maka untuk pengukuran variabel ini dilakukan dengan memberi skor untuk masing- masing kategori penilaian dengan ketentuan sebagai berikut: 1 Jika perusahaan mengaplikasikan IFRS 2 maka akan mendapat skor 1, 0 jika lainnya 2 Jika perusahaan mengaplikasikan IAS 12 maka akan mendapat skor 1, 0 jika lainnya 3 Jika perusahaan mengaplikasikan IAS 36 atau memiliki goodwill maka akan mendapat skor 1, 0 jika lainnya 4 Jika perusahaan mengaplikasikan IAS 38 atau memiliki intangible assets maka akan mendapat skor 1, 0 jika lainnya 5 Jika perusahaan mengaplikasikan hedge accounting maka akan mendapat skor 1, 0 jika lainnya 59 6 Jika perusahaan mencantumkan derivative financial instrument maka akan mendapat skor 1, 0 jika lainnya 7 Quintile rank dari jumlah kotor dari aset dan kewajiban diukur dengan total aset dengan skor minimum 0 dan maksimum 5 Adapun jumlah maksimum dari penilaian skor ini adalah 11 dengan penilaian minimum adalah 0. Selanjutnya, jumlah skor pengungkapan atas standar IFRS yang spesifik akan disimbolkan dengan IFRS_Score. Selain menilai IFRS_Score, penelitian ini juga memasukkan tahun pengadopsian IFRS sehingga didapat gambaran peningkatan secara umum selain skor IFRS itu. Adapun penilaian tahun pengadopsian IFRS menggunakan variabel dummy dengan memberikan skor 1 untuk laporan keuangan yang diaudit pada tahun pengadopsian IFRS dan memberikan skor 0 untuk lainnya. Untuk selanjutnya tahun pengadopsian IFRS akan disimbolkan dengan IFRS. Cara penilaian atas variabel independen ini sebelumnya merupakan modifikasi dari penelitian terdahulu De George et al.; 2013. Hasil dari penelitian De George et al. 2013 menunjukkan bahwa peningkatan dalam biaya audit selama masa pengadopsian IFRS dapat terlacak melalui permintaan klien yang berhubungan dengan share-based payments, hedge accounting, instrumen-instrumen keuangan, goodwill and intangible balances, dan penyesuaian pajak sesuai dengan IFRS. 60 Secara ringkas, variabel independen dan dependen dari penelitian ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel No Variabel Definisi Formula Variabel Independen X 1 Audit Report Lag Selisih hari antara tanggal penutupan laporan keuangan dengan tanggal laporan audit Jumlah selisih hari antara tanggal penutupan laporan keuangan dengan tanggal laporan audit. 2 Risiko Perusahaan Membandingkan antara total hutang dengan total aktiva Total Hutang Total aktiva 3 Kompleksitas Audit Tingkat kerumitan kegiatan pengauditan Jumlah Anak Perusahaan 4 Ukuran perusahaan Ukuran perusahaan adalah besar kecilnya perusahaan berdasarkan total aset yang dimilikinya Logaritma natural dari total aktiva 5 Jenis KAP Jenis KAP yang digunakan untuk kegiata pengauditan Skor 1 jika memakai KAP Big Four Skor 0 jika tidak memakai KAP Big Four 6 Tahun Adopsi IFRS Tahun diberlakukannya tahap pengadopsian IFRS Skor 1 jika tahun tersebut perusahaan telah di tahap pengadopsian IFRS Skor 0 jika tahun tersebut perusahaan belum di tahap pengadopsian IFRS 7 Skor IFRS Penggunaan standar IFRS dalam standar akuntansi di suatu negara Skor IFRS, maksimum bernilai 11 Variabel Dependen Y 1 Audit Fees Imbal jasa kepada auditor eksternal untuk mengaudit laporan keuangan Logaritma natural dari audit fees 61 3.4.Populasi dan Sampel Penelitian ini akan membandingkan pengaruh pengadopsian IFRS terhadap audit fees di negara Indonesia dan Malaysia. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di database Indonesia dan Malaysia mulai tahun 2011 – 2013. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive random sampling, yaitu pemilihan sampel berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. Adapun kriterianya sebagai berikut: 1. Perusahaan hanya terdaftar di salah satu bursa efek negara yaitu Indonesia dan Malaysia selama tahun 2011–2013. Hal ini dikarenakan penelitian ini akan membandingkan faktor-faktor yang mempengaruhi audit fees selama masa pengadopsian IFRS di masing-masing negara tersebut. 2. Perusahaan manufaktur yang berasal dari sektor industri. Sektor industri dipilih dikarenakan kelompok perusahaan ini merupakan salah satu kelompok perusahaan yang berjumlah cukup besar diantara kelompok perusahaan lainnya yang go public di bursa. 3. Perusahaan memiliki periode laporan keuangan yang telah diaudit dan berakhir pada tanggal 31 Desember. Hal ini dikarenakan tidak semua laporan keuangan perusahaan memiliki siklus laporan keuangan yang sama, khususnya di negara Malaysia. 4. Perusahaan yang dijadikan sampel haruslah memiliki laporan keuangan yang lengkap sesuai dengan kebutuhan penelitian. Adapun kebutuhan 62 penelitian ini yaitu laporan keuangan yang telah diaudit pada tahun 2011, 2012, 2013. 5. Laporan keuangan perusahaan pada periode yang diteliti harus tersedia dan mengandung informasi yang dibutuhkan sehingga dapat dilakukan penelitian. Laporan keuangan juga haruslah menyertakan informasi terkait standar akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangannya, sehingga dapat diketahui kesesuaian standar akuntansi yang berlaku di negara itu dengan IFRS. 6. Perusahaan tidak mengalami kerugian selama periode penelitian dalam laporan keuangan konsolidasinya. Terdapat 104 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang merupakan perusahaan manufaktur yang berasal dari sektor industri. Namun demikian tidak semua memenuhi kriteria yang ditetapkan. Adapun total perusahaan manufaktur sektor industri yang memenuhi kriteria adalah sebanyak 34 perusahaan. Sementara itu, perusahaan manufaktur sektor industri yang terdaftar di Bursa Malaysia dengan periode laporan keuangan yang berakhir adalah sebanyak 187 perusahaan. Dari perusahaan manufaktur sektor industri itu, yang memenuhi kriteria adalah sebanyak 57 perusahaan. Adapun nama perusahaan yang menjadi sampel dapat dilihat pada lampiran i dan ii. 3.5.Jenis dan Sumber Data 63 Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan dan laporan tahunan perusahaan yang diperoleh dari situs resmi bursa efek Indonesia dan bursa efek Malaysia. 3.6.Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah metode dokumentasi, yakni penggunaan data yang berasal dari dokumen-dokumen yang sudah ada. Hal ini dilakukan dengan cara melakukan penelusuran data-data yang diperlukan dari laporan publikasi perusahaan, laporan keuangan dan laporan tahunan tahun 2011, 2012, dan 2013. 3.7.Metode Analisis 3.7.1. Statistika Deskriptif Penelitian ini menggunakan analisis statistik deskriptif. Statistik deskriptif adalah metode-metode yang berkaitan dengan pengumpulan dan penyajian suatu gugus data sehingga memberikan informasi yang berguna. Tujuan analisis deskriptif adalah untuk mengetahui disperse dan distribusi data. Adapun alat analisis yang digunakan adalah rata-rata mean, standar deviasi, maksimum, dan minimum Ghozali,2006 . Statistik deskriptif ini digunakan untuk mendeskripsikan variabel-variabel dalam penelitian ini.

3.7.2. Uji Asumsi Klasik

Sebelum data untuk kepentingan penelitian diproses lebih lanjut, maka data-data penelitian ini harus diuji statisitik terlebih dahulu. Adapun 64 pengujian statistik ini yaitu uji asumsi klasik. Model regresi yang baik adalah model yang dapat memenuhi kriteria estimasi tidak bias garis linear terbaik BLUE=Best Linear Unbiased Estimation dimana kriterianya yaitu dapat memenuhi asumsi-asumsi klasik. Artinya, model regresi dikatakan BLUE apabila tidak terdapat Autokorelasi, Multikolinearitas, Heterokedastisitas, dan Normalitas. Berikut penjelasan mengenai asumsi klasik Ghozali, 2006.

a. Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau tidak dengan uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov K-S. Uji Kolmogorov Smirnov merupakan pengujian yang banyak dipakai. Kelebihan dari uji ini adalah sederhana dan tidak menimbulkan perbedaan persepsi di antara satu pengamat dengan pengamat yang lain, yang sering terjadi pada uji normalitas dengan menggunakan grafik. Untuk membaca hasil analisis uji Kolmogorov-Smirnov, jika tingkat signifikansi lebih dari 0,05 maka H diterima, hal ini berarti bahwa data tersebut mempunyai distribusi normal. Sebaliknya, jika tingkat signifikansi kurang dari 0,05 maka H0 ditolak, yang berarti bahwa data tersebut tidak mempunyai distribusi normal.

b. Uji Heterokedastisitas

Uji Heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan 65 yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut heterokedastisitas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas digunakan metode grafik plot antara lain prediksi variabel terikat dependen yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah dipresiksi dan sumbu X adalah residual Yprediksi – Ysesungguhnya.

c. Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebasindependen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel independen. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas dalam model regresi dengan melihat nilai tolerance dan lawannya nilai variance inflation factor VIF. Suatu model regresi yang terdapat multikolinearitas apabila nilai tolerance 0,10 atau sama dengan VIF 10.

d. Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah di dalam suatu model regresi linear terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada perote t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1. Pendeteksian ada atau tidaknya autokorelasi menggunakan uji Durbin-Watson DW test. Uji Durbin-Watson hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu first order 66 autocorrelation dan mensyaratkan adanya intercept konstanta dalam regresi dan tidak ada variabel lagi diantara variabel independen. Pengambilan keputusan dapat dilihat melalui tabel berikut. Tabel 3.2 Autokorelasi Hipotesis Nol Keputusan Jika Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 d dl Tidak ada autokorelasi positif No decision dl ≤ d ≤ du Tidak ada korelasi negative Tolak 4-dl d 4- du Tidak ada korelasi negative No decision 4-du ≤ d ≤ 4- dl Tidak ada autokorelasi, positif atau negative Tidak ditolak du d 4-du

3.7.3. Analisis Regresi Berganda