49
D. Respon Pemuka Agama Hindu Terhadap Fatwa MUI Tentang Nikah Beda Agama
Perkawinan dalam Hindu adalah suatu ikatan suci antara seorang pria dengan wanita dengan tujuan untuk membentuk keluarga yang utama. Hindu
secara jelas sangat menentang pernikahan beda agama dilihat dari salah satu syarat pernikahan dalam Hindu, yaitu “ kedua mempelai telah menganut agama
Hindu, jika calon mempelai itu tidak menganut agama Hindu maka perkawinan tersebut tidak dapat disahkan.”
52
Kalaupun terjadi pernikahan beda agama, maka orang yang tidak menganut agama Hindu harus bersedia untuk di suddhikan disahkan sebagai
pemeluk agama Hindu dan menandatangani Sudi Vadhani surat pernyataan masuk agama Hindu.
E. Respon Pemuka Agama Buddha Terhadap Fatwa MUI Tentang Nikah Beda Agama
Agama Buddha sebenarnya tidak nyarankan pemeluknya untuk melakukan nikah beda agama karena dikhawatirkan adanya konflik pada kehidupan dalam
perkawinan itu sendiri. Jadi, kalaupun harus terjadi pernikahan beda agama dalam Buddha maka harus ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, yaitu:
a. Ada persetujuan dari keluarga kedua belah pihak. b. Tidak ada pemaksaan untuk memeluk satu agama tertentu jika pernikahan
telah berlangsung.
52
Lihat, Ketutn N. Natih, DKK, Pembinaan Perkawinan Agama Hindu, Jakarta: Yayasan Dharma Sarathi, 1990, hlm. 25.
50
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pernikahan adalah sebuah upacara yang sangat sakral bagi semua agama. Pernikahan itu terjadi melalui sebuah proses yaitu kedua belah pihak saling
menyukai dan merasa akan mampu hidup bersama dalam menempuh bahtera rumah tangga.
Sejatinya pernikahan yang akan dilakukan oleh sepasang laki-laki dan perempuan bisa berjalan dengan tanpa ada permasalahan jika pernikahan yang
akan dilaksanakan oleh sepasang calon tersebut sama memiliki latar belakang keyakinan yang sama, contohnya Islam dengan Islam, Kristen dengan Kristen,
dan lain sebagainya. Akan tetapi, tidak tertutup kemungkinan terjadi pernikahan dengan latar
belakang keyakinan yang berbeda. Pernikahan seperti inilah yang disebut dengan pernikahan beda agama. Bisa saja, orang Islam menikah dengan orang-orang non-
Islam baik itu Katolik, Protestan, Hindu Buddha, Konghucu dan lain sebagainya, baik itu pria maupun wanita.
Pernikahan semacam inilah yang sering menimbulkan perdebatan panjang. Karena ada semacam stigma negatif yang berkembang yang menyatakan bahwa
pernikahan beda agama sering dianggap sebagai cara halus untuk membawa pemeluk salah satu agama menjadi pemeluk agama lain.
Pangkal perdebatan tersebut sekarang telah merambat hingga pada