7 yaitumerupakan analisis ilmiah tentang isi pesan suatu komunikasi.
8
Yang dibutuhkan akan dikumpulkan dengan metode analisis terhadap buku atau
dokumen yang ada kaitannya dengan pembahasan ini, yaitu fatwa MUI Nomor: 4Munas VIIMUI82005 tentang perkawinan beda agama.
E. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan dalam penulisan skripsi ini, penulis membuat sistematika penulisan yang terdiri dari lima bab yaitu :
Bab pertama adalah pendahuluan yang meliputi latar Belakang
Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
Pada Bab II dibahas mengenai Pernikahan Beda Agama dalam Agama-
agama, baik Islam, Katolik, Protestan, Hindu dan Buddha.
Bab III berisi pembahasan tentang Komisi Fatwa MUI, Fatwa MUI
tentang Pernikahan Beda Agama, dan Dasar-dasar yang digunakan Komisi Fatwa dalam menetapkan fatwa tentang Pernikahan Beda Agama.
Bab IV membahas tentang Respon para Pemuka Agama baik Islam,
Katolik, Protestan, Hindu dan Buddha terhadap Fatwa MUI tentang Nikah Beda Agama.
Bab V yakni penutup yang meliputi kesimpulan, dan saran-saran.
8
Nong Muhadjir, Methode Penelitian Kulitatif, Yogyakarta: Rake Sarasis, 1989, hlm. 76.
8
BAB II PERNIKAHAN BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF AGAMA-AGAMA
A. PERNIKAHAN BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF AGAMA ISLAM
1. Pengertian Nikah dalam Islam
Kalimat nikah diartikan dengan perkawinan. Nikah secara bahasa adalah akad yang merupakan pengertian majaz, sedangkan secara hakikat nikah adalah
al-wathu bersenggama.
9
Namun ada pula yang berpendapat bahwa secara bahasa nikah adalah al-wath’u yang merupakan pengertian majaz, sedangkan hakikat dari
makna nikah adalah akad.
10
Dalam konteks keindonesiaan, oleh Kompilasi Hukum Islam dikatakan bahwa pernikahan adalah suatu akad yang sangat kuat mitsaqan ghalidza untuk
memenuhi perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah.
11
Dengan demikian pernikahan bukan semata-mata sebagai hubungan atau kontrak
keperdataan biasa, akan tetapi ia mepunyai nilai ibadah.
12
Nikah juga merupakan sunnatullah sebagai salah satu tanda-tanda kekuasaan Allah sekaligus sebagai
salah satu sunnah Nabi SAW. Adapun yang menjadi dalil tentang nikah yaitu:
9
Djaman Nur, Pengantar Fiqih Munakahat, Semarang: Qina Utama, tt, hlm. 1.
10
Lihat: Taqiyuddin, Kifayah al-A khyar, Semarang: Toha Putra, tt, hlm. 115.
11
Pasal 2 Kompilasi Hukum Islam
12
Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004, hlm. 69.
9
Artinya : Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia
menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya,
dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.
QS. Ar-ruum : 21
13
Sementara itu, dalil yang meyatakan bahwa nikah adalah sunnah Nabi SAW adalah sebagai berikut:
Artinya : Maka barangsiapa membenci sunnahku, maka bukan
termasuk golonganku. ” Muttafaq alaih.
14
2. Pernikahan Beda Agama dalam Islam
Yang dimaksud dengan pernikahan beda agama adalah pernikahan orang Islam priawanita dengan orang yang bukan Islam priawanita. Mengenai
masalah ini, Islam membedakan hukumnya sebagai berikut: a. Pernikahan antara seorang laki-laki muslim dengan wanita musyrik.
Menurut Nahdlatul Ulama haram hukumnya sebuah pernikahan antara laki-laki muslim dengan wanita kafir yang bukan murni ahli kitab, seperti wanita
penyembah berhala, Majusyi, atau salah satu dari kedua orang tuanya adalah orang kafir.
15
NU mendasarkan pada firman Allah swt Al-Baqarah ayat 221 sebagai berikut:
13
Depag RI,
A l - Qu r ’ a n d a n Te r j e ma h n y a ,
Surabaya : Mahkota, 1989, hlm. 120.
14
Abi Abdillah Muhammad bin Ismail al-Bukhari,
S h a h i h a l - B u k h a r i ,
Penerbit Sulaiman Mar’i, tt, hlm. 273.
15
Imam Ghazali Dan A. Ma.ruf Asrori eds, Ahkamul Fuqoha, Solusi Problematika Aktual Hukum Islam, Surabaya: Diantama, 2004, hlm. 435.