Zakat dan Optimalisasi Pengelolaan melalui Lembaga

27 Pengelolaan zakat oleh lembaga pengelola zakat amil zakat, apalagi yang memiliki kekuatan hukum formal akan memiliki beberapa keuntungan antara lain : 8 Pertama, lebih sesuai dengan tuntunan syariah dan sirah nabawiyah maupun sirah para sahabat dan tabiin. Kedua, untuk menjamin kepastian dan disiplin membayar zakat. Ketiga, untuk menjaga perasaan rendah diri para mustahik zakat apabila berhadapan langsung untuk menerima zakat dari para muzakki. Keempat, untuk mencapai efisiensi dan efektivitas serta sasaran yang tepat dalam penggunaan harta zakat menurut skala prioritas yang ada pada satu tempat. Kelima, untuk memperlihatkan syiar dalam semangat penyelenggaraan pemerintah yang islami. Sebaliknya, jika zakat diserahkan langsung dari muzakki kepada mustahik, merskipun secara hukum syariah adalah sah, akan tetapi disamping akan terabaikannya hal-hal tersebut diatas, juga hikmah dan fungsi zakat, terutama yang berkaitan dengan kesejahteraan ummat, akan sulit diwujudkan. Karena itu pula, pada zaman Rasulullah, para sahabat dan tabiin, zakat selalu dikelola oleh petugas khusus yang mengatur pengambilan maupun pendistribusiannya. Dengan demikian, zakat disamping amal yang bersifat karitatif kedermawanan yang harus dilandasi dengan keikhlasan, juga suatu kewajiban yang bersifat imperatif. 8 Didin Hafidhuddin,Dunia Perzakatan di Indonesia,dalam FOZ, ed., South East Asia Zakat Movement Jakarta:FOZ,2008h.79 28 Di Indonesia, pengelolaan zakat diatur berdasarkan UU RI No.38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat dan keputusan Menteri Agama KMA No. 581 tahun 1999 tentang Pelaksanaan UU RI No.38 tahun 1999 dan Keputusan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji No. D291 tahun 2000 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Zakat. Tujuan Pengelolaan Zakat dalam Bab II Pasal 5 Undang-undang tersebut adalah : a. Meningkatkan pelayanan bagi masyarakat dalam menunaikan zakat sesuai dengan tuntunan agama. b. Meningkatkan fungsi dan peranan pranata keagamaan dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial. c. Meningkatkan hasil guna dan daya guna zakat. Dalam Bab III UU RI. No. 38 Tahun 1999 dikemukakan bahwa organisasi pengelola zakat terdiri dari dua jenis, yaitu Badan Amil Zakat pasal 6 dan Lembaga Amil Zakat pasal 7. Selanjutnya pada bab tentang sanksi Bab VIII dikemukakan pula bahwa setiap pengelola zakat yang karena kelalainnya tidak mencatat atau mencatat dengan tidak benar tentang zakat, infaq, sedekah, hibah, wasiat, waris, dan kafarat sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 8, pasal 12, dan pasal 11 undang-undang tersebut, diancam dengan hukuman kurungan selama-lamanya tiga bulan danatau denda sebanyak-banyaknya Rp 29 30.000.000. Sanksi ini tentu dimaksudkan agar BAZ dan LAZ yang ada di Negara ini menjadi pengelola zakat yang kuat, amanah, dan dipercaya oleh masyarakat sehingga pada akhirnya masyarakat secara sadar dan sengaja akan menyerahkan zakatnya kepada lembaga pengelola zakat.

4. Pola Penghimpunan atau Retribusi Dana Zakat

Pada dasarnya, dukungan pokok dalam mengoptimalkan penyaluran dan pendayagunaan zakat adalah besarnya jumlah mustahik di Indonesia. Namun kondisi saat ini justru sebaliknya. Jumlah mustahik yang sangat besar itu, tidak didukung oleh pola-pola dan mekanisme pengumpulan zakat yang optimal untuk menjadi sumber bagi program pemberdayaannya. Indonesia adalah negara besar jika dilihat dari sektor kependudukan, dengan jumlah masyarakat muslim yang mayoritas ternyata belum dapat mengoptimalkan potensi dana zakat dari mayoritas penduduknya. Beberapa yang menyebabkan hal ini di antaranya, pertama ketersediaan infrastruktur dalam upaya pengumpulan dana zakat, kedua paradigma para muzakki tentang zakat yang merupakan kewajiban pribadi pun perlu diluruskan kembali. 9 Dalam pengelolaan zakat, Allah memerintahkan, ada muzakki sebagai orang yang membayar zakat, dan ada amil sebagai pengumpul dan penyalur serta ada mustahik sebagai pihak yang menerima zakat. Dalam surat AtTaubah:103 diterangkan komponen-komponen tersebut : 9 Aris Muftie,Optimalisasi Pengumpulan Zakat.Jakarta : FOZ ,2006 h.85 30                     “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka, sesungguhnya doa kamu itu menjadi ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” Berangkat dari perintah yang termaktub pada ayat tersebut, yang diawali dengan “kata perintah” : Ambillah , seharusnya mekanisme pengumpulan dan penyaluran zakat sebagai berikut : Muzakki AmilPetugas Mustahik QS 9:103 Zakat Ada PetugasAmil Bersifat imperatif fakultatif disamping karitatif

5. Pola Distribusi Dana Zakat

Ada beberapa landasan hukum dari distribusi zakat baik dari dalil nash atau hukum positif. Beberapa diantaranya adalah :                           “ Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk memerdekakan budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu 31 ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana ”QS At Taubah : 60 10                                                         “ Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan ke barat, tetapi kebajikan itu ialah kebajikan orang yang beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab, dan nabi-nabi,serta memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim, orang-orang miskin, orang- orang yang dalam perjalanan musafir, peminta-minta, dan untuk memerdekakan hamba sahaya, yang melaksanakan sholat dan menunaikan zakat, orang-orang yang menepati janji apabiloa berjanji, dan orang yang sabar dalam kemelaratan, penderitaan dan pada masa peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar, dan mereka itulah orang- orang yang bertakwa” QS Al Baqarah : 177 Zakat pada hakikatnya adalah distribusi kekayaan di kalangan Ummat Islam untuk mempersempit jurang pemisah antara orang kaya dengan orang miskin dan menghindari pemupukkan kekayaan ditangan seseorang. 10 yang berhak menerima zakat ialah: 1. orang fakir: orang yang amat sengsara hidupnya, tidak mempunyai harta dan tenaga untuk memenuhi penghidupannya. 2. orang miskin: orang yang tidak cukup penghidupannya dan dalam keadaan kekurangan. 3. Pengurus zakat: orang yang diberi tugas untuk mengumpulkan dan membagikan zakat. 4. Muallaf: orang kafir yang ada harapan masuk Islam dan orang yang baru masuk Islam yang imannya masih lemah. 5. memerdekakan budak: mencakup juga untuk melepaskan muslim yang ditawan oleh orang-orang kafir. 6. orang berhutang: orang yang berhutang karena untuk kepentingan yang bukan maksiat dan tidak sanggup membayarnya. adapun orang yang berhutang untuk memelihara persatuan umat Islam dibayar hutangnya itu dengan zakat, walaupun ia mampu membayarnya. 7. pada jalan Allah sabilillah: yaitu untuk keperluan pertahanan Islam dan kaum muslimin. di antara mufasirin ada yang berpendapat bahwa fisabilillah itu mencakup juga kepentingan-kepentingan umum seperti mendirikan sekolah, rumah sakit dan lain-lain. 8. orang yang sedang dalam perjalanan yang bukan maksiat mengalami kesengsaraan dalam perjalanannya.