Sekilas Tentang Komisi Fatwa

27 sesuai dengan bidang yang diperlukan. Lalu diedarkan kepada anggota komisi fatwa MUI untuk diteliti secara seksama. Kalau terdapat beberapa pendapat yang berbeda dari para ulama, lalu diadakan pertemuan untuk membahas persoalan tersebut sampai mendapatkan rumusan penjelasan yang dapat diterima sesuai dengan dalil naqli maupun aqli. Komisi fatwa MUI merupakan lembaga independen yang terdiri dari para ahli ilmu dan merupakan kelompok yang berkompeten dan memiliki otoritas yang memadai untuk memberikan keputusan-keputusan ilmiah. MUI dengan seluruh anggota komisi fatwanya selalu berpegang kepada al-Quran dan al-Sunnah dengan memperhatikan pendapat para ulama terdahulu dan juga menggunakan kaidah ushuliyahfiqhiyyah. Di dalam mensikapi dan berinteraksi dengan kelompok yang berbeda, MUI tidak fanatik dengan mazhab, kelompok maupun negara. Putusan MUI ini merupakan putusan lembaga bukan perorangan yang tujuannya adalah mencapai kebenaran dengan menjaga kebenaran proses kesimpulan dalil, tujuan-tujuan syara, realitas keadaan, perubahan situasi dan kondisi serta pencurahan segala kemampuan untuk menetapkannya. 39 Terdapat mekanisme dalam menetapkan fatwa yakni dengan didasarkan SK Dewan Pimpinan MUI No. U-634MUIX1997 maka mekanisme kerja komisi fatwa secara singkat adalah sebagai berikut: 40 Penyelesaian masalah: 1. Setiap surat masuk ke komisi fatwa yang berisi permintaan fatwa atau masalah hukum Islam dicatat dalam buku surat masuk, dilengkapi dengan 39 Wawancara Pribadi dengan Drs. K.H. Salahuddin Al-Ayubbi M.Si 40 KH. Maruf Amin, DKK, Op. Cit, hlm. 6. 28 asal pengirim dan tanggal surat, serta pokok masalahnya. 2. Semua surat masuk diseleksi oleh tim khusus untuk ditentukan klasifikasinya. Prosedur rapat: 1. Ketua komisi fatwa atau melalui rapat komisi, berdasarkan dari tim khusus menetapkan prioritas masalah yang dibahas dalam rapat komisi fatwa serta menetapkan waktu pembahasannya. 2. Ketua komisi, atau melalui rapat komisi, dapat menunjuk salah seorang atau lebih anggota komisi untuk membuat makalah mengenai masalah yang akan dibahas. 3. Undangan rapat komisi, pokok masalah akan dibahas dan makalah sudah harus diterima oleh anggota komisi dan peserta rapat lain jika ada selambat-lambatnya tiga hari sebeleum tanggal rapat. 4. Peserta rapat komisi fatwa terdiri dari anggota komisi dan peserta lain yang dianggap perlu. 5. Rapat komisi fatwa dipimpin oleh ketua komisi atau wakilnya. 6. Rapat komisi fatwa dinyatakan sah jika dihadiri oleh sekurang-kurangnya setengah dari peserta yang diundang rapat atau jika dipandang perlu telah memenuhi quorum oleh peserta yang hadir. 7. Hasil rapat komisi fatwa dicatat oleh sekretaris komisi fatwa. Keputusan fatwa: 1. Hasil rapat komisi fatwa dirumuskan menjadi keputusan fatwa oleh tim khusus, kemudian ditandatangani oleh ketua dan sekretaris komisi. 29 2. Keputusan fatwa sebagaimana dimaksud point 1, dilaporkan kepada dewan pimpinan sekreatriat MUI untuk kemudian ditanfidzkan dalam bentuk surat keputusan fatwa majelis ulama indonesia. 3. Setiap surat keutusan fatwa yang ditanfizkan diberi nomor dan ditandatangani oleh ketua umum, sekretaris umum, dan ketua komisi fatwa MUI. 4. Surat keputusan fatwa MUI dikirim kepada pihak-pihak terkait dan seluruh anggota komisi fatwa serta MUI daerah. 5. Keputusan dipublikasikan pula melalui mimbar ulama dan penjelasannya dalam bentuk artikel. Di samping adanya mekanisme, dalam menetapkan fatwa MUI sudah menetapkan metode penetapan fatwa yang tertuang dalam SK Dewan Pimpinan MUI Nomor: U-596MUIIX1997. Dalam SK tersebut disebutkan bahwa dasar- dasar umum penetapan fatwa adalah sebagai berikut: 41 1. Setiap keputusan fatwa harus mempunyai dasar atas Kitabullah dan Sunnah Rasul yang mutabarah, serta tidak bertentangan dengan kemaslahatan umat. 2. Jika tidak terdapat dalam kitabullah dan sunnah Rasul sebagaimana ditentukan di atas, keputusan fatwa hendaklah tidak bertentangan dengan ijma, qiyas yang mutabar, dan dalil-dalil hukum yang lain, seperti istihsan, maslahah mursalah, dan sadz adzriah. 3. Sebelum pengambilan keputusan fatwa, hendaklah ditinjau pendapat- 41 KH. Maruf Amin, Op. Cit, hlm. 13-14. 30 pendapat para imam mazhab terdahulu, baik yang berhubungan dengan dalil-dalil hukum maupun yang berhubungan dengan dalil yang dipergunakan oleh pihak yang berbeda pendapat. 4. Pandangan tenaga ahli dalam bidang masalah yang akan diambil keputusan fatwanya dipertimbangkan. Adapun prosedur penetapan fatwa MUI adalah sebagai berikut: 42 1. Setiap masalah yang disampaikan kepada komisi hendaklah terlebih dahulu dipelajari dengan seksama oleh anggota komisi atau tim khusus sekurang-kurangnya seminggu sebelum disidangkan. 2. Mengenai masalah yang jelas hukumnya hendaklah komisi menyampaikan sebagaimana adanya, dan fatwa menjadi gugur setelah diketahui ada nashnya dari al-Quran dan Sunnah. 3. Dalam masalah yang terjadi khilafiyah di kalangan mazhab, maka yang difatwakan adalah hasil tarjih telah mempertimbangkan fiqih muqaran dengan menggunakan kaidah-kaidah ushul fiqih muqaran yang berhubungan dengan pentarjihan. 4. Setelah melakukan pembahasan secara mendalam komprehensif serta memperhatikan pendapat dan pandangan yang berkembang dalam sidang, komisi menetapkan fatwa. 5. Setiap keputusan fatwa harus ditanfidzkan setelah ditandatangani oleh Dewan Pimpinan dalam bentuk Surat Keputusan Fatwa SKF. 6. SKF harus dirumuskan dengan bahasa yang dapat dipahami dengan mudah 42 KH. Maruf Amin, DKK, Op. Cit, hlm. 5. 31 oleh masyarakat luas. 7. Dalam SKF harus dicantumkan dasar-dasarnya disertai dengan uraian dan analisis secara ringkas serta sumber pengambilannya. 8. Setiap SKF sedapat mungkin disertai dengan rumusan tindak lanjut dan rekomendasi atau jalan keluar yang diperlukan sebagai konsekuensi SKF tersebut.

B. Susunan Pengurus Majelis Ulama Indonesia Tahun 2005-2010

43 Nukilan lampiran: Surat keputusan Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia MUI No. Kep-35MUII2010 tentang Susunan Pengurus Antar Waktu Dewan Pimpinan, Anggota Pleno, dan Komisi-Komisi MUI Masa Bakti 2009-2010.

I. Dewan Penasehat MUI Majelis Ulama Indonesia

1. Prof. Dr. KH. Tolchah Hasan Ketua 2. KH. M. Kafrawi Ridwan, MA Wakil Ketua 3. Dr. H. Fuad Amsyari Wakil Ketua 4. Ir. H. Azwar Anas Wakil Ketua 5. H. M. Maftuh Basyumi Anggota 6. Prof. Dr. H. Quraisy Shihab Anggota 7. Dr. H. Tarmizi Thaher Anggota 8. Prof. Dr. Bustanul Arifin, SH Anggota 9. KH. Hasyim Muzadi Anggota 43 KH. Maruf Amin, DKK, Op. Cit, hlm. 26-29. 32 10. Prof. Dr.A. Syafii Ma’arif Anggota 11. KH. Abdullah Faqih Anggota 12. Prof. Dr. Hj. Zakiah Daradjat Anggota 13. H. Fachrudin Masturo Anggota 14. Prof. Dr. Hj. Chamamah Suratno Anggota 15. Drs. H. Irsyad Djuwaeli Anggota 16. Drs. H.A. Chalid Mawardi Anggota 17. H. Ismael Hasan, SH Anggota 18. Prof. Dr. H. Muardi Chatib Anggota 19. Dra. Hj. Asmah Syahroni Anggota 20. KH. Syuhada Bahri, Lc Anggota 21. Prof. Drs. H. Aswadi Syukur, Lc Anggota 22. KH. Cholid Fadlullah, SH Anggota 23. H. Yudo Paripurno, SH Anggota 24. Hj. Aisyah Hamid Baidlowi Anggota 25. H. Aziddin, SE Anggota 26. KH. Abdurrahman Nawi Anggota 27. KH. Syukron Makmun Anggota 28. KH. Abdur Rasyid AS Anggota 29. Drs. H.A. Mubarok Anggota 30. Dr. H. Muslim Ibrahim Anggota 31. Drs. H. Rusydi Hamka Anggota 32. Dr. Hj. Suryani Thaher Anggota 33 33. Prof. Dr. Hj. Aisyah Girindra Anggota 34. Prof. Dr. H. Muslimin Nasution Anggota 35. Prof . Dr. H. Roem Rowi Anggota 36. KH. Dr. Maghtur Usman Anggota 37. Prof. Dr. H. Salim Bajerei Anggota 38. Prof. Dr. H. Sutarmadi Anggota 39. Dr. H. Sulastomo, MPH Anggota 40. Drs. H. Abdurrahman Anggota 41. H. Yos Sutomo Anggota 42. Drs. H. Zaidan Djauhari Anggota 43. Geys Ammar, SH Anggota 44. KH. Tb. Fadhlul’Azmi Anggota 45. Dr. H. Deding Ishak, SH, MH. Anggota Sekretaris ex officio : Drs. H. M. Ichwan Sam Wakil Sekretaris : Drs. H. Irfan, SH, MPd

II. Dewan Pimpinan Harian

Ketua Umum : Dr. KH. M.A. Sahal Mahfudh Wakil Ketua Umum : Prof. Dr. H. M. Din Syamsuddin Ketua : Prof. Dr. H. Umar Shihab Ketua : Prof. Drs. KH. Asmuni Abdurrahman Ketua : KH. Ma’ruf Amin Ketua : Dr. KH. Abdullah Syukri Zarkasi, MA