Uji Disolusi HASIL DAN PEMBAHASAN
35
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
FDA, 2000; Wu dan Benet, 2005 dalam Samaha, Shehayeb dan Kyriacos, 2009. Senyawa yang masuk ke dalam SKB kelas I merupakan senyawa yang memiliki
permeabilitas yang baik serta memiliki kelarutan yang baik dalam media air pada rentang pH 1-8 Rudman dan Willian, 1995 dalam Galia et al., 1998. Dalam
pemilihian medium disolusi, yang terpenting adalah zat aktif harus larut dalam medium disolusi selama waktu pengujian Qureshi, 2014. Untuk itu, pemakaian
air sebagai medium disolusi dapat digunakan karena relevansinya terhadap sifat kelarutan zat aktif.
Gambar 4.2. Profil disolusi diltiazem hidroklorida pada produk uji CD dan HB
Keterangan : a Kurva akumulasi terdisolusi rata-rata terhadap waktu jam b Kurva akumulasi terdisolusi rata-rata mg terhadap waktu jam
Hasil profil disolusi dari kedua produk uji dapat dilihat dalam Gambar 4.2. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa terdapat kemiripan profil disolusi
diantara kedua produk uji bila dilihat pada kurva akumulasi terdisolusi dalam bentuk persentase. Pada kurva akumulasi terdisolusi bentuk kadar mg produk uji
CD memiliki kurva yang lebih tinggi dibandingkan produk uji HB. Hal ini
36
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
disebabkan oleh produk uji CD memiliki kandungan zat aktif dua kali lipat dari produk uji HB yaitu 180 mg.
Perbedaan kandungan zat aktif mempengaruhi dosis serta kemampuan dalam menurunkan tekanan darah diastolik. Diketahui bahwa sediaan dengan
kandungan zat aktif 90 mg dapat menurunkan tekanan darah diastolik sebanyak 2,9 mmHg sedangkan sediaan dengan kandungan zat aktif 180 mg dapat
menurunkan tekanan darah diastolik sebanyak 4,5 mmHg Apotex, 2011 . Hal tersebut menandakan bahwa sediaan dengan kandungan zat aktif lebih besar
memiliki kemampuan dalam menurunkan tekanan darah diastolik yang lebih besar.
Hasil analisis kesesuaian pelepasan diltiazem hidroklorida dengan persyaratan sediaan lepas lambat diltiazem hidroklorida menurut USP XXX
tertera pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.3. Hasil analisis kesesuain pelepasan diltiazem hidroklorida dari tablet
CD SR dengan persyaratan USP XXX
Waktu Jam
Rentang Penerimaan
Terdisolusi 1
2 3
4 5
6 Rerata ±
SD 3
10-25 33,360
32,767 31,628
32,638 33,760
31,364 32,588±0,938
9 45-85
59,487 58,291
58,979 59,443
61,153 59,643
59,449±0,947 12
≥70 71,954
67,834 69,077
71,726 72,886
68,326 70,300±2,142
Tabel 4.4.
Hasil analisis kesesuain pelepasan diltiazem hidroklorida dari kapsul HB SR dengan persyaratan USP XXX
Waktu Jam
Rentang Penerimaan
Terdisolusi 1
2 3
4 5
6 Rerata ± SD
3 10-25
31,808 31,114
28,946 30,366
29,498 29,408
30,190±1,108 9
45-85 62,384
60,832 60,768
63,045 62,531
62,072 61,939±0,937
12
≥70 72,330
66,957 68,841
72,401 69,425
70,202 70,026±2,105
Berdasarkan Tabel 4.3 dan 4.4 dapat diketahui bahwa keenam tablet produk CD memiliki persentase kumulatif diltiazem yang terdisolusi lebih dari 25 pada
jam ke-3 yaitu antara 31,375-33,760 dengan rerata±SD 32,588±0,938. Hal tersebut menunjukkan bahwa sediaan melepaskan zat aktif lebih besar dari yang
telah ditetapkan oleh USP. Pada jam ke-9 keenam tablet produk CD memenuhi
37
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
kriteria pelepasan yaitu 58,291-61,153 dengan rata-rata±SD 59,499±0,947. Pada jam ke-12 terdapat 3 tablet yang tidak memenuhi kriteria pelepasan dengan
persentase kumulatif diltiazem hidroklorida yang terdisolusi secara berturut-turut yaitu 67,834, 68,326, dan 69,077 dan 3 tablet lainnya memenuhi
persyaratapan yaitu lebih dari 70 dengan rata-rata±SD untuk keenam tablet adalah 70,300±2,142.
Tidak berbeda dengan produk uji CD, hasil uji disolusi pada keenam tablet produk HB memiliki persentasi kumulatif diltiazem yang terdisolusi lebih dari
25 pada jam ke-3 yaitu antara 28,946-31,808 dengan rata-rata±SD 30,190±1,108. Hal tersebut menunjukkan bahwa sediaan melepaskan zat aktif
lebih besar dari yang telah ditetapkan oleh USP. Pada jam ke-9 keenam tablet produk HB memenuhi kriteria pelepasan yaitu 60,768-62,531 dengan rata-
rata±SD 61,939±0,937. Pada jam ke-12 terdapat 3 tablet yang tidak memenuhi kriteria pelepasan yaitu 66,957, 68,841 dan 69,425 dan 3 tablet lainnya
memenuhi persyaratan yaitu lebih dari 70 dengan rata-rata±SD untuk keenam tablet adalah 70,026±2,105. Untuk itu dapat disimpulkan bahwa kedua produk uji
baik produk CD dan HB tidak memenuhi persyaratan kriteria pelepasan sediaan lepas lambat menurut uji tes satu yang ditertera pada USP XXX.
Hasil uji disolusi dari kedua produk uji menunjukkan bahwa terdapat pelepasan yang melebihi persyaratan pada jam ke-3 yaitu lebih dari 25 pada jam
ke-3 dan pelepasan yang kurang dari persyaratan pada 3 tablet atau kapsul yaitu kurang dari 70. Dalam banyak formulasi pelepasan terkontrol, segera setelah
sediaan berada dalam medium pelepasan sering terjadi pelepasan awal sejumlah besar obat sebelum laju pelepasan mencapai profil yang stabil. Fenomena ini
biasanya disebut dengan burst release. Burst release dapat mengakibatkan pemberian awal obat yang tinggi dan juga mengurangi masa efektif sediaan.
Fenomena ini terjadi dalam waktu yang singkat dibandingkan dengan keseluruhan proses pelepasan obat. Fenomena burst release dapat dilihat dari dua sudut
pandang yang berbeda, yaitu pertama dapat dianggap sebagai hal tidak diharapkan dalam pembuatan sediaan pelepasan terkendali jangka panjang, atau dalam situasi
tertentu merupakan hal yang diharapkan untuk mendapatkan pelepasan awal yang tinggi Xiaou dan Christopher, 2001. Fenomena burst release dapat menjadi
38
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
suatu mekanisme yang optimal untuk beberapa sistem penghantaran obat. Namun, salah satu kesulitan dalam fenomena ini adalah bahwa fenomena tersebut tidak
dapat diprediksi, dan bahkan ketika fenomena tersebut diinginkan, jumlah obat yang dilepaskan saat terjadi burst release tidak dapat dikendalikan secara
signifikan Setterstrom et al, 1984 dalam Xiaou dan Christopher, 2001. Fenomena burst release berkaitan dengan berbagai macam parameter fisik, kimia
dan proses pengolahan Xiaou dan Christopher, 2001. Berdasarkan uji bioekivalensi terhadap formulasi sediaan konvensional
diltiazem hidroklorida memberikan informasi bahwa obat tersebut telah melepaskan obat lebih dari 90 pada menit ke-54 dengan konsentrasi maksimum
plasma sebesar 155,86 ngml dimana konsentrasi tersebut masih dalam rentang indeks terapi diltiazem hidroklorida yaitu 50-500 ngml Dadaszadeh, Afshin, dan
Ebrahimian, 2003. Berdasarkan hal tersebut dapat diprediksi bahwa burst release yang terjadi pada produk uji CD dan HB dimana pada tiga jam pertama
melepaskan obat dengan rata-rata pelepasan sekitar 30 tidak akan menyebabkan toksisitas karena masih berada dalam rentang indeks terapi.
Tidak tercapainya pelepasan hingga 70 pada akhir waktu pengujian pada ketiga tablet pada masing-masing produk uji CD dan HB dapat diakibatkan oleh
variasi kandungan zat aktif yang terdapat pada masing-masing sediaan, sehingga terjadi variasi pada persen pelepasannya. Pada produk uji CD, hal tersebut juga
dapat diakibatkan oleh kadar diltiazem hidroklorida yang kurang dari jumlah yang tertera pada etiket sehingga jumlah obat yang terlepas tidak dapat mencapai 70-
nya. Produk uji HB memiliki kadar lebih dari 100 tetapi masih terdapat 3 tablet yang memiliki pelepasan kurang dari 70 pada waktu akhir pengujian. Hal ini
dapat diakibatkan oleh sediaan yang mungkin didisain untuk melepaskan obat lebih dari 12 jam melebihi waktu pengujian. Selain itu, bila di tinjau dari kinetika
pelepasannya, produk uji HB mengikuti kinetika orde satu dengan laju pelepasan yang lebih lambat dibandingkan dengan produk uji CD dengan kadar zat aktif
yang lebih rendah dibandingkan produk uji HB. Hal tersebut juga kemungkinan dapat megakibatkan tidak tercapainya pelepasan zat aktif hingga 70 pada akhir
waktu pengujian.
39
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Dalam USP terdapat tiga kriteria penerimaan uji persyaratan pelepasan untuk sediaan lepas lambat yaitu uji L1, L2. Dan L3. Kriteria uji L1 diterima jika
keenam tablet uji memenuhi persyaratan pelepasan pada tiap jam yang ditentukan. Jika tidak memenuhi kriteria uji L1 maka dilanjutkan uji L2 dengan menguji enam
tablet berikutnya. Kriteria pada uji L2 diterima jika nilai rata-rata 12 unit tablet L1+L2 berada dalam setiap rentang yang ditentukan dan tidak boleh kurang dari
jumlah pelepasan yang ditentukan pada akhir waktu pengujian serta pada jam ke- 3,9, dan 12 tidak boleh satu unitpun diluar rentang 10-35, 45-95 dan 65.
Hasil persen pelepasan pada produk CD pada jam ke-3 memiliki rata-rata pelepasan 32,588 dimana melebihi rata-rata yang ditetapkan yaitu 10-25.
Selain itu hasil uji disolusi menunjukkan pada jam ke-3 tidak terdapat satupun sediaan yang memenuhi persen pelepasan yang disyaratkan. Dari hasil tersebut
disimpulkan untuk tidak melanjutkan ke uji L2 . Hal yang sama juga diterapkan pada produk uji HB yang memiliki profil pelepasan yang tidak jauh berbeda
dengan produk uji CD.