1
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Globalisasi bukanlah suatu hal yang asing lagi di kehidupan masyarakat modern saat ini. Adanya globalisasi menjadikan dunia tidak lagi terpisahkan
waktu dan jarak. Ibarat cermin, dunia dapat dilihat tembus pandang karena mudahnya akses untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan. Informasi ini
tidak hanya menyangkut aspek-aspek tertentu saja di suatu negara, namun juga menyangkut segala aspek kehidupan di seluruh dunia. Salah satu aspek ini adalah
ekonomi. Globalisasi juga mempengaruhi aktivitas ekonomi di suatu negara. Semakin mudah akses informasi, tentunya akan semakin mudah pula aktivitas
ekonomi di suatu negara dengan negara lainnya. Saat ini banyak negara-negara yang telah membentuk perjanjian-perjanjian terkait bidang ekonomi, baik dalam
bentuk bilateral, maupun multilateral. Adapula yang membentuk organisasi ekonomi regional sehingga mampu memperkuat perekonomian di kawasan
regional itu, seperti AFTA, Uni Eropa. Hal ini membuktikan bahwa saat ini kegiatan perekonomian tidak lagi terbataskan oleh tempat dan waktu. Apalagi saat
ini terjadi peningkatan aktivitas ekonomi di dunia, yang akan meningkatkan kebutuhan atas keseragaman laporan keuangan dan prinsip-prinsip bisnis secara
internasional. Sebagaimana telah diketahui, laporan keuangan merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dalam kegiatan perekonomian. Laporan keuangan mencerminkan kondisi dari entitas secara matematis. Laporan keuangan
2
seharusnya dapat dibaca oleh penggunanya, yang berarti laporan keuangan haruslah menggunakan ‘bahasa’ yang dapat dipahami oleh penggunanya. Bahasa
yang dimaksud disini adalah standar akuntansi keuangan yang berlaku secara internasional. Salah satu dari standar akuntansi keuangan yang berlaku secara
internasional adalah International Financial Reporting Standards IFRS. IFRS adalah standar akuntansi yang berlaku secara internasional yang dibuat oleh
organisasi IASB. IFRS adalah standar akuntansi yang saat ini telah dipakai hampir di lebih
dari 100 negara. Banyak negara yang sudah ataupun telah memulai mengarahkan kiblat akuntansinya sesuai dengan IFRS. Oleh karenanya, konvergensi IFRS
adalah sebuah fenomena global dan tren yang bergerak semakin jauh. IFRS telah diterima menjadi perubahan wajib di banyak negara, seperti Uni Eropa EU,
Australia, New Zealand, Rusia, Afrika, Bahrain, Amerika Serikat, Afrika Selatan, Singapura, dan Malaysia Bebbington dan Song, 2007. Regulator dan pembuat
kebijakan banyak yang menyatakan bahwa IFRS meningkatkan kualitas dan komparabilitas dari pelaporan keuangan De George et al., 2013. Tyrall et al
2007 telah menyebutkan beberapa keuntungan dari pengadopsian IFRS yang diantaranya: i meningkatkan status dan kualitas yang diterima dari laporan
keuangan, ii mengeliminasi biaya dari pengembangan standar lokal, dan iii meningkatkan nilai dari efisiensi dari pasar keuangan nasional maupun
internasional dikarenakan meningkatnya tingkat pemahaman, komparabilitas, dan reliability dari laporan keuangan.
3
Namun demikian, pengembalian yang sebenarnya dari pengadopsian IFRS seharusnya juga dievaluasi dengan melihat trade off biaya-biaya dari transisi
dan biaya-biaya yang berulang terjadi recurring costs dalam proses pelaporan dengan manfaat berulang pada komparabilitas dan peningkatan kualitas pelaporan
Hail et al., 2010. Pada dasarnya manfaat yang diperoleh atas penggunaan standar IFRS juga tidak dapat dilepaskan dari biaya yang timbul untuk memperoleh
manfaatnya. Yaacob dan Che-Ahmad 2012 menyatakan isu dari kompleksitas IFRS telah menjadi perhatian utama bagi pembuat laporan keuangan, komisaris,
dan auditor. Dikarenakan IFRS mengarah kapada meningkatnya pengungkapan, yang tentunya membutuhkan waktu dan usaha yang lebih untuk memverifikasi
secara meluas dan menyediakan assurance terkait laporan keuangan yang telah diaudit Hoogendoorn, 2006. Usaha dan waktu lebih ini tentunya akan
menimbulkan biaya lebih untuk perusahaan yang akhirnya menimbulkan dampak pada peningkatan audit fee yang diberikan kepada auditor.
Vieru dan Schadewitz 2010 menyatakan, penyesuaian-penyesuaian IFRS berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap jumlah audit fees yang dibayar
kepada auditor. Hal ini berarti perusahaan yang memiliki penyesuaian- penyesuaian IFRS dalam laporan keuangan dan neracanya memiliki biaya
sehubungan pergantian standar IFRS yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan yang mempunyai nilai penyesuaian IFRS yang besar.
Yaacob dan Che-Ahmad 2012 menyatakan bahwa adanya peningkatan yang signifikan dalam audit fees pada periode setelah pengadopsian IFRS di negara
Malaysia. Hasil penelitian ini adalah konsisten dengan sebelumnya yang
4
menginvestigasi pengaruh perubahan regulasi dalam audit fees Cosgrove dan Niederjohn, 2008; Jeong et al., 2005; Etteredge et al., 2007; Hoitash et al., 2008;
Ghosh dan Pawlewicz, 2009; Ebrahim, 2010. Studi ini konsisten pula dengan temuan Griffin et al. 2009 yang mempercayai adanya peningkatan yang
signifikan dalam audit fees selama 2004 sampai dengan 2006 yang berhubungan dengan pengadopsian IFRS di Selandia Baru, namun tidak berhubungan dengan
perubahan regulasi lainnya. Yaacob dan Che-Ahmad 2012 juga meneliti lebih lanjut untuk menentukan diantara tahun setelah pengadopsian IFRS yang
mempunyai dampak paling besar pada audit fees. Adapun hasilnya adalah pada tahun pertama pengadopsian IFRS tidak signifikan, namun pada dua tahun
selanjutnya adalah signifikan. Sementara itu, De George et al. 2013 menyatakan dalam kasus
pengadopsian IFRS, peningkatan usaha audit disebabkan oleh dua faktor utama. Pertama, auditor akan melakukan usaha tambahan untuk dapat memahami standar
yang baru sehingga mereka dapat mengasseskan apakah standar telah digunakan secara benar. Kedua, auditor akan meningkatkan usaha audit untuk mengelola
risiko dari pengadopsian IFRS dalam hal 1 adanya kemungkinan laporan keuangan salah saji secara material, dan 2 risiko litigasi, yaitu probabilitas dari
pembayaran premium fees yang meyebabkan auditor ataupun KAP pengaudit kehilangan reputasi dan independensi, yang tentunya terkait dengan konsekuensi
dari laporan keuangan yang salah saji yang material. Adanya risiko litigasi ini tentunya akan menyebabkan auditor akan berhati-hati dalam melakukan pemilihan
kliennya. Apalagi ditambah dengan kondisi transisi standar yang digunakan dalam
5
membuat laporan keuangan, auditor tentunya akan melakukan usaha pengauditan lebih yang berdampak pada meningkatnya audit fee yang diminta kepada
perusahaan. Pada penelitian sebelumnya, terbukti bahwa risiko perusahaan adalah
salah satu faktor yang berpengaruh positif pada audit fee Yaacob dan Che- Ahmad 2012. Hal ini sejalan dengan deep pocket theory yang dikemukakan oleh
Simunic 1980 yang menyatakan hubungan cateris paribus antara insentif yang diterima auditor dengan opini yang diberikan. Chrisnoventie 2012 menyatakan
KAP Big Four memiliki insentif yang lebih tinggi, namun hal ini sebanding dengan risiko litigasi yang diterima. Dalam menilai risiko litigasi tentunya juga
menilai risiko perusahaan yang akan diaudit. Bila semakin besar risiko, otomatis pengaudit akan semakin berhati-hati dan pada akhirnya akan menambah audit fees
yang akan dibebankan kepada klien. Jenis KAP yang mengaudit perusahaan juga berpengaruh terhadap audit
fees. Hal ini sesuai dengan hasil dari beberapa penelitian terdahulu Huang et al., 2007; Vermeer et al., 2009; Choi et al., 2010; Wang et al., 2011; El Gammal,
2011; . Adapun jenis KAP dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu KAP Big Four dan KAP bukan Big Four. Pada analisis komparatif yang dilakukan oleh
Younas et al. 2014 yang terkait dengan perbandingan penentuan audit fees di Cina dan Pakistan, di negara Cina, auditor hanya menggunakan pengaruh dari
reputasi KAP Big Four selama menentukan harga untuk aktivitas audit yang dilakukannya.
6
Lebih lanjut, Younas et al. 2014 juga meneliti penentuan audit fees di Pakistan. Adapun hasilnya, auditor di Pakistan umumnya memprioritaskan faktor
kompleksitas transaksi bisnis dan risiko perusahaan dalam menentukan audit fees. Dari penelitian ini, terlihat bahwa kompleksitas audit dari klien juga merupakan
faktor yang mempengaruhi audit fees. Ada banyak ukuran yang mencerminkan kompleksitas audit pada penelitian-penelitian terdahulu. Diantaranya adalah
jumlah anak perusahaan Hassan dan Nasser, 2013dan rasio dari piutang dan atau persediaan klien pada total aset klien Soyemi, 2014. Kendati menggunakan
ukuran yang berbeda, ternyata kompleksitas audit tetaplah merupakan faktor yang penting dalam menentukan audit fees.
Sementara itu, Yaacob dan Che- Ahmad 2012 menyatakan risiko perusahaan dan pekerjaan yang lebih tinggi akan berkaitan dengan tingginya audit
fees dan audit report lag.Audit report lag adalah periode diantara tanggal berkhirnya periode laporan keuangan perusahaan dengan tanggal laporan audit.
Hassan dan Nasser 2013 menyatakan lamanya audit report lag dapat mencerminkan tingkat kesulitan dalam perusahaan, yang akan menjurus kepada
peningkatan audit fees baik karena perlunya usaha audit yang lebih besar maupun adanya risiko tambahan yang terlibat. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Hassan dan Nasser 2013 ini menunjukkan adanya hubungan langsung antara audit fees dengan audit report lag, yang mana hasil ini sesuai dengan penelitian
terdahulu Chan et al. 1993. Terkait pengaruh audit report lag terhadap penerapan IFRS dilakukan oleh Yaacob dan Che-Ahmad 2011. Penelitian ini
merupakan studi empiris di Malaysia dengan hasilnya yaitu adanya peningkatan
7
yang signifikan pada lamanya waktu untuk mengeluarkan laporan audit setelah adopsi IFRS di Malaysia yang membuktikan kompleksitas IFRS menyebabkan
auditor memerlukan waktu lebih guna melaksanakan penugasan audit mereka. Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, pengadopsian IFRS tentunya
memiliki pengaruh kepada audit fees. Hal ini terjadi dikarenakan adanya perubahan dari regulasi yang tentunya akan membawa pada perubahan lainnya.
Wong 2009 meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi audit feesdi Australia pada tahun 2000-an. Wong 2009 menyatakan fluktuasi audit fees disebabkan
oleh banyak faktor diantaranya adalah peningkatan biaya operasional audit, efisiensi audit, risiko audit, konsentrasi dari pasar audit, perubahan dalam
lingkungan litigasi dan regulasi. Lebih lanjut Wong 2009 menyatakan perubahan dalam lingkungan regulasi adalah faktor yang paling signifikan.
Pengadopsian IFRS adalah suatu bentuk nyata dari perubahan regulasi bagi negara-negara yang sebelumnya tidak menggunakan IFRS sebagai acuan
standar akuntansinya. Pengadopsian IFRS tentunya memberikan dampak ekonomis yang tidak hanya terbatas pada likuiditas, foreign mutual fund holdings,
forecast analisis, efisiensi investasi, tetapi juga memberikan dampak ekonomis pada pasar audit. Namun demikian, penelitian mengenai audit fees masih sedikit
jumlahnya, khususnya untuk di negara-negara yang tidak memiliki peraturan hukum untuk mengungkapkan besarnya audit fees yang diberikan kepada KAP
Seetharaman et al.,2002. Untuk itulah peneliti ingin meneliti pengaruh adopsi IFRS pada audit fees guna menambah wawasan penulis tentang topik ini,
sekaligus menambah referensi untuk penelitian-penelitian selanjutnya. Adapun
8
untuk melengkapi penelitian-penelitian terdahulu mengenai topik ini, penulis ingin menguji faktor-faktor yang mempengaruhi audit fees pada masa
pengadopsian IFRS dengan membandingkan pada negara Indonesia dan Malaysia. Jadinya, pada penelitian ini penulis akan membandingkan faktor-faktor yang
mempengaruhi audit fees selama masa pengadopsian IFRS di Indonesia dan Malaysia. Penelitian ini tidak memisahkan periode pengadopsian IFRS di kedua
negara. Adapun kedua negara ini mengadopsi IFRS secara bertahap sehingga ada perbedaan standar pelaporan setiap tahunnya sesuai dengan peraturan yang
diberlakukan oleh lembaga di negara masing-masing pada tahun terbitnya laporan keuangan.
Penulis memilih negara Indonesia dan Malaysia sebagai negara pembandingnya dikarenakan adanya beberapa kesamaan diantara kedua negara.
Indonesia dan Malaysia adalah negara yang terletak dalam kawasan regional yang sama, ASEAN. Dapat dikatakan bahwa, Indonesia dan Malaysia berada pada
kondisi ekonomi yang hampir sama. Apalagi saat ini negara-negara anggota ASEAN telah membuat kesepakatan untuk membentuk ASEAN Economic
Community AEC. AEC adalah bentuk integrasi ekonomi ASEAN dalam rangka menjaga stabilitas politik dan keamanan regional ASEAN, meningkatkan daya
saing kawasan secara keseluruhan di pasar dunia, dan mendorong pertumbuhan ekonomi, mengurangi kemiskinan serta meningkatkan standar hidup penduduk
negara anggota ASEAN yang direncanakan akan tercapai pada tahun 2015. Adapun pelaksanaan dari AEC akan dimulai secara aktif pada tanggal 1 Januari
2016. Konsekuensi dari pembentukan AEC ini adalah nantinya ASEAN akan
9
menjadi pasar tunggal berbasis produksi tunggal sehingga arus barang, jasa, investasi, dan tenaga terampil yang bebas, serta arus modal yang lebih bebas
diantara negara ASEAN. Perubahan ini tentu akan menimbulkan dampak yang besar dimana salah satunya adalah kesempatan investasi akan semakin terbuka
lebar dan semakin dibutuhkannya standarisasi laporan keuangan yang sama antar kawasan negara ASEAN.
Konsekuensi lain yang timbul akibat pembentukan AEC ini yaitu, perusahaan-perusahaan baik dari negara Indonesia maupun ASEAN akan bebas
dalam menentukan KAP yang mengauditnya dengan syarat merupakan KAP yang masih berada di kawasan ASEAN tentunya. Ini berarti akan semakin ketat pula
persaingan di pasar audit di negara-negara ASEAN. Melihat kondisi pasar audit yang akan semakin ketat di masa depan nantinya, KAP selaku pengaudit tentunya
akan semakin matang mempertimbangkan audit fees yang akan mereka tagih pada perusahaan. Apalagi ditambah adanya perubahan kondisi lingkungan regulasi
mengenai standar pelaporan keuangan yang saat ini berkiblat pada IFRS baik dalam negara Indonesia maupun negara Malaysia.
Negara Indonesia adalah salah satu dari sekian banyak negara yang menggunakan IFRS sebagai pedoman standarisasi akuntansi di negaranya. Salah
satu alasan negara Indonesia menggunakan IFRS sebagai pedomannya yaitu Indonesia merupakan anggota dari IFAC, yang diwakili oleh IAI Ikatan Akuntan
Indonesia yang harus mematuhi isi dari SMO. Berdasarkan salah satu dari isi SMO Statement of Membership yaitu, setiap anggota dari IFAC haruslah
berupaya untuk mengadopsi IFRS sebagai standar akuntansi internasionalnya.
10
Untuk pengadopsian IFRS ini negara Indonesia memilih untuk mengadopsi IFRS secara bertahap gradual strategy, dengan melakukan pengadopsian secara
bertahap mulai tahun 2008 sampai 2010. Kondisi yang hampir sama juga terjadi di negara Malaysia. Negara
Malaysia juga merupakan anggota IFAC dengan perwakilannya adalah MASB Malaysian Accounting Standards Board. Otomatis negara Malaysia juga
memiliki kewajiban yang sama dengan negara Indonesia, yaitu untuk menerapkan IFRS sebagai standar akuntansinya. Dalam proses pengadopsiannya, negara
Indonesia dan Malaysia memiliki persamaan. Sebagai negara berkembang, Indonesia dan Malaysia memilih untuk menggunakan gradual strategy dalam
pengadopsian IFRSnya. Adapun perubahan ini ditandai dengan pengadopsian 21 standar IFRS yang dimulai pada 1 Januari 2006.
Melihat berbagai kesamaan di antara kedua negara, Indonesia dan Malaysia, inilah yang menyebabkan penulis ingin menguji faktor-faktor yang
mempengaruhi audit fees selama masa pengadopsian IFRS di Indonesia dan Malaysia dan membandingkan faktor-faktor yang mempengaruhi audit fees di
kedua negara ini pada periode selama pengadopsian IFRS di Indonesia. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi audit fees yang menjadi fokus penelitian dari
penulis adalah audit report lag, risiko perusahaan, kompleksitas audit, jenis KAP, status pengadopsian IFRS. Penelitian ini akan mengambil model analisis
komparatif pada sampel yang tidak berkorelasi untuk membandingkan faktor- faktor yang mempengaruhi audit fees selama masa pengadopsian IFRS di kedua
negara.
11
Ada beberapa penelitian terdahulu terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi audit fees selama masa pengadopsian IFRS yang juga mengambil
model komparatif. Salah satu penelitian terdahulu ini adalah De George et al. 2013. De George et al. 2013 meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi audit
fees pada masa pengadopsian IFRS. Penelitian ini mengacu kepada penelitian komparatif dengan sampel yang berkorelasi. De George et al. 2013 mengamati
perubahan audit fees sebelum adopsi IFRS dan sesudah adopsi IFRS di Australia. Untuk penelitian ini, peneliti tidak memisahkan periode pengadopsian IFRS di
masing-masing negara yang diuji. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi audit fees pada masa pengadopsian IFRS.
Sementara itu untuk penelitian komparatif tidak berkorelasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi audit fees dilakukan oleh Younas et al. 2014.
Dalam penelitiannya Younas et al. 2014 melakukan studi komparatif pada negara Cina dan Pakistan. Younas et al. 2014 melakukan dengan dua cara.
Pertama dengan menggunakan model kombinasi untuk kedua negara sehingga ditemukan persamaan dari faktor-faktor yang mempengaruhi audit fees. Kedua
dengan memisahkan dan menguji data secara terpisah sehingga ditemukan perbedaan. Untuk itu penelitian ini akan mengadopsi metodologi penelitian yang
telah dilakukan oleh penelitian terdahulu dengan melakukan modifikasi sesuai dengan desain penelitian yang ingin dilakukan oleh peneliti.
12
Berdasarkan latar belakang di atas itulah, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ANALISIS KOMPARASI FAKTOR-
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDIT FEES SELAMA MASA PENGADOPSIAN IFRS DI INDONESIA DAN MALAYSIA”.
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan dari uraian yang telah dijelaskan pada latar belakang, maka dapat dirumuskan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini. Adapun
rumusan masalah dari penelitian ini yaitu: 1. Apakah faktor-faktor yang diteliti berpengaruh pada audit fees selama
masa pengadopsian IFRS di Indonesia baik secara parsial maupun secara simultan?
2. Apakah faktor-faktor yang diteliti berpengaruh pada audit fees selama masa pengadopsian IFRS di Malaysia baik secara parsial maupun secara
simultan? 3. Apakah faktor-faktor yang berpengaruh pada audit fees selama masa
pengadopsian IFRS di Indonesia dan Malaysia memiliki persamaan dan perbedaan yang disebabkan adanya kesamaan wilayah regional dan
periode pengadopsian IFRS?
1.3.Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh pada audit fees selama
masa pengadopsian IFRS di Indonesia baik simultan maupun parsial.
13
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh pada audit fees selama masa pengadopsian IFRS di Malaysia baik simultan maupun parsial.
3. Untuk membandingkan faktor-faktor yang mempengaruhi audit fees selama masa pengadopsian IFRS di Indonesia dan Malaysia.
1.4.Manfaat Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah: 1. Bagi perusahaan
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi manajer, pihak yang mewakili manajemen perusahaan
untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi perusahaan terkait penyusunan laporan keuangan. Esensinya, audit fees adalah suatu beban
bagi perusahaan. Maka dari itu perusahaan juga harus mengendalikan bebannya sehingga tidak menggangu kinerja perusahaannya.
2. Bagi auditor Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan
referensi bagi auditor dalam mempertimbangkan besaran audit fees yang akan dibebankan kepada klien nantinya. Apalagi melihat persaingan di
pasar audit semakin ketat. Khususnya pada kawasan ASEAN yang akan memasuki era AEC.
3. Bagi regulator Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk regulator yang
membuat kebijakan dalam profesi akuntan publik ini untuk mempertimbangkan besaran audit fee, khususnya bagi negara Indonesia
14
dan Malaysia yang menjadi objek penelitian ini. Apalagi dengan kondisi yang akan datang akan terjadi integrasi ekonomi diantara kedua negara.
4. Bagi akademis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi
peneliti-peneliti selanjutnya. Diharapkan peneliti-peneliti selanjutnya dapat membahas lebih dalam lagi terkait pembahasan ini.
15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA