Diltiazem Hidroklorida TINJAUAN PUSTAKA

25 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Diltiazem merupakan golongan benzotiazepin penghambat kanal kalsium dan termasuk antiaritmia kelas IV. Diltiazem merupakan vasodilator koroner dan kapiler dengan aktivitas inotropik negatif yang terbatas. Diltiazem menghambat konduksi jantung, khususnya pada nosus sino-atrial dan atrioventrikular Sweetman, 2009. Diltiazem hidroklorida diberikan secara oral untuk terapi angina pektoris dan hipertensi dan tersedia dalam beberapa formulasi untuk dosis sekali, dua kali dan tiga kali sehari. Pada bebera negara tersedia dalam bentuk intravena yang digunakan untuk penanganan berbagai kondisi aritmia jantung fibrilasi atrial atau takikardia supraventrikular proksimal. Dilatiazem hidroklorida juga digunakan secara topikal untuk penanganan anal fissure Sweetman, 2009. Diltiazem hidroklorida memiliki bobot molekul 450,98 dan rumus molekul C 22 H 26 N 2 O 4 S.HCl, serta memiliki nama kimia sebagai berikut : + -5 - [2- Dimetilaminoetil]- cis-2, 3- dihidro-3- hidroksi- 2- p-metoksifenil- 1,5- benzo tiazepin- 45H- on asetat ester monohidroklorida. Diltiazem HCl berupa serbuk hablur kecil putih, tidak berbau, melebur pada suhu 210 C disertai peruraian, mudah larut dalam kloroform, metanol, air dan asam; agak sukar larut dalam etanol mutlak dan tidak larut dalam eter Departemen Kesehatan RI, 2014. Diltiazem diabsorpi hampir sempurna di saluran gastrointestinal setelah pemberian oral, tetapi mengalami first-pass hepatic metabolism yang ekstensif. Metabolisme yang ekstensif pada hati utamanya oleh isoenzim sitokrom P450 CYP3A4. Salah satu metabolitnya, desasetildiltiazem dilaporkan memiliki 25- 50 aktivitas senyawa induk. Waktu paruh diltiazem yaitu sekitar 3-5 jam, sekitar 2-4 dosis dieksresikan melalui urin dalam bentuk tak berubahnya dan sisanya dieksresikan dalam bentuk metabolitnya melalui empedu dan urin. Konsentrasi puncak plasma terjadi sekitar 3-4 jam setelah pemberian oral. Diltiazem memiliki bioavailabilitas absolut yang rendah yaitu sekitar 40 dengan variasi antar individu yang besar dan 80 terikat dengan protein plasma Sweetman, 2009. 26 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Formulasi Sediaan Padat dan Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret – Mei 2015.

3.2. Bahan Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dua nama dagang produk lepas lambat diltiazem hidroklorida yang diperoleh dari apotek dengan kode HB dan CD, diltiazem hidroklorida standar yang diperoleh dari PT.Indofarma, dan aquadestilata.

3.3. Alat-alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat uji disolusi tipe dayung Erweka, Jerman, timbangan analitik, syringe 5 dengan ukuran 5 ml yang dilengkapi selang, disposable membran filter dengan ukuran pori 0,45µm, alat- alat gelas skala laboratorium, spektrofotometer UV-Vis Hitachi U-2910, Jepang.

3.4. Prosedur Penelitian

3.4.1. Pemilihan Sampel

Dipilih dua nama dagang sediaan lepas lambat diltiazem hidroklorida yang beredar di pasaran yakni HB SR 90 dan CD SR 180. Sampel yang digunakan sebagai produk uji dipilih berdasarkan kriteria nomor batch dan tahun produksi yang sama untuk masing-masing nama dagang. 3.4.2. Penentuan Panjang Gelombang Maksimal Diltiazem hidroklorida ditimbang seksama 50,0 mg, dimasukkan dalam labu takar 100 mL, kemudian ditambah aquadestilata sampai batas tanda 500 μgmL, diambil 4 mL larutan dengan mikropipet 1000 μL kemudian larutan dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL kemudian ditambah aquadestilata sampai 27 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta batas tanda kadar 20 µgmL . Serapan dibaca pada panjang gelombang antara 200- 400 nm. 3.4.3. Pembuatan Kurva Baku Diltiazem hidroklorida ditimbang seksama 50,0 mg, dimasukkan dalam labu takar 100 ml, kemudian ditambah aquadestilata sampai batas tanda kadar 500 μgmL sebagai larutan stok, diambil 4 mL larutan dengan mikropipet 1000 μL kemudian larutan dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL kemudian ditambah aquadestilata sampai batas tanda kadar 20 µgmL. Dibuat seri konsentrasi 2, 4, 8, 12, 16, 20 ppm dengan cara diambil 1, 2, 4, 6, 8, 10 mL kemudian larutan dimasukkan ke dalam labu takar 10 mL. Setiap seri konsentrasi dibaca absorbansinya dengan spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang maksimal kemudian dibuat kurva y = bx + a, dimana y sebagai nilai dari hasil absorbansi dan x adalah sebagai kadar terukur. 3.4.4. Penetapan Kadar Dua puluh buah tablet atau kapsul lepas lambat diltiazem hidroklorida dipilih secara acak. Untuk sediaan berupa kapsul, cangkang dibuka dan granul dipisahkan. Masing-masing tablet dan granul kapsul yang telah dipisahkan digerus hingga didapatkan serbuk halus. Serbuk ditimbang setara dengan 100,0 mg diltiazem hidroklorida kemudian dimasukkan ke labu takar 100 mL, ditambahkan aquadestilata hingga tanda batas dan dikocok hingga homogen. Larutan kemudian disaring. Diambil 0,5 mL dari larutan ini, kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 50 ml dan ditambahkan aquadestilata sampai tanda batas, dikocok sampai homogen. Diamati serapannnya dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimum diltiazem hidroklorida dalam aquadestilata. Penetapan kadar diltiazem hiroklorida dilakukan sebanyak tiga kali. Tiap tablet atau kapsul lepas lambat diltiazem hidroklorida mengandung tidak boleh kurang dari 90,0 dan tidak boleh lebih dari 110,0 dari jumlah diltiazem hidroklorida yang tertera pada labeletiket Depertemen Kesehatan R1, 2014.