Tablet Matriks Plastik Sediaan Lepas Lambat

16 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta difusi; dan tablet yang menggunakan sistem osmosis Lieberman et al., 1990 dalam Siregar, 2008.

1. Tablet yang Menggunakan Sistem Disolusi

Metode disolusi dalam sediaan lepas lambat umumnya diperoleh dengan menyalut masing-masing partikel atau masing-masing granul zat aktif dengan bahan penyalut terentu dengan cara sedemikian rupa sehingga menghasilkan ketebalan yang beragam. Disolusi bahan penyalut tersebut akan menghasilkan pelepasan zat aktif yang terkandung dalam sediaan; proses ini terjadi disepanjang jangka waktu yang lama karena adanya perbedaan ketebalan salut. Partikel atau granul yang disalut kemudian dikempa langsung menjadi tablet atau ditempatkan dalam kapsul Lieberman et al., 1990 dalam Siregar, 2008. Selain itu, salut bagian luar tablet dapat mengandung konstituen yang mempunyai kelarutan berbeda; konstituen tersebut larut dan membentuk kulit luar guna mempertahankan panjang lorong difusi untuk zat aktif yang dikandung dalam kulit. Bentuk lepas lambat ini terutama berguna untuk zat aktif yang relatif tidak larut karena bentuk ini mempertahankan dosis disintegrasi dan menyebar keluar sepanjang saluran cerna. Dengan demikian, beberapa pengaturan media dan area disolusi dilakukan untuk mengendalikan proses ini sehingga dapat mempertahankan keadaan lepas lambat zat aktif Lieberman et al., 1990 dalam Siregar, 2008.

2. Tablet Dosis Berirama Teratur atau Dosis Berdenyut

Kategori dosis berdenyut pulsed dosing mencakup salut larut lambat seperti salut berbagai kombinasi berikut : salut dasar gula karbohidrat dan selulosa, salut dasar polietilenglikol, salut dasar polimer, dan salut dasar malam. Bahan penyalut ini digunakan untuk pembuatan bentuk sediaan lepas lambat yang memanfaatkan metode berbagai ketebalan granul. Granul dengan berbagai ketebalan salut digabung dengan granul tak bersalut kemudian diformulasi dalam bentuk kapsul atau tablet kempa. Salut memiliki ketebalan beragam, apabila salut yang menyalut granul zat aktif dicerna oleh saluran cerna, pelepasan zat aktif yang tiba-tiba dihasilkan pada jarak waktu tertentu untuk memberikan dosis berdenyut selama periode waktu kira-kira 12 jam Lieberman et al., 1990 dalam Siregar, 2008. 17 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Tablet Dosis Kontinu

Tablet dosis kontinu memiliki faktor pengendali utama pelepasan zat aktif yang mirip dengan tablet dosis berirama teratur. Namun, pada tipe ini ada beberapa aspek penting, yaitu zat aktif dibuat tersedia dengan modus kontinu dan bukan berdenyut. Pelepasan zat aktif secara kontinu diperoleh dari zat aktif yang dibacam impregnated dalam suatu salut tipis film yang larut lambat; zat aktif tersedia setelah terjadi disolusi. Tipe sistem salut ini sangat mirip dengan penanaman zat aktif dalam matriks yang tidak larut. Perbedaannya, produk ini diformulasi dengan sistem mikroenkapsulasi partikel atau granul zat aktif, sedangkan tablet matriks diformulasi dengan cara yang berbeda Lieberman et al., 1990 dalam Siregar, 2008.

4. Tablet yang Menggunakan Sistem Difusi

Kebanyakan sediaan dalam kategori ini berupa salut tipis yang dikempa; inti zat aktif dimasukkan ke lubang cetak. Selanjutnya, bahan penyalut ditekan pada inti itu sehingga menghasilkan tablet salut tunggal. Cara lain, seluruh tablet atau partikel yang telah disalut diformulasi melalui teknik suspensi udara. Bahan penyalut yang digunakan adalah campuran etilselulosa dan metilselulosa. Dengan menggunakan bahan penyalut metilselulosa yang larut dan etilselulosa yang tidak larut, kulit tersisa akan tertinggal, yang kiranya akan memberikan suatu sawar penahan yang menjaga panjang lorong difusi zat aktif selalu konstan. Lieberman et al., 1990 dalam Siregar, 2008.

5. Tablet yang Menggunakan Sistem Gabungan dan Difusi

Tipe ini adalah sediaan yang memberikan bagian lepas lambat dengan dosis tertentu dalam beberapa jenis inti yang tidak larut yang telah dibacam dengan zat aktif. Inti selalu disalut dengan salut yang mengandung sebagain dosis untuk pelepasan segera setelah salut terdisolusi dalam lambung. Setelah proses ini terjadi, cairan dalam saluran cerna bebas menembus inti sehingga inti akan melepaskan zat aktif keluar dengan kecepatan lambat Lieberman et al., 1990 dalam Siregar, 2008.