Batas Waktu Penyampaian Laporan Keuangan Risiko Perusahaan

29 kemungkinan salah saji yang material akibat salah penerapan standar IFRS ini. Apabila gagal ditemukan auditor tentu ini akan merusak reputasi auditor dan bahkan akan timbul tuntutan dari klien maupun pihak luar ke auditor. Kehati-hatian auditor ini membawa pada tambahan waktu untuk melakukan pengauditan yang akan meningkatkan audit fees yang diminta klien.

2.1.8. Batas Waktu Penyampaian Laporan Keuangan

Berdasarkan keputusan BAPEPAM Nomor: Kep – 36PM2003 tentang kewajiban penyampaian laporan berkala di Indonesia mengungkapkan bahwa perusahaan yang melaporkan laporan tahunan harus menyertakan laporan pendapat dengan pendapat yang lazim dan disampaikan kepada BAPEPAM, penyampaiannya selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga setelah tanggal laporan keuangan. Laporan yang disampaikan harus terdiri dari: Neraca, Laporan laba rugi, Laporan perubahan ekuitas, Laporan arus kas, laporan lain dan, catatan atas laporan keuangan. Batas waktu penyampaian laporan keuangan di Malaysia diperoleh berdasarkan informasi dari Ummi dan Rashidah 2011 dalam Indriyani 2012. Bursa Malaysia Listing Requirement chapter 9.23 mengungkapkan bahwa perusahaan yang tercatat di Bursa Malaysia harus mengajukan laporan tahunannya kepada bursa Malaysia 6 bulan setelah akhir periode.

2.1.9. Risiko Perusahaan

Hassan et al. 2013 menyatakan risiko perusahaan sebagai salah satu faktor penting dalam audit fees. Lebih lanjut, Hassan et al. 2013 30 menyatakan auditor membutuhkan usaha lebih dalam mengaudit klien dengan kondisi keuangan yang lebih jelek untuk menghindari tuntutan hukum terhadap auditor di masa depan, yang akhirnya menyebabkan audit fees yang lebih tinggi. Apalagi ketika masa kebangkrutan Enron, WorldCom yang menyebabkan semakin tingginya tuntutan hukum pada auditor dikarenakan opini yang diberikan. Younas et al 2014 dalam penelitiannya menemukan, bahwa risiko perusahaan merupakan salah satu faktor yang penting dalam menentukan audit fees yang dibayarkan kepada auditor di Pakistan. Namun demikian, hasil yang berbeda diperoleh di Cina, dimana risiko perusahaan bukan faktor yang menentukan audit fees di Cina. Berdasarkan penelitian ini ditemukan fakta bahwa dalam penentuan nilai audit fees berbeda-beda di setiap negara, tergantung perspektif dari negara itu. Dalam kasus pengadopsian IFRS, De George et al. 2013 menyatakan peningkatan usaha untuk mengaudit disebabkan oleh dua faktor. Pertama, auditor akan melakukan usaha tambahan untuk memahami standar yang baru sehingga auditor dapat mengases apakah standar sudah benar berlaku atau tidak. Biaya berulang akan meningkat jika auditor menilai bahwa butuh usaha yang lebih dalam pelaporan dengan standar IFRS. Alasan kedua yaitu, auditor cenderung untuk menambah usaha audit untuk mengelola risiko dari pengadopsian IFRS dalam hal 1 kemungkinan laporan keuangan disajikan salah secara material, dan 2 risiko litigasi kemungkinan timbulnya pembayaran kewajiban atau kerugian akibat 31 reputasi terkait dengan konsekuensi dari laporan keuangan yang salah saji secara material. Juanda 2007 mengartikan risiko litigasi sebagai risiko yang melekat pada perusahaan yang memungkinkan terjadinya ancaman litigasi oleh pihak- pihak yang memungkinkan terjadinya ancaman litigasi oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan yang merasa dirugikan. Adapun pihak- pihak yang dimaksud Juanda 2007 meliputi kreditor, investor, dan regulator. Juanda 2009 menilai risiko litigasi ini dari beberapa faktor, volatilitas saham, risiko keuangan perusahaan, dan risiko politik. Secara konsep, semakin tinggi risiko litigasi, akan mengakibatkan semakin besar audit fees yang diminta oleh klien. Dalam penelitian Badertscher et al. 2014 yang menemukan bahwa semakin tinggi risiko litigasi audit yang dari kepemilikan perusahaan yang terbuka yang akhirnya berdampak pada audit fees. Ini berarti, tingkat risiko litigasi yang diterima auditor akan berbeda antara perusahaan yang masih tertutup dibandingkan dengan yang terbuka. Konvergensi IFRS berkontribusi terhadap peningkatan biaya kepatuhan oleh perusahaan De George et al, 2013. Hal ini tentu akan membuat auditor harus berhati-hati sehingga tidak lalai dalam melaksanakan tugasnya. Perusahaan yang sudah mengeluarkan biaya yang lebih tinggi tentu akan menuntut kinerja auditor yang lebih baik. Kehati-hatian auditor ini sangat diperlukan karena untuk melindungi reputasinya, auditor harus melakukan 32 peningkatan upaya auditnya. Berdasarkan penelitian Kim et al. 2012 peningkatan upaya audit akan meningkatkan audit fees.

2.1.10. Litigasi Auditor