33
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
HB memiliki  bobot  rata-rata sediaan 172 mg dengan kandungan zat  aktif  90 mg yang  berarti  bobot  zat  aktif  lebih  dari  50  dari  bobot  satuan  sediaan  sehingga
digunakan uji keragaman bobot.
Tabel 4.1.
Hasil keseragaman kandungan produk uji CD
Tablet Kadar mg
Kadar 1
166,75 92,639
2
158,44 88,022
3
166,21 92,339
4
169,05 93,917
5
158,94 88,300
6
165,52 91,956
7
156,51 86,950
8
162,68 90,378
9
161,95 89,972
10
155,00 86,111
Rata-rata  : 90,058 SD : 2,644
RSD : 2,936
Tabel 4.2. Hasil keragaman bobot produk uji HB
Kapsul Kadar mg
kadar 1
96,758 107,509
2 92,994
103,327 3
97,365 108,183
4
93,662 104,069
5 96,940
107,711 6
95,301 105,890
7 94,694
105,215 8
95,726 106,362
9 92,509
102,787 10
93,176 103,529
Rata-rata : 105,458 SD : 1,975
RSD : 1,872
34
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Hasil  uji  keseragaman  kandungan  produk  uji  CD  dapat  dilihat  pada  tabel 4.1 dengan hasil berkisar antara 86,111 hingga 93,917 dengan RSD 2,936.
Hasil keragaman bobot  produk uji  CD  dapat  dilihat pada tabel  4.2 dengan hasil berkisar antara 102,787-108,183 dengan RSD 1,872. Produk uji memenuhi
keseragaman sediaan bila jumlah zat  aktif dalam masing-masing sediaan  terletak antara  90,0-110,0  dari  yang  tertera  pada  etiket,  dan  RSD  tidak  lebih  dari  6
Departemen Kesehatan RI, 2014. Dari hasil uji diatas dapat disimpulkan bahwa produk  uji  CD  tidak memenuhi  keseragaman  sediaan  karena  terdapat  lima  tablet
yang tidak memenuhi syarat dalam rentang penerimaan, sedangkan produk uji HB memenuhi persyaratan keseragaman sediaan karena keseluruhan kapsul yang diuji
masuk dalam syarat rentang penerimaan keseragaman sediaan sesuai dengan yang ditetapkan oleh Farmakope Indonesia edisi V.
4.6. Uji Disolusi
Telah dilakukan evaluasi profil disolusi pada sediaan lepas lambat diltiazem hidroklorida yang beredar di pasaran. Penelitian ini bertujuan untuk melihat profil
disolusi  sediaan  lepas  lambat  diltiazem  hidroklorida  yang  beredar  di  pasaran sehingga  dapat  diketahui  apakah  profil  disolusi  sediaan  tersebut  telah  sesuai
dengan  syarat  yang  ditentukan  oleh  USP  XXX  dan  juga  untuk  mengetahui kinetika pelepasannya.
Uji  disolusi  dilakukan  dengan  menggunakan  metode  uji  disolusi  tes  satu untuk sediaan lepas lambat diltiazem hidroklorida yang tertera pada United Stated
Pharmacopea  XXX  USP  XXX.  Uji  disolusi  dilakukan  dengan  menggunakan alat uji disolusi tipe 2 dayung, medium disolusi air sebanyak 900 ml, dan dengan
kecepatan pengadukan 100 rpm. Uji dilakukan selama 12 jam dengan pencuplikan tiap 15 menit pada jam pertama, dan tiap 1 jam pada jam berikutnya. Pencuplikan
dilakukan  sebanyak  5  ml  dan  segera  digantikan  dengan  medium  disolusi  baru sejumlah volume yang sama untuk mempertahankan sink condition. Uji dilakukan
dengan 6 kali pengulangan pada setiap produk uji. Medium  disolusi  yang  digunakan  pada  uji  disolusi  ini  adalah  air  yang
berpatokan pada metode yang tertera pada USP XXX. Menurut Sitem Klasifikasi Biofarmaseutikal  SKB,  diltiazem  hidroklorida  masuk  ke  dalam  SKB  kelas  I
35
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
FDA, 2000; Wu dan Benet, 2005 dalam Samaha, Shehayeb dan Kyriacos, 2009. Senyawa  yang masuk ke dalam SKB kelas  I merupakan senyawa  yang memiliki
permeabilitas yang baik serta memiliki kelarutan yang baik dalam media air pada rentang  pH  1-8  Rudman  dan  Willian,  1995  dalam  Galia  et  al.,  1998.  Dalam
pemilihian  medium  disolusi,  yang  terpenting  adalah  zat  aktif  harus  larut  dalam medium  disolusi  selama waktu  pengujian Qureshi, 2014. Untuk itu, pemakaian
air  sebagai  medium  disolusi  dapat  digunakan  karena  relevansinya  terhadap  sifat kelarutan zat aktif.
Gambar 4.2. Profil disolusi diltiazem hidroklorida pada produk uji CD dan HB
Keterangan :  a Kurva akumulasi terdisolusi rata-rata  terhadap waktu jam b Kurva akumulasi terdisolusi rata-rata mg terhadap waktu jam
Hasil profil disolusi dari kedua produk uji dapat dilihat dalam Gambar 4.2. Dari  gambar  tersebut  dapat  dilihat  bahwa  terdapat  kemiripan  profil  disolusi
diantara  kedua  produk  uji  bila  dilihat  pada  kurva  akumulasi  terdisolusi  dalam bentuk persentase. Pada kurva akumulasi terdisolusi bentuk kadar mg produk uji
CD  memiliki  kurva  yang  lebih  tinggi  dibandingkan  produk  uji  HB.  Hal  ini