PERNIKAHAN BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTI BUDDHA

26 menunjukkan dalilnya, baik Al-quran, Hadis, maupun dalil hukum lainnya. Menyatakan hukum tanpa didasarkan pada dalil-dalil hukum disebut tahakkum membuat-buat hukum. 37 Perbuatan tahakkum harus dihindari, karena perbuatan ini termasuk dosa besar, sebagaimana firman Allah dalam surat al-Araf: 33 :                              Artinya : Katakanlah: Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui. 38 Dalam firman-Nya yang lain Allah secara tegas melarang tahakkum. Ini dapat dipahami dari surat an-Nahl: 116:                        Artinya: Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut- sebut oleh lidahmu secara Dusta Ini halal dan ini haram, untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah Tiadalah beruntung. Fatwa merupakan hal yang sangat penting dalam rangka memberikan penjelasan dan penerangan kepada umat Islam utamanya dalam hal yang berkaitan baik dalam status hukum maupun kepantansan dan etika menurut agama. Dalam memberikan fatwa, MUI merumuskan persoalan yang memerlukan jawaban 37 KH. Maruf Amin, DKK, Himpunan Fatwa Majelis Ulama Indonesia, Jakarta: Majelis Ulama Indonesia, 2010, hlm. 3-4. 38 Depag RI, Al-Qur ’an dan Terjemahnya, Surabaya : Mahkota, 1989, hlm. 226. 27 sesuai dengan bidang yang diperlukan. Lalu diedarkan kepada anggota komisi fatwa MUI untuk diteliti secara seksama. Kalau terdapat beberapa pendapat yang berbeda dari para ulama, lalu diadakan pertemuan untuk membahas persoalan tersebut sampai mendapatkan rumusan penjelasan yang dapat diterima sesuai dengan dalil naqli maupun aqli. Komisi fatwa MUI merupakan lembaga independen yang terdiri dari para ahli ilmu dan merupakan kelompok yang berkompeten dan memiliki otoritas yang memadai untuk memberikan keputusan-keputusan ilmiah. MUI dengan seluruh anggota komisi fatwanya selalu berpegang kepada al-Quran dan al-Sunnah dengan memperhatikan pendapat para ulama terdahulu dan juga menggunakan kaidah ushuliyahfiqhiyyah. Di dalam mensikapi dan berinteraksi dengan kelompok yang berbeda, MUI tidak fanatik dengan mazhab, kelompok maupun negara. Putusan MUI ini merupakan putusan lembaga bukan perorangan yang tujuannya adalah mencapai kebenaran dengan menjaga kebenaran proses kesimpulan dalil, tujuan-tujuan syara, realitas keadaan, perubahan situasi dan kondisi serta pencurahan segala kemampuan untuk menetapkannya. 39 Terdapat mekanisme dalam menetapkan fatwa yakni dengan didasarkan SK Dewan Pimpinan MUI No. U-634MUIX1997 maka mekanisme kerja komisi fatwa secara singkat adalah sebagai berikut: 40 Penyelesaian masalah: 1. Setiap surat masuk ke komisi fatwa yang berisi permintaan fatwa atau masalah hukum Islam dicatat dalam buku surat masuk, dilengkapi dengan 39 Wawancara Pribadi dengan Drs. K.H. Salahuddin Al-Ayubbi M.Si 40 KH. Maruf Amin, DKK, Op. Cit, hlm. 6.