Manajemen pola retribusi dan distribusi dana sosial masyarakat pada masjid dan mushalla sebagai pengembangan dari fungsi lembaga keagamaan : studi kasus manajemen dana sosial masyarakat, masjid dan mushalla di Kelurahan Cirendeu
MANAJEMEN POLA RETRIBUSI DAN DISTRIBUSI DANA SOSIAL MASYARAKAT PADA MASJID DAN MUSHALLA SEBAGAI
PENGEMBANGAN DARI FUNGSI LEMBAGA KEAGAMAAN ( Studi Kasus Manajemen Dana Sosial Masyarakat,
Masjid dan Mushalla di Kelurahan Cireundeu )
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh : Bayu Eka Pratikto NIM: 105046101586
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
(2)
(3)
(4)
Lembar Pernyataan:
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 23 Juni 2011
(5)
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam. Dengan kasih sayang dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tak lupa shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada baginda Nabi Muhammad SAW, yang telah mengajarkan risalah kebenaran di muka bumi ini.
Di balik kekurangan dan keterbatasannya, penulis merasa sangat bahagia atas terselesaikannya skripsi ini. Cukup banyak hambatan dan kesulitan dalam menyelesaikan skripsi ini yang penulis temui namun alhamdulillah berkat izin dan pertolongan-Nya serta bantuan dari berbagai pihak, penulis mampu mengatasinya. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag, dan Bapak Mu'min Ro'up S.Ag,MA. selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Drs. Nuryamin Aini,MA, pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu di sela-sela kesibukan untuk memberi masukan dalam penyusunan skripsi ini.
(6)
vii
4. Seluruh dosen program studi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum, terima kasih atas ilmu yang telah disampaikan.
5. Segenap pengurus DKM Masjid dan Mushallah di kelurahan Cireundeu yang bersedia memberikan informasi yang detail mengenai data penelitian yang Penulis butuhkan terkait dengan manajemen pengelolaan dana sosial Masyarakat khususnya zakat, infaq dan shadaqoh.
6. Orang tua penulis, Bapak Purwanto Slamet dan Ibu Atikah. Terima kasih tiada terhingga atas dukungan moril dan materil serta doa yang selalu dipanjatkan sehingga ananda diberi kelancaran dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Kepada seluruh kerabat Penulis. Nenek, Mbah serta Om dan Tante yang luar biasa memberikan dukungan dan semangat kepada Penulis untuk bias segera merampungkan tugas akhir ini.
8. Saudariku Rina Dwi Kartika terima kasih atas dukungan dan doa sehingga mas bayu bias menyelesaikan kuliah hingga akhir, semoga Rina semakin giat dalam menuntut ilmu dan meraih prestasi yang lebih gemilang
9. Seluruh kepengurusan di Majlis Ta’lim Baitul Ula dan TPA- Pendidikan Islam
Baitul Ula, Terima kasih atas segala fasilitas dan ilmu yang diberikan. Bang Dedi, Bang Dita, Ka Acis, Ali, Agung dll semoga kebersamaan ini mengarahkan kita menuju insan yang senantiasa ringan dalam memberikan manfaat kepada orang lain.
(7)
viii
10.Pimpinan dan Staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Syariah Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
11.Seluruh teman-teman Perbankan Syariah angkatan 2005, khususnya kelas B, Naidy Sultony, Mochammad Imam Baihaqi, Khoirul Anwar HD, Sadar Rukmana, Abdul Fatah, Firdaus Simatupang, dll. Juga Zainal Arifin, Ida Farida, Erik Lesmana, Amjani dan Faiz Terima kasih atas persahabatan yang terjalin dan dorongan semangat yang diberikan. Semoga silaturahim kita takkan terputus selama-lamanya.
12.Seluruh pihak yang telah banyak berjasa dalam proses penyelesaian skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu namun tidak mengurangi sedikitpun rasa terima kasih dari penulis.
Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan Bapak, Ibu, dan Saudara/i semua dengan pahala yang berlipat ganda.
Jazaa Kumullah biahsanil jaza
Jakarta, 21 Juli 2011
(8)
ix DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR vi
DAFTAR ISI ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Identifikasi Masalah 6
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah 7 D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 8
E. Tinjauan Studi Terdahulu 9
F. Metode Penelitian 12
G. Sistematika Penulisan 15
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian dan Fungsi Manajemen 18 B. Masjid sebagai Basis Pengembangan Potensi Ummat 20
C. Dana Sosial Masyarakat 22
BAB III PROFIL KELURAHAN CIREUNDEU
A. Data Wilayah 36
B. Keadaan Demografi 37
C. Potensi Wilayah 40
(9)
x BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Proses Penelitian 48 B. Manajemen Pengelolaan Dana ZIS Masjid dan Musholla 55
(Se-kelurahan Cireundeu)
1. Perencanaan (Planning) 56
2. Pengorganisasian (Organizing) 62
3. Pelaksanaan (Actuating) 65
4. Pengawasan (Controlling) 74 C. Rekapitulasi Dana ZIS Masjid dan Musholla 78
(Se- kelurahan Cireundeu )
D. Analisa SWOT Manajemen Pengelolaan Dana Sosial 84 Masyarakat pada Masjid dan Mushalla di kelurahan
Cireundeu BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 89
B. Saran 91
DAFTAR PUSTAKA 93
(10)
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pertumbuhan ekonomi bangsa Indonesia kian hari memang kian meningkat.1 Namun, apakah peningkatan angka pertumbuhan ekonomi yang dilihat dari kaca mata makro tersebut memiliki dampak yang linear terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat Indonesia secara keseluruhan? Pertanyaan ini menjadi pekerjaan rumah yang cukup berat untuk siapapun yang saat ini sedang duduk di dalam pemerintahan untuk dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi termasuk di dalamnya meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat Indonesia.
Islam mengenal beberapa cara atau usaha untuk mengelola sumber-sumber kas negara yang dihimpun melalui mekanisme penghimpunan dana pilantropi ummat seperti zakat, infak, shodaqoh, dan sebagainya. Zakat dalam ekonomi memiliki dua fungsi utama yaitu sebagai alat ibadah yang memberikan kemanfaatan individu bagi orang yang membayar zakat dan kemanfaatan kolektif bagi orang-orang di lingkungan yang menjalankan sistem zakat. Zakat bagi orang yang membayarnya dapat memiliki fungsi untuk membersihkan hatinya dari sifat
1 Iin,”Pertumbuhan Ekonomi 2009 6,2 %” diakses pada tanggal 16 November 2009 dari http://www.kapanlagi.com/h/0000245000.html
(11)
2
kekikiran dan rasa kecintaan terhadap harta yang berlebihan. Zakat juga bersifat menyucikan. Maksudnya bahwa zakat akan menyuburkan sifat-sifat kebaikan dalam hati manusia. Zakat akan mengingatkan orang yang memiliki kecukupan harta bahwa ada hak orang lain yang terdapat di dalam hartanya. Salah satu karakteristik daripada zakat adalah bahwa ia merupakan suatu hal yang positif sebagai suatu sarana pembentukan ekonomi yang berdasarkan asas kekeluargaan dan bersendikan pada kesetiaan persaudaraan.2
Sejak kemunculan Undang-Undang (UU) Republik Indonesia (RI) No. 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat, pendirian lembaga-lembaga pengumpulan dan pendistribusian zakat pun kian merembak. Hal ini memberikan peluang bagi keberlangsungan pengelolaan zakat di Indonesia untuk bisa berjalan dengan lebih optimal. Pola penghimpunan dana zakat yang rapih pun mulai dikembangkan oleh masing-masing lembaga zakat. Sebut saja periode Muharam 1430 H, (akumulasi dari Ramadhan 1429 –Muharam 1430 H) salah satu lembaga zakat profesional Dompet Dhuafa Republika berhasil mengumpulkan zakat sebesar Rp 23.808.683.850.3 Jumlah ini masih dapat dioptimalkan dalam kuantitas yang lebih lagi, melihat potensi zakat yang ada di Indonesia. Namun
2
Abdullah Zakiy Al Kaaf, Ekonomi dalam Perspektif Islam ( Bandung:Pustaka Setia,2002), h.127
3 “Laporan Keuangan Dompet Dhuafa” diakses pada tanggal 27
(12)
3
disayangkan, keberadaan fakta seperti itu belum cukup untuk mengentaskan masalah besar ekonomi yaitu penanggulangan kemiskinan.
Pola pendistribusian zakat yang maksimal akan menghasilkan upaya pengentasan kemiskinan yang maksimal pula. Pendistribusian zakat diharapkan untuk diarahkan kepada penciptaan iklim kemandirian bagi seseorang, agar bisa mempertahankan kehidupannya dengan usaha membentuk perekonomian yang baik. Upaya pengentasan kemiskinan dapat dilakukan dengan cara memutus akar dan mata rantai permasalahan kemiskinan itu sendiri, di antaranya adalah dengan penguatan berbagai aspek di sektor Usaha Menengah, Kecil dan Mikro (UMKM). Dalam konteks ini, arti penting UMKM tidak terbantahkan lagi. Tetapi hingga kini UMKM masih berada dalam kondisi yang belum berubah meskipun berbagai program telah dijalankan. Perhatian dalam bidang ini masih belum dianggap sebagai prioritas sehingga sering dalam pelaksanaannya tidak memenuhi kebutuhan pengembangannya dalam jangka panjang.4
Dewasa ini muncul fenomena yang cukup menggembirakan, dimana sebagian masyarakat menyadari bahwa mereka diwarisi tugas untuk memikirkan masalah kesejahteraan masyarakat. Mereka bersosialisasi dalam suatu wadah untuk berfikir tentang bagaimana usaha untuk menyejahterakan masyarakat, dan membangun kesadaran bahwa ekonomi yang baik adalah ekonomi yang dapat mensejahterakan rakyat banyak tidak hanya berkutat pada masalah keuntungan
4
Euis Amalia,Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam ,Penguatan Peran LKM
(13)
4
individualis. Salah satu wadah yang digunakan oleh sebagian masyarakat untuk mengolah potensi yang mereka miliki guna memikirkan masalah tersebut adalah masjid. Pengelolaan masjid dewasa ini, yang ditandai dengan era globalisasi, pasti menghadapi berbagai tantangan dan permasalahan yang sangat kompleks. Penetrasi gelombang budaya asing yang bersifat destruktif medorong para pengelola masjid untuk mempersiapkan manajemen yang lebih baik dan berkualitas. Salah satunya adalah bagaimana menjadikan masjid bukan hanya sebagai tempat untuk ibadah ritual, tetapi juga memposisikan masjid sebagai tempat yang memiliki multi fungsi yaitu fungsi keagamaan, fungsi sosial dan fungsi ekonomi. Sebagai suatu aktivitas yang sangat terpuji, pengelolaan masjid harus dilaksanakan secara profesional dan menuju pada sistem manajemen modern, sehingga dapat mengantisipasi perkembangan yang terus berubah dalam kehidupan masyarakat yang maju dan berkualitas. Tidak sedikit masjid yang memberikan perhatian lebih dalam menyikapi permasalahan ekonomi khususnya yang berkaitan dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Beberapa macam lembaga ekonomi seperti Baitul Maal, Lembaga Zakat pun didirikan untuk mengakomodasi kepentingan ummat tersebut.
Namun masih disayangkan, pengelolaan manajemen kebanyakan masjid yang ada di sekitar kita masih belum memperhatikan masalah-masalah yang sebenarnya berhak untuk diberi porsi perhatian yang lebih, khususnya terkait dengan bagaimana meningkatkan kesejahteraan ummat. Misalnya, Amil masjid atau mushalla yang ada di suatu kawasan baru mulai unjuk gigi pada saat
(14)
5
kedatangan Bulan Suci Ramadhan. Amil Zakat dibentuk dengan segala kesederhanaan di dalam melaksanakan aktifitas kerjanya. Aktivitas seperti penghimpunan dana sosial masyarakat berupa zakat, infaq dan shadaqoh dirasa masih kurang optimal, belum lagi hal itu dikaitkan dengan efektivitas penyaluran dana tersebut kepada masyarakat. Hal ini bisa dijadikan bahan evaluasi bagi para pemerhati kesejahteraan ummat di kalangan ummat Islam umumnya dan bagi para pengelola dana ummat pada khususnya.
Pada suatu kawasan dalam ruang lingkup yang sederhana seperti suatu kelurahan, ditemukan banyak Masjid atau Mushalla. Dalam hal ini, kita bisa melihat dan memberikan suatu penilaian tentang sejauh mana keberadaan masjid atau mushalla yang ada dalam memberikan kontribusi yang lebih signifikan terkait dengan masalah yang sebelumnya telah dibicarakan yaitu tentang bagaimana peranan masjid dalam memikirkan kesejahteraan ummat, khususnya terkait dengan keberadaan lembaga-lembaga yang mengelola dana ummat seperti amil zakat yang terdapat pada masjid dan mushalla yang ada.
Atas dasar beberapa pemikiran di atas, penulis mencoba untuk menyusun sebuah tulisan dalam bentuk skripsi dengan judul
“Manajemen Pola Retribusi dan Distribusi Dana Sosial Masyarakat pada Masjid dan Mushalla sebagai Pengembangan dari
Fungsi Lembaga Keagamaan”
( Studi Kasus Manajemen Dana Sosial Masyarakat, Masjid dan Mushalla di Kelurahan Cireundeu )
(15)
6 B. Identifikasi Masalah
Zakat merupakan ibadah yang bersifat individu. Artinya, zakat adalah kewajiban dari seorang individu untuk mengeluarkan sebagian dari harta yang dimiliki untuk tujuan membersihkan kualitas dari harta yang telah diperolehnya. Fenomena seseorang membayarkan zakatnya merupakan sesuatu yang perlu diperhatikan, karena hal ini terkait dengan beberapa pertimbangan di antaranya bagaimana dana zakat yang tersalurkan dapat digunakan secara maksimal. Dengan kata lain, pengelolaan zakat tersebut tepat sasaran, tepat guna dan tepat waktu. Masjid dan mushalla merupakan salah satu wadah yang dapat dijadikan sebagai tempat pemberdayaan ummat. Salah satunya dengan mengoptimalkan peran dana zakat yang terhimpun pada masjid atau mushalla. Oleh karenanya, para pengelola atau amil masjid dan mushalla yang ada harus memiliki manajemen pola penghimpunan serta pendistribusian dana pilantropi yang maksimal. Sehingga masyarakat tidak ragu dalam menyalurkan sebagian kelebihan harta yang mereka miliki (dalam bentuk dana sosial) untuk disalurkan kepada masjid dan mushalla dimana mereka tinggal, karena lingkungan yang terdekat menjadi tanggung jawab pertama setelah pribadi dan keluarga. Seiring dengan perkembangan teknologi dan zaman, maka sudah seyogyanya manajemen pengelolaan masjid khususnya terkait dengan pengelolaan dana sosial masyarakat bisa lebih maksimal, lebih profesional dan terpercaya serta amanah.
(16)
7 C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Dengan pertimbangan bahwa pembahasan sangat luas, penulis mengarahkan fokus bahasan hanya pada amil masjid dan mushalla di Kelurahan Cireundeu dalam memanfaatkan dana sosial masyarakat (charity fund). Adapun dana sosial masyarakat yang penulis maksud adalah zakat, infaq dan shadaqoh. Dari pembatasan di atas, penulis mencoba menguraikan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana manajemen pengelolaan dana ummat (dana sosial masyarakat) oleh masjid atau mushalla sebagai pengembangan dari fungsi lembaga keagamaan?
2. Bagaimana pola manajemen retribusi dan distribusi dana sosial masyarakat pada amil masjid dan mushalla di Kelurahan Cireundeu? 3. Seberapa besar dana sosial masyarakat (dana ummat) terkumpul dan
terdistribusikan yang dikelola amil masjid dan mushalla di sekitar kawasan Kelurahan Cireundeu?
(17)
8 D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :.
1. Mengetahui manajemen pengelolaan dana ummat (dana sosial masyarakat) oleh masjid dan mushalla sebagai pengembangan dari fungsi lembaga keagamaan.
2. Menganalisis pola manajemen retribusi dan distribusi dana sosial masyarakat pada amil masjid dan mushalla di Kelurahan Cireundeu. 3. Menganalisis jumlah dana sosial masyarakat (dana ummat) terkumpul dan
terdistribusikan yang dikelola amil masjid dan mushalla di sekitar kawasan Kelurahan Cireundeu.
Adapun manfaat dari penulisan skripsi ini adalah :
1. Manfaat akademis, skripsi ini diharapkan dapat berguna bagi kalangan pelajar, mahasiswa dan akademisi lainnya. Seperti pemahaman dan pengetahuan tentang manajemen pengelolaan dana sosial masyarakat di masjid dan musholla sebagai pengembangan dari fungsi lembaga keagamaan.
2. Manfaat bagi praktisi. Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi pelaku ekonomi Islam khususnya bagi pengelola zakat (pengurus amil zakat) agar dapat mengoptimalkan kemampuan yang dimilikinya dalam
(18)
9
mengelola zakat sesuai dengan hakikat dan fungsi yang sebenar-benarnya.
3. Manfaat bagi masyarakat. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada masyarakat umumnya, bagi semua pihak yang memiliki kemauan untuk dapat memberikan kontribusi yang lebih maksimal demi penciptaan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat dengan mengoptimalkan penghimpunan zakat dan pengelolaannya yang maksimal, sehingga zakat dapat dijadikan sebagai alat untuk pengentasan kemiskinan yang signifikan.
E. Tinjauan Studi Terdahulu
1. Judul
“Efektifitas Penyaluran Zakat dalam meningkatkan
Pendapatan Mustahik pada LAZNAS Bangun Sejahtera
Mitra (BSM Ummat)”
Penulis Faradillah ( Skripsi S1 Jurusan Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2006)
Jenis penelitian Sifat penelitian kualitatif
Hasil penelitian
Efektivitas penyaluran zakat adalah pola penyaluran zakat dalam bentuk pemberdayaan (produktif) yang disertai target terjadinya kemandirian ekonomi bagi mustahik dan mengupayakan adanya peningkatan pendapatan bagi mustahik.
2. Judul
Pendayagunaan Zakat untuk Usaha Produktif (Kajian Terhadap Pasal 16Ayat 2 UU no. 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat
Penulis Ulin Ulfa (Skripsi S1, Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2005)
Jenis penelitian Penelitian deskriptif analisis
Hasil penelitian
Pendayagunaan zakat secara produktif dalam perspektif hukum Islam adalah dapat dibenarkan, sepanjang memperhatikan kebutuhan pokok bagi masing-masing mustahiq dalam bentuk konsumtif yang bersifat mendesak untuk segera diatasi. Selain itu pendayagunaan dan
(19)
10
pengelolaan zakat untuk usaha produktif dibolehkan oleh hukum Islam selama harta zakat tersebut cukup banyak. 3.Judul Mengukur Kualitas Manajemen Zakat
Penulis Efri S. Bahri (Artikel,Republika, 23 Februari 2004 )
Kesimpulan Jurnal
Kualitas manajemen suatu organisasi pengelola zakat (Widodo, 2003) harus dapat diukur. Untuk itu, ada tiga kata kunci yang dapat dijadikan sebagai alat ukurnya. Pertama, amanah. Sifat amanah merupakan syarat mutlak yang harus dimiliki oleh setiap amil zakat. Tanpa adanya sifat ini, hancurlah semua sitem yang dibangun. Kedua, sikap profesional. Sifat amanah belumlah cukup. Harus diimbangi dengan profesionalitas pengelolaannya. Ketiga, transparan. Dengan transparannya pengelolaan zakat, maka kita menciptakan suatu sistem kontrol yang baik, karena tidak hanya melibatkan pihak intern organisasi saja, tetapi juga akan melibatkan pihak eksternal. Dan dengan transparansi inilah rasa curiga dan ketidakpercayaan masyarakat akan dapat diminimalisasi.
Banyak penelitian yang membahas permasalahan terkait dengan pengembangan fungsi zakat dalam mengentaskan masalah ekonomi yaitu kemiskinan. Beberapa rangkuman kesimpulan penelitian yang penulis coba lampirkan diatas merupakan studi terdahulu yang Penulis angkat membahas tentang pendayagunaan zakat untuk usaha produktif.
Penulis tertarik membahas masalah zakat ini karena pengelolaan zakat yang maksimal harusnya bisa dijadikan sebagai salah satu cara untuk mengentaskan masalah kemiskinan. Pengelolaan yang didasari oleh prisnsip manajemen yang baik akan memaksimalkan kinerja dari amil zakat dalam mengelola setiap dana sosial yang berhasil terhimpun. Penelitian yang Penulis coba akan lakukan ini memiliki sedikit perbedaan dengan penelitian yang telah ditampilkan sebelumnya. Tulisan dalam bentuk skripsi pada studi terdahulu
(20)
11
yang Penulis tampilkan sebelumnya merupakan tulisan yang membahas tentang pengelolaan zakat dalam ruang atau lembaga yang bersifat profesional yaitu Lembaga Amil Zakat Nasional sedangkan bagian yang menjadi objek penelitian Penulis dalam kesempatan kali ini adalah masjid dan mushalla yang melakukan kegiatan penghimpunan dan pendistribusian dana zakat, infaq dan shadaqoh. Sedangkan kesamaan dari beberapa studi terdahulu dengan tulisan yang akan coba dibuat adalah sama-sama mengamati dan menganalisis pola manajemen khususnya yang terkait dengan kegiatan penghimpunan dan penditsribusian dana masyarakat yang terkumpul. Selain mengutarakan konsepsi tentang pemberdayaan zakat, Penulis juga coba melihat sejauh mana peranan dari pengelola zakat khususnya amil zakat yang ada di Masjid atau Mushalla yang terdapat di kawasan Kelurahan Cireundeu. Menganalisa sekaligus menjadi bahan evaluasi terhadap pola penghimpunan dana Ummat dalam hal ini berupa dana zakat, infaq dan shadaqoh serta distribusi atau penyaluran dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkan.
(21)
12 F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif analisis.5 Model penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran dan informasi yang akurat dari sumber yang terkait guna memberikan hasil yang maksimal didalam menciptakan hipotesis atau pemahaman orang tentang berbagai macam variabel sosial.
2. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif artinya pembahasan dititik-beratkan pada deskripsi data berupa kata-kata. Penelitian ini merupakan penelitian laporan yaitu penelitian terhadap data primer melalui wawancara dan sekunder yang didapatkan melalui berbagai sumber tidak langsung. Sedangkan pendekatan kuantitatif digunakan untuk menganalisis besaran potensi dana ummat yang dapat dikelola oleh amil masjid dan mushalla dengan melihat data berupa angka atau rekapitulasi penerimaan dana ummat yang berhasil terhimpun.
a. Jenis data
1) Data Primer adalah hasil wawancara langsung yang dilakukan kepada pihak pengelola dana sosial masyarakat tentang manajemen
5
(22)
13
pengelolaan dana sosial pada masjid dan mushalla yang ada di Kelurahan Cireundeu.
2) Data Sekunder; data atau laporan yang telah dipubliksaikan oleh amil masjid atau lembaga sejenis yang masih memiliki korelasi dengan masalah yang dibahas.
b. Teknik Pengumpulan data
1) Wawancara : Proses wawancara dengan berpedoman pada daftar pertanyaan/pernyataan yang berisi komponen serta bahasan yang bersifat kualitatif untuk mengukur kualitas manajemen atau pengelolaan dana sosial masyarakat oleh kepengurusan amil masjid dan mushalla di Kelurahan Cireundeu. Adapun pihak yang berhasil penulis wawancara terkait dengan penelitian ini adalah pengurus amil masjid dan mushalla yang melakukan kinerja terhadap kegiatan pengelolaan dana pilantropi atau dana sosial masyarakat. Adapun alasan mengapa penulis memilih mereka sebagai pihak yang diinterview adalah karena mereka merupakan pihak yang memiliki pengetahuan dan pengalaman mengelola dana pilantropi atau dana sosial masyarakat dalam beberapa kurun waktu terakhir. Proses wawancara dilandasi oleh daftar cek (checklist) pernyataan oleh
(23)
14
penulis yang berisi butir-butir tentang pengelolaan manajemen dana sosial masyarakat.
2) Studi Dokumentasi : dokumen atau laporan dalam bentuk rekapitulasi penerimaan dana sosial masyarakat yang dikelola oleh amil masjid pada masjid dan mushalla di Kelurahan Cireundeu.
c. Metode Analisis Data
1) Metode kualitatif, analisis berupa pembahasan lebih lanjut terkait dengan permasalahan yang diangkat.
2) Metode kuantitatif, analisis berupa pengolahan data-data berupa nominal jumlah dana sosial yang terhimpun dalam beberapa periode.
Teknik Penulisan
Penulisan yang digunakan dalam skripsi ini menggunakan buku “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2007“.
(24)
15 G. Sistematika Penulisan
Agar penjabaran (deskripsi) penelitian ini sistematis, maka penulis menyusun skripsi ini dalam bagian beberapa bab dan sub bab yaitu:
Bab I Bab Pendahuluan yang meliputi latar belakang, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan studi terdahulu, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II menyajikan kajian kepustakaan terkait dengan pembahasan yang bersifat teoritis dari obyek penelitian. Bab ini terbagi menjadi beberapa sub bab yang meliputi pembahasan mengenai manajemen, fungsi masjid dan pembahasan tentang dana sosial masyarakat. Pembahasan mengenai manajemen terbagi ke dalam sub pembahasan yaitu pengertian dan fungsi manajemen. Pembahasan mengenai fungsi masjid serta pembahasan dana sosial, dibagi ke dalam beberapa sub pembahasan yaitu pengertian, hikmah dan tujuan zakat, pola penghimpunan dana zakat, dan pola distribusi dana zakat .
Bab III menyajikan data konteks lokasi penelitian berupa deskripsi data berkenaan dengan objek wilayah yang menjadi ruang lingkup penelitian. Pada bab ini digambarkan secara umum tentang kondisi Kelurahan Cireundeu dari beberapa aspek yaitu letak dan kondisi geografis, demografi Kelurahan Cireundeu, dan aktivitas perekonomian. Selain itu dalam bab ini pula tersaji daftar masjid dan mushalla yang menjadi objek penelitian.
Bab IV. Analisis terhadap hasil penelitian yang diperoleh dengan cara mendeskripsikan data penelitian guna menjawab masalah penelitian. Dalam bab
(25)
16
ini pembahasan dibagi ke dalam beberapa sub bab yaitu analisis pola manajemen retribusi dan distribusi dana sosial masyarakat pada amil masjid dan mushalla di Kelurahan Cireundeu dan jumlah dana zakat(dana ummat) terkumpul dan terdistribusikan yang dikelola amil masjid dan mushalla di kawasan Kelurahan Cireundeu,.
Bab V. Penutup. Dalam bab ini penulis menarik beberapa kesimpulan terkait dengan hasil penelitian yang diperoleh dari uraian pembahasan sebelumnya dan serta dalam bab ini pula penulis memberikan saran terkait dengan penelitian yang telah dilakukan.
(26)
17
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Zakat merupakan salah satu bagian dari potensi dana ummat yang dapat dikembangkan. Zakat memiliki dimensi yang sangat luas bagi manusia. Zakat tidak saja memiliki dimensi ketuhanan (habluminallah) tetapi zakat memiliki dimensi kemanusiaan (habluminannaas) yang sangat kuat. Zakat membuktikan bahwa hubungan kemanusiaan, yaitu: saling tolong-menolong antar sesama manusia, dibangun di atas nilai- nilai fondasi ketuhanan. Zakat menjadi bukti bahwa Islam bukan sebatas agama yang melupakan kehidupan dunia semata, melainkan kehidupan dunia dan akhirat sama-sama menjadi tujuannya. Bagi Islam, zakat adalah media pembangun umat manusia.
Zakat dalam konteks masyarakat tradisional konservatif diberikan dari seorang individu kepada individu lain yang mereka telah percayakan. Distribusi zakat dilakukan dengan pendekatan personal antara individu dengan seseorang yang di nilai memang pantas menerima zakat yang telah dikeluarkan. Penilaian tersebut pun beragam, seseorang dapat saja membayarkan Zakatnya pada seseorang yang menurutnya telah berjasa dalam mengembangkan agama pada wilayah tertentu (dibaca: pemuka agama) atau distribusi zakat dilakukan langsung kepada seseorang yang memang masuk dalam kategori seorang mustahik. Seiring dengan perkembangan zaman maka dalam hal penghimpunan atau pendistribusian daripada dana zakat itu sendiri diperlukan pengelolaan yang
(27)
18
lebih mengacu kepada nilai efektivitas sehingga diperlukan manajemen dalam hal pengelolaan dana zakat yang lebih mengutamakan maslahat ummat sehingga aplikasi zakat bisa membawa dampak positif yang lebih optimal.
A.Pengertian dan Fungsi Manajemen 1.Pengertian Manajemen
Dalam mengartikan dan mendefinisikan manajemen ada berbagai macam. Ada yang mengartikannya dengan ketatalaksanaan, manajemen, manajemen kepengurusan dan sebagainya. Termasuk dalam melakukan pengelolaan dana sosial pun diperlukan manjemen yang baik agar dapat mencapai hasil pengorganisasian yang maksmial. Istilah manajemen diartikan sebagai “proses untuk mencapai tujuan organisasi dengan bekerja bersama dan melalui orang-orang dan sumber daya organisasi lainnya”.
Proses manajemen mencakup empat fungsi dasar, yaitu :
a. Perencanaan. Perencanaan (Planning) berkaitan dengan pemilihan tugas-tugas yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan organisasi, menggariskan mengenai bagaimana tugas-tugas tersebut harus dilakukan dan memberikan indikasi mengenai kapan hal-hal tersebut dilaksanakan. Kegiatan perencanaan difokuskan pada pencapaian tujuan. Perencanaan menyangkut keberhasilan organisasi dalam waktu dekat (jangka pendek) dan agak jauh dimasa depan (jangka panjang).
(28)
19
b. Pengorganisasian. Pengorganisasian (organizing) adalah penyerahan tugas-tugas sebagaimana ditetapkan dalam perencanaan kepada berbagai individu atau kelompok didalam organisasi. Jadi, organisasi menciptakan sebuah mekanisme untuk mengubah rencana menjadi tindakan. Orang-orang didalam organisasi diberikan penugasan yang dapat menyumbang pada tercapainya tujuan. Tugas-tugas tersebut diatur sehingga hasil kerja individu menyumbang pada keberhasilan bagian-bagian, yang kemudian menyumbang pada keberhasilan divisi-divisi dan pada akhirnya menyumbang pada keberhasilan yang menyeluruh dari organisasi.
c. Pengarahan. Pengarahan (Directing) dan disebut pula dengan istilah penggerakkan (actuating) berkaitan dengan orang-orang yang ada dalam organisasi. Pengarahan adalah proses yang menuntun kegiatan-kegiatan dari para anggota organisasi kearah tujuan yang selayaknya, yaitu arah yang membantu organisasi bergerak menuju pencapaian tujuan.
d. Pengendalian. Pengendalian (controlling) adalah fungsi manajemen dalam menghimpun informasi untuk mengukur kinerja dari organisasi, membandingkan kinerja yang terjadi dengan standar kinerja yang telah ditetapkan dan menentukan apakah organisasi harus dimodofikasi guna memenuhi standar yang telah ditetapkan.1
(29)
20
B. Masjid sebagai Basis Pengembangan Potensi Ummat
Masjid merupakan wadah yang paling strategis dalam membina dan menggerakkan potensi Ummat Islam untuk mewujudkan sumber daya manusia yang tangguh dan berkualitas. Sebagai pusat pembinaan ummat, eksistensi Masjid kini dihadapkan pada berbagai perubahan dan tantangan yang terus bergulir di lingkungan masyarakat. Peran sentral masjid semakin dituntut agar mampu menampung dan mengikuti segala perkembangan yang terjadi dalam masyarakat. Untuk mewujudkan cita-cita tersebut, diperlukan pemikiran dan perhatian dari dan oleh Ummat Islam sendiri.
1. Peran Masjid dalam Pemberdayaan Ummat
Masjid sebagai komponen fasilitas sosial merupakan bangunan tempat berkumpul untuk sebagian besar ummat islam untuk melakukan ibadah sebagai sebuah kebutuhan spiritual yang diperlukan oleh ummat manusia. Masjid sebagai salah satu tempat pemenuhan kebutuhan spiritual sebenarnya bukan hanya berfungsi sebagai tempat sholat saja, tetapi juga sebagai pusat kegiatan social kemasyarakatan, sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW dalam menjalankan risalahnya. Masjid pada masa Nabi digunakan untuk :
a. Tempat ibadah (Shalat dan Zikr)
b. Tempat konsultasi dan komunikasi (masalah social, ekonomi dan budaya)
(30)
21
d. Tempat santunan social
e. Tempat latihan keterampilan militer dan persiapan alat-alatnya f. Tempat pengobatan para korban perang
g. Tempat perdamaian dan pengadilan sengketa h. Aula dan tempat menerima tamu
i. Tempat menawan tahanan dan pusat penerangan atau pembelaan agama2 Ada sembilan fungsi yang dapat diperankan oleh masjid dalam rangka pemberdayaan ummat, diantaranya :
a. Masjid merupakan tempat kaum muslimin beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT
b. Masjid adalah tempat kaum muslimin beri‟tikaf membersihkan diri, menggembleng batin/keagamaan sehingga selalu terpelihara keseimbangan jiwa dan raga serta keutuhan kepribadian
c. Masjid adalah tempat bermusyawarah kaum muslimin guna memecahkan persoalan-persoalan yang timbul dalam masyarakat
d. Masjid adalah tempat berkonsultasi mengajukan kesulitan-kesulitan, meminta bantuan dan pertolongan
e. Masjid adalah tempat membina keutuhan jamaah dan gotong royong untuk meningkatkan kesejahteraan bersama
2
M. Quraish Shihab.Wawasan Al Qur’an, Tafsir Maudhu’I atas Pelbagai Persoalan
(31)
22
f. Masjid dengan Majlis Ta‟limnya merupakan wahana untuk meningkatkan kecerdasan ilmu dan pengetahuan
g. Masjid adalah tempat pembinaan dan pengembangan kader-kader pemimpin ummat
h. Masjid adalah tempat menghimpun dana, menyimpan dan membagikannya
i. Masjid adalah tempat melaksanakan pengaturan dan supervisi sosial3 C. Dana Sosial Masyarakat
Kemiskinan merupakan masalah klasik yang sudah ada dalam catatan manusia sejak zaman dahulu. Berbagai usaha telah dilakukan untuk menghapuskan masalah kemiskinan ini. Kemiskinan yang melanda ummat islam adalah suatu ironi mengingat agama islam merupakan satu-satunya agama samawi yang dengan tegas mewajibkan ummatnya untuk mengeluarkan sejumlah harta sebagai bentuk kepedulian sosial terhadap kondisi lingkungan termasuk didalamnya dana sosial seperti zakat, infaq, shadaqoh dan lainnya. Salah satu tujuan berzakat adalah untuk menghapuskan kemiskinan. Al Quran sudah sejak awal menawarkan solusi untuk mengatasi masalah kemiskinan dan ketimpangan distribusi pendapatan dengan cara memasukkan kegiatan zakat sebagai salah satu pilar penting dalam islam yang tercantum didalam arkan al Islam. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya peranan zakat didalam kehidupan seorang muslim.
3
(32)
23
1. Pengertian Zakat
Zakat adalah harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim atau badan yang dimiliki orang muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya.4
Zakat merupakan kewajiban yang diperintahkan Allah kepada setiap muslim yang memiliki harta yang telah mencapai nisab dengan syarat tertentu. 5 Allah telah mewajibkan zakat dalam Al Qur‟an dengan firmannya :
“ Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamumembersihkan dan mensucikan mereka.” (Attaubah : 103 )
“Hai Orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (dijalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan
dari bumi untuk kamu.”(Al Baqarah : 267)
ل ق ع ها ض ّط لا با ع با ها ع ح لا ع با ع :
ل ق ّس ع ها ّص ها ل س تع س :
س خ ع اسإا ب :
ص ت لا جح كزلا ء ت إ اصلا قإ ها ل س ا ح ا هاّاا لإ ا ا ش ض لا (
س تلا ا
)
4
Undang-Undang Republik Indonesia No. 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat Pasal 1
5Abu Bakar Jabir AlJaza‟iry.Terj.
Minhajul Muslim.(Madinah:Maktabul „Ulum
(33)
24
“ Islam dibangun atas lima perkara : Bersaksi bahwa tiada Tuhan selain
Allah dan bahwa Muhammad adalah Rasul Allah (Syahadatain) ,mendirikan Shalat, menunaikan Zakat, melaksanakan Haji ke Baitullah dan menjalankan
puasa Ramadhan.”6
2. Hikmah dan Tujuan Zakat
Tujuan dan Hikmah Zakat lainnya seperti yang dikemukakan oleh Didin Hafiduddin adalah pertama merupakan perwujudan ketundukkan, ketaatan dan rasa syukur atas karunia Allah SWT. Kedua zakat merupakan hak mustahik yang berfungsi untuk menolong, membantu dan membina mereka kepada arah kehidupan yang lebih baik dan sejahtera agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dan dapat beribadah kepadanya. Ketiga merupakan pilar amal bersama (jama’i) antara yang kaya yang berkecukupan hidupnya dan para mujahid yang seluruh waktunya untuk berjihad dijalan Allah juga sebagai salah satu bentuk konkret dari jaminan sosial. Keempat sebagai sumber dana bagi pembangunan, sarana maupun prasarana yang harus dimiliki oleh Ummat Islam, sekaligus sebagai sarana pengembangan kualitas SDM. Kelima untuk memasyarakatkan etika bisnis yang benar sebab zakat bukanlah membersihkan harta yang kotor, tetapi mengeluarkan bagian dari hak orang lain atas harta yang diusahakan dengan baik dan benar sesuai dengan ketentuan Allah. Keenam Salah satu instrumen bagi pembangunan kesejahteraan ummat, pertumbuhan dan pemerataan pendapatan. Ketujuh mendorong ummat untuk bekerja dan berusaha
6
Muhyiddin Yahya bin Syarif Nawawi.Hadits Arba’in Nawawiyah.Penerjemah Abdullah Haidhir(T.tp.,Maktab Dakwah dan Bimbingan Jaliyat Rabwah,2010)h.14
(34)
25
sehingga memiliki harta untuk dapat memenuhi kehidupan diri dan keluarga serta dapat berzakat atau berinfaq.7
3. Zakat dan Optimalisasi Pengelolaan melalui Lembaga
Zakat merupakan sebuah ibadah yang memiliki nuansa horizontal dan vertical. Horizontal dilihat dari segi zakat sebagai salah satu intrumen dalam meningkatkan kesejahteraan ummat dan efek sosial lainnya. Dengan berzakat seseorang dapat memperoleh ketenangan diri, karena pada dasarnya harta yang diperoleh seseorang merupakan sebuah amanah dan titipan yang didalamnya terdapat hak orang lain yang membutuhkan. Melalui ibadah ini, seseorang pun telah memposisikan dirinya sebagai makhluk sosial yang memiliki kepekaan dan kepedulian terhadap masalah yang muncul disekitar lingkungannya. Karena peduli dan berbagi pun merupakan salah satu wujud ketaqwaan, maka seseorng yang telah membayarkan atau menunaikan kewajiban berzakatnya maka berarti Ia telah mentaati salah satu perintah Allah dalam hal ini adalah menunaikan zakat. Hubungan seperti ini yang disebut sebagai nuansa vertical. Wujud ketaqwaan seseorang juga dapat dilihat dari seberapa ringannya mereka dalam mendermakan sebagian hartanya kepada pihak lain yang membutuhkan.
Dana zakat yang terhimpun dan dikelola dengan baik akan menghasilkan manfaat yang luar biasa. Mengentaskan masalah kemiskinan pun menjadi target jangka panjang yang ingin dicapai, walaupun sama-sama kita ketahui bahwa
7
Didin Hafiduddin.Zakat dalam Perekonomian Modern.( Jakarta: Gema Insani Press,2002) h.28
(35)
26
musuh besar ekonomi ini (baca:kemiskinan) nampaknya tidak akan pernah terselesaikan namun dapat diminimalisir. Karena hakikat tujuan dari pengelolaan dana zakat dan dana sosial lain yang terhimpun adalah mendistribusikan dengan cara yang seadil-adilnya. Keadilan distribusi menjadi target yang paling relevan untuk dijalankan bagi setiap pengelola dana sosial masyarakat yang ada. Termasuk didalamnya adalah bagaimana meningkatkan kesadaran bagi setiap mustahik untuk mengubah mindset (pola fikir) bahwa dengan adanya pendistribusian dana sosial yang terhimpun kepada mereka harusnya bisa lebih diaktualisasikan untuk peningkatan kualitas pengembangan potensi diri termasuk dalam hal kemandirian ekonomi.
Untuk memaksimalkan pendayagunaan zakat, diperlukan mekanisme pengelolaan yang baik dan terarah sehingga bisa menjadi suatu system yang dengannya keberadaan zakat bisa benar-benar menjadi instrument penanggulangan kemiskinan. Manajemen atau tata kelola yang baik pada suatu lembaga pengelola zakat menjadi tolak ukur pencapaian maksimal dari pendayagunaan zakat yang ada. Dengan manajemen yang terpola dengan baik akan menghasilkan output yang maksimal. Zakat harus dikelola oleh Amil (lembaga) yang professional, amanah, bertanggung jawab, memiliki pengetahuan yang memadai tentang zakat , dan memiliki waktu yang cukup untuk mengelolanya ( misal untuk melakukan sosialisasi, pendataan muzaki dan mustahik, dan penyaluran yang tepat sasaran serta pelaporan yang transparan).
(36)
27
Pengelolaan zakat oleh lembaga pengelola zakat (amil zakat), apalagi yang memiliki kekuatan hukum formal akan memiliki beberapa keuntungan antara lain : 8
Pertama, lebih sesuai dengan tuntunan syariah dan sirah nabawiyah maupun sirah para sahabat dan tabi'in. Kedua, untuk menjamin kepastian dan disiplin membayar zakat. Ketiga, untuk menjaga perasaan rendah diri para mustahik zakat apabila berhadapan langsung untuk menerima zakat dari para muzakki. Keempat, untuk mencapai efisiensi dan efektivitas serta sasaran yang tepat dalam penggunaan harta zakat menurut skala prioritas yang ada pada satu tempat. Kelima, untuk memperlihatkan syiar dalam semangat penyelenggaraan pemerintah yang islami. Sebaliknya, jika zakat diserahkan langsung dari muzakki kepada mustahik, merskipun secara hukum syariah adalah sah, akan tetapi disamping akan terabaikannya hal-hal tersebut diatas, juga hikmah dan fungsi zakat, terutama yang berkaitan dengan kesejahteraan ummat, akan sulit diwujudkan. Karena itu pula, pada zaman Rasulullah, para sahabat dan tabi'in, zakat selalu dikelola oleh petugas khusus yang mengatur pengambilan maupun pendistribusiannya. Dengan demikian, zakat disamping amal yang bersifat karitatif (kedermawanan yang harus dilandasi dengan keikhlasan), juga suatu kewajiban yang bersifat imperatif.
8
Didin Hafidhuddin,Dunia Perzakatan di Indonesia,dalam FOZ, ed., South East
(37)
28
Di Indonesia, pengelolaan zakat diatur berdasarkan UU RI No.38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat dan keputusan Menteri Agama (KMA) No. 581 tahun 1999 tentang Pelaksanaan UU RI No.38 tahun 1999 dan Keputusan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji No. D/291 tahun 2000 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Zakat.
Tujuan Pengelolaan Zakat dalam Bab II Pasal 5 Undang-undang tersebut adalah :
a. Meningkatkan pelayanan bagi masyarakat dalam menunaikan zakat sesuai dengan tuntunan agama.
b. Meningkatkan fungsi dan peranan pranata keagamaan dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial.
c. Meningkatkan hasil guna dan daya guna zakat.
Dalam Bab III UU RI. No. 38 Tahun 1999 dikemukakan bahwa organisasi pengelola zakat terdiri dari dua jenis, yaitu Badan Amil Zakat (pasal 6) dan Lembaga Amil Zakat (pasal 7). Selanjutnya pada bab tentang sanksi (Bab VIII) dikemukakan pula bahwa setiap pengelola zakat yang karena kelalainnya tidak mencatat atau mencatat dengan tidak benar tentang zakat, infaq, sedekah, hibah, wasiat, waris, dan kafarat sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 8, pasal 12, dan pasal 11 undang-undang tersebut, diancam dengan hukuman kurungan selama-lamanya tiga bulan dan/atau denda sebanyak-banyaknya Rp
(38)
29
30.000.000. Sanksi ini tentu dimaksudkan agar BAZ dan LAZ yang ada di Negara ini menjadi pengelola zakat yang kuat, amanah, dan dipercaya oleh masyarakat sehingga pada akhirnya masyarakat secara sadar dan sengaja akan menyerahkan zakatnya kepada lembaga pengelola zakat.
4. Pola Penghimpunan atau Retribusi Dana Zakat
Pada dasarnya, dukungan pokok dalam mengoptimalkan penyaluran dan pendayagunaan zakat adalah besarnya jumlah mustahik di Indonesia. Namun kondisi saat ini justru sebaliknya. Jumlah mustahik yang sangat besar itu, tidak didukung oleh pola-pola dan mekanisme pengumpulan zakat yang optimal untuk menjadi sumber bagi program pemberdayaannya.
Indonesia adalah negara besar jika dilihat dari sektor kependudukan, dengan jumlah masyarakat muslim yang mayoritas ternyata belum dapat mengoptimalkan potensi dana zakat dari mayoritas penduduknya. Beberapa yang menyebabkan hal ini di antaranya, pertama ketersediaan infrastruktur dalam upaya pengumpulan dana zakat, kedua paradigma para muzakki tentang zakat yang merupakan kewajiban pribadi pun perlu diluruskan kembali.9
Dalam pengelolaan zakat, Allah memerintahkan, ada muzakki sebagai orang yang membayar zakat, dan ada amil sebagai pengumpul dan penyalur serta ada mustahik sebagai pihak yang menerima zakat. Dalam surat AtTaubah:103 diterangkan komponen-komponen tersebut :
9
(39)
30
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka, sesungguhnya doa kamu itu menjadi ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”
Berangkat dari perintah yang termaktub pada ayat tersebut, yang diawali dengan “kata perintah” : Ambillah , seharusnya mekanisme pengumpulan dan penyaluran zakat sebagai berikut :
Muzakki Amil/Petugas Mustahik (QS 9:103)
Zakat Ada Petugas/Amil
Bersifat imperatif /fakultatif disamping karitatif
5. Pola Distribusi Dana Zakat
Ada beberapa landasan hukum dari distribusi zakat baik dari dalil nash atau hukum positif. Beberapa diantaranya adalah :
“ Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu
(40)
31
ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana”(QS At Taubah : 60) 10
“ Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan ke barat, tetapi kebajikan itu ialah (kebajikan) orang yang beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab, dan nabi-nabi,serta memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim, orang miskin, orang-orang yang dalam perjalanan (musafir), peminta-minta, dan untuk memerdekakan hamba sahaya, yang melaksanakan sholat dan menunaikan zakat, orang-orang yang menepati janji apabiloa berjanji, dan orang yang sabar dalam kemelaratan, penderitaan dan pada masa peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar, dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa”( QS Al Baqarah : 177)
Zakat pada hakikatnya adalah distribusi kekayaan di kalangan Ummat Islam untuk mempersempit jurang pemisah antara orang kaya dengan orang miskin dan menghindari pemupukkan kekayaan ditangan seseorang.
10
yang berhak menerima zakat ialah: 1. orang fakir: orang yang amat sengsara hidupnya, tidak mempunyai harta dan tenaga untuk memenuhi penghidupannya. 2. orang miskin: orang yang tidak cukup penghidupannya dan dalam keadaan kekurangan. 3. Pengurus zakat: orang yang diberi tugas untuk mengumpulkan dan membagikan zakat. 4. Muallaf: orang kafir yang ada harapan masuk Islam dan orang yang baru masuk Islam yang imannya masih lemah. 5. memerdekakan budak: mencakup juga untuk melepaskan muslim yang ditawan oleh orang-orang kafir. 6. orang berhutang: orang yang berhutang karena untuk kepentingan yang bukan maksiat dan tidak sanggup membayarnya. adapun orang yang berhutang untuk memelihara persatuan umat Islam dibayar hutangnya itu dengan zakat, walaupun ia mampu membayarnya. 7. pada jalan Allah (sabilillah): yaitu untuk keperluan pertahanan Islam dan kaum muslimin. di antara mufasirin ada yang berpendapat bahwa fisabilillah itu mencakup juga kepentingan-kepentingan umum seperti mendirikan sekolah, rumah sakit dan lain-lain. 8. orang yang sedang dalam perjalanan yang bukan maksiat mengalami kesengsaraan dalam perjalanannya.
(41)
32
Penyaluran dana zakat dibedakan menjadi dua bentuk yaitu :
a. Pola Tradisional yaitu penyaluran bantuan dana zakat yang diberikan langsung kepada mustahik. Dengan pola ini penyaluran dana kepada mustahik tidak disertai dengan target adanya kemandirian kondisi sosial maupun kemandirian ekonomi (pemberdayaan).
b. Pola Kontemporer (Produktif)
Pola produktif adalah pola penyaluran dana zakat kepada mustahik yang dipinjamkan oleh amil untuk kepentingan aktivitas suatu usaha atau bisnis. Pola penyaluran secara produktif adalah penyaluran dana zakat disertai target mengubah keadaan mustahik (lebih dikhususkan kepada golongan faqir dan miskin) dari kategori mustahik menjadi kategori muzakki. Pola ini pernah dikembangkan oleh Nabi, yaitu beliau pernah memberikan zakat kepada seorang faqir sebanyak dua dírham untuk makan dan satu dírham untuk pembelian kapak sebagai alat untuk bekerja, supaya hidupnya tidak bergantung pada orang lain.
Ada beberapa pendapat Fuqoha terkait dengan pola distribusi zakat, sebagai berikut 11:
11 Husnul Khatimah,”Pengaruh Zakat Produktif terhadap Peningkatan Kesejahteraan Ekonomi Para mustahik”.Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islami (Oktober-Desember,2005), h.51
(42)
33
1) Pendapat minimalis (distribusi minimal atau konsumtif), yaitu zakat diberikan kepada faqir miskin sesuai dengan jatah yang dapat memenuhi kebutuhan pangan untuk sehari semalam.
2) Pendapat standar menengah (distribusi menengah) yaitu zakat yang diberikan kepada faqir miskin dengan jatah yang menjadikan mereka tergolong kaya atau berkecukupan yaitu sebanyak nishab zakat. Dana zakat yang terkumpul yang dikelola oleh sebagian besar BAZ dan LAZ biasanya sudah terwujud dalam bentuk program pendayagunaan semisal :
1. Pemberian beasiswa dari tingkat SD sampai Perguruan Tinggi (bagi kalangan yang termasuk kategori mustahik).
2. Pemanfaatan dana zakat untuk usaha-usaha yang sifatnya produktif, disamping yang bersifat konsumtif.
3. Mendirikan Rumah Sakit gratis untuk kaum dhuafa.
4. Mendirikan Lembaga pendidikan unggul bagi kaum dhuafa (gratis) 5. Mendirikan Balai Pelatihan Keterampilan.
6. Melalui dana bergulir dengan bekerja sama dengan BMT memberikan pembiayaan bagi usaha kaum dhuafa.
(43)
34
7. dan kegiatan lainnya bagi kepentingan mustahik disertai pengawasan dan pendampingan dari amil zakat.
8. BAZ dan LAZ pun terlibat aktif dalam penanggulangan berbagai musibah yang terjadi ditanah air, baik pada tahap emergency maupun pada tahapan pembangunan kembali.
9. Dalam mendayagunakan dana zakat, BAZ dan LAZ melaporkan secara terbuka kepada publik melalui berbagai media masa dan juga mempergunakan jasa auditor, baik internal atau eksternal.
(44)
35 BAB III
PROFIL KELURAHAN CIREUNDEU
Dalam penelitian kali ini, penulis memilih Kelurahan Cireundeu sebagai wilayah atau tempat penelitian dengan beberapa pertimbangan diantaranya adalah berkenaan dengan faktor lokasi. Permasalahan yang berkenaan dengan manajemen pengelolaan dana sosial yang dilakukan oleh sejumlah amil masjid dan mushalla belum cukup tergali. Oleh karenanya, sebagai putera daerah penulis berkeinginan untukmencermati dan menganalisis tentang bagaimana pelaksanaan pengelolaan dana sosial masyarakat oleh amil masjid dan musholla di Kelurahan Cireundeu. Selain itu, Kelurahan Cireundeu sebagai salah satu kelurahan yang berada di Kecamatan Ciputat Timur merupakan Kelurahan yang bisa penulis kategorikan sebagai salah satu Kelurahan yang memiliki dinamika perkembangan yang cukup cepat. Hal ini dibuktikan dengan tumbuhnya sarana dan prasarana masyarakat yang menunjang kebutuhan hidup sehari-hari. Dalam pembahasan kali ini ada beberapa hal yang akan diangkat khususnya terkait dengan profil Kelurahan Cireundeu, yaitu seputar data wilayah, keadaan demografi dan potensi wilayah serta jumlah masjid dan mushalla.
(45)
36 A. DATA WILAYAH
ProfilKelurahan Cireundeu 2008 Orbitasi
Orbitasi Jarak (Km)
Ke Ibukota Kecamatan 5 Km Ke Ibukota Kabupaten (Kota) 15 Km
Ke Ibukota Provinsi 130 Km Ke Ibukota Negara 25 Km Profil Kelurahan Cireundeu 2008
Di lihat dari posisinya, keberadaan Kelurahan Cireundeu merupakan satu kelurahan yang berdekatan langsung dengan perbatasan dengan wilayah DKI Jakarta. Ini berarti akses untuk menciptakan kemajuan di berbagai macam bidang adalah sangat memungkinkan karena secara geografis Kelurahan Cireundeu terletak berdekatan dengan pusat kegiatan dalam hal ini Ibukota Negara.
Luas Wilayah : 320 Ha/Km2 Batas Wilayah:
Utara : Kel. Lebak Bulus (DKI Jakarta) Selatan : Kel. Pisangan
Barat : Kel. Pisangan, Kel Rempoa Timur : Kel. Lebak Bulus (DKI Jakarta)
(46)
37
Penggunaan Lahan
Penggunaan Lahan Luas Lahan (Ha) % Lahan Darat/kering 23 Ha 11,01%
Lahan Perkebunan 11 Ha 5,26%
Permukiman 175 Ha 83,73%
Jumlah 209 Ha 100%
Profil Kelurahan Cireundeu 2008
Dari keterangan di atas bisa diambil informasi bahwa sebagian besar lahan yang terdapat di Kelurahan Cireundeu dipergunakan untuk wilayah Permukiman Penduduk. Adapun sebagian kecil lainnya masih difungsikan untuk perkebunan. Sisanya berupa lahan darat atau kering.
B. KEADAAN DEMOGRAFI
Jumlah Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin
No. Nama Kelurahan Penduduk Jumlah
Laki-laki Perempuan
Cireundeu 11.936 11.492 23.428
Profil Kelurahan Cireundeu 2008
Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur
No. Kelompok Umur Jumlah %
1. 0-09Tahun 1188 5,55%
2. 10-19 Tahun 2440 11,40%
3. 20-29Tahun 3616 16,89%
4. 30-39 Tahun 4532 21,17%
5. 40 -49 Tahun 5098 23,81%
6. 50-60 Tahun 3122 14,58%
7. 60 Tahun keatas 1412 6,60%
Jumlah 21.408 100%
(47)
38
Jumlah Penduduk berdasarkan Agama yang dipeluk
No. Agama Jumlah %
1. Islam 19434 82,55%
2. Kristen 2361 10,03%
3. Katholik 1562 6,64%
4. Hindu 116 0,49%
5. Buddha 69 0,29%
Jumlah 23.542 100%
Profil Kelurahan Cireundeu 2008
Mayoritas penduduk yang berada di Kelurahan Cireundeu adalah penganut Agama Islam Sebagian kecil lainnya menganut agama Kristen dan Katholik serta sisanya ada sedikit jumlah penduduk yang menganut agama hindu dan buddha
Jumlah Penduduk berdasarkan Jenis Pekerjaan
No. Jenis Pekerjaan Jumlah (Jiwa)
1. Belum/tidak bekerja 1620
2. IRT 4680
3. Pelajar/Mahasiswa 3200
4. Pensiunan 375
5. PNS 1705
6. TNI 98
7. POLRI 87
8. Pedagang 2501
9. Petani 80
10. Karyawan BUMN/BUMD/Swasta 4787
11. Buruh 1200
12. Guru 247
13. Dosen 87
14. Dokter 14
15. Perawat 28
16. Bidan 6
17. Lainnya 2713
18. Jumlah 23.428
(48)
39
Dari keterangan di atas dapat ditarik ksempulan bahwa penduduk di kelurahan Cireundeu merupakan penduduk yang cukup beragam dilihat dari jenis pekerjaan. Sebagian besar penduduk di Kelurahan Cireundeu berprofesi sebagai Karyawan BUMN/BUMD ataupun karyawan Swasta, disusul dengan jumlah Ibu Rumah Tangga (IRT) pada urutan berikutnya. Pelajar dan mahasiswa menjadi urutan jenis objek kegiatan yang paling banyak setelah Karyawan dan Ibu Rumah Tangga. Kelompok Pedagang juga menjadi komunitas yang cukup banyak terdapat di Kelurahan Cireundeu. Disusul oleh jenis pekerjaan Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada urutan berikutnya. Sisanya berbagai macam jenis pekerjaan lain seperti Guru, TNI, POLRI, Dosen dll. Keberagaman klasifikasi Kependudukan dilihat dari jenis pekerjaan ini mengindikasikan bahwa sebagian besar Penduduk yang ada dikawasan Kelurahan Cireundeu dapat dikategorikan sebagai masyarakat yang cukup maju dan berkembang.
Jumlah Penduduk berdasarkan Tingkat Pendidikan
No. Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) %
1. Tidak/Belum Sekolah 1165 7,47 %
2. Belum Tamat SD/Sederajat 150 0,96%
3. Tamat SD/Sederajat 2331 14,95%
4. SLTP/Sederajat 3496 22,42%
5. SLTA/Sederajat 3993 25,61%
6. Diploma III/Akademik 3492 22,40%
7. Diploma IV/Strata I 266 1,71%
8. Strata II 466 2,99%
9. Strata III 233 1,49%
Jumlah 15.592 100%
(49)
40
Dari keterangan di atas dapat ditarik informasi bahwa, mayoritas masyarakat yang berada di Kelurahan Cireundeu telah menempuh jenjang pendidikan hingga SLTA/Sederajat disusul jenjang pendidikan SLTP/Sederajat dan Diploma III/Akademik pada urutan berikutnya. Jumlah penduduk yang hanya menamatkan jenjang pendidikan hingga tamat Sekolah Dasar/sederajat berada diurutan ke empat setelah urutan yang telah disebut. Sisanya ada yang menempuh jenjang pendidikan hingga strata I, Strata II dan Strata III. Jumlah tingkat Strata II lebih banyak dibandingkan dengan jumlah Strata I. Data terlihat agak rancu, oleh karenanya Penulis konfirmasi langsung ke Staff Kelurahan Cireundeu. Memang jawaban yang diterima bahwa pada data tersebut terdapat kesalahan ketik, namun Kami tetap menuliskan sesuai dengan data asli yang diberikan dengan alasan keabsahan data awal tidak bisa tergantikan oleh konfirmasi pihak yang belum tentu menguasai atau mengetahui darimana sumber data diperoleh.
C. POTENSI WILAYAH
Daftar RW, RT dan Jumlah KK
No. Nama Kelurahan/Desa Jumlah RW Jumlah RT Jumlah KK
Cireundeu 12 52 5738
(50)
41
Sarana/Prasarana Kesehatan
No. Sarana/Prasarana Jumlah
1. Rumah Sakit 1
2. Klinik Umum/Gigi/Bersalin 5
3. Rumah Bersalin 3
4. Dokter Praktek 6
5. Bidan Praktek 7
6. Posyandu 10
Profil Kelurahan Cireundeu 2008
Dari keterangan diatas dapat diambil bahwa Potensi Wilayah Kelurahan Cireundeu dilihat dari segi sarana dan prasarana kesehatan cukup baik, dan didukung dengan keberadaan sebuah Rumah Sakit, dan beberapa sarana kesehatan lainnya seperti Klinik umum/Gigi/Bersalin serta beberapa posyandu. Kondisi ini memudahkan bagi masyarakat sekitar khususnya yang berada di Wilayah Kelurahan Cireundeu dalam hal penanganan masalah kesehatan.
Sarana Pendidikan
No. Jenis Sarana Jumlah
1. Kelompok Bermain 2
2. Taman Kanak-kanak 5
3. Sekolah Dasar/Sederajat 9
4. SMP/Sederajat 2
5. SMA/Sederajat 1
6. Perguruan Tinggi 2
7. Pondok Pesantren 1
Profil Kelurahan Cireundeu 2008
Dari keterangan di atas dapat diambil informasi bahwa sarana pendidikan di Wilayah Kelurahan Cireundeu cukup baik. Hal ini bisa disimpulkan dengan dilandasi keberadaan beberapa sarana dan prasarana dalam hal ini berbentuk
(51)
42
Lembaga Pendidikan formal seperti Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas serta beberapa institusi pendidikan untuk jenjang lebih tinggi seperti Universitas (Perguruan Tinggi) ataupun Pondok Pesantren. Pondok Pesantren yang ada di Wilayah Kelurahan Cireundeu merupakan salah satu pondok ataupun ma'had yang cukup memiliki nama dikalangan kaum santri atau kaum terpelajar, Daar As-sunnah (red : Darussunnah) suatu ma'had di bawah pimpinan ulama besar yaitu K.H. Ali Mustofa Ya'kub (salah satu Ahli Hadits di Indonesia) yang bergerak khusus didalam bidang keilmuan Hadist. Namun sayangnya Putera Daerah dalam hal ini adalah remaja/I dikalangan setempat (red :pribumi) sangat jarang yang berminat untuk bisa melanjutkan pendidikan mereka di Ma'had tersebut.
Sarana Perdagangan
No. Jenis Sarana Jumlah
1. Pertokoan / Ruko 3
2. Pasar Swalayan / Toserba 5
3. Restoran / Rumah Makan 3
4. Warung 97
Profil Kelurahan Cireundeu 2008
Dari keterangan di atas, dapat diambil informasi bahwa sarana perdagangan di wilayah Kelurahan Cireundeu cukup baik. Hal ini didukung dengan beberapa sarana yang tadi telah disebutkan diatas. Pasar Swalayan sebagai sarana yang di manfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk membeli kebutuhan-kebutuhan harian ditambah lagi dengan sarana perdagangan yang
(52)
43
bersifat mikro seperti warung yang jumlahnya cukup banyak di wilayah kelurahan Cireundeu. Fakta ini merupakan indikasi bahwa kegiatan perekonomian dalam hal ini terkait dengan sarana perdagangan cukup baik dan berkembang.
Sarana Perbankan dan Koperasi
No. Jenis Sarana Jumlah
1. Bank Umum / Komersil 5
2. Bank Perkreditan Rakyat 2
3. Koperasi non KUD 1
4. Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) 1 Profil Kelurahan Cireundeu 2008
Dari keterangan di atas, dapat diambil informasi bahwa sarana Perbankan dan Koperasi di Wilayah Kelurahan Cireundeu cukup memadai. Hal ini bisa dilihat dari beberapa Bank Umum / komersil yang terdapat pada wilayah tersebut. Keberadaan Bank-bank yang ada memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk dapat melakukan transaksi-transaksi keuangan baik saving (menyimpan/menabung) ataupun kegiatan lain berupa permohonan pembiayaan serta untuk transaksi yang dilakukan sebagai sarana lalu lintas pembayaran. Begitu pula keberadaan Koperasi, yang memiliki fungsi yang hampir sama dengan Bank hanya saja biasanya keberadaan Koperasi meliputi bidang-bidang yang lebih bersifat mikro. Tentu saja hal ini merupakan suatu nilai positif bagi keberadaan wilayah Kelurahan Cireundeu karena memiliki sarana Perbankan dan Koperasi yang cukup baik, karena dengan itu dinamisasi ekonomi dapat berjalan dan berkembang dengan nilai yang cukup signifikan.
(53)
44 D. JUMLAH MASJID DAN MUSHALLA
Data Masjid
No. Nama Masjid Alamat Ketua
1. At-Taubah Cireundeu Rt 01/01 H. Mursidi 2. Al- Ikhlas Cireundeu Rt 04/01 Drs. Hanafi 3. At- Taqwa Poncol Rt 04/02 Fahruzi,SE 4. Al- Mukhlisin Poncol Rt 02/02 Drs. Sumardi
5. Al- Hidayah Poncol Rt 01/02 Syarif Ma'mum,SAg 6. Al- Barkah Gunung Selatan Rt 04/03 Drs. Abd.Aziz Syam 7. Baitul Ula Pisangan Timur Rt 04/04 H. Abd Rachim 8. Al- Ikhlas Kp. Baru Rt 05/09 Endang Supandi,SE 9. Al- Irfan Komplek UI Rt /07 Moh Arifin
10. Ruhama Pisangan Barat Rt 05/09 Drs. H. Mudjitaba 11. Al- Mugiroh Pisangan Barat Rt 03/09 Drs. H.M. Satibi 12. Al-Mujahidin Pisangan Barat Rt 01/09 Drs. Murbantoro 13. Darussa'adah Cireundeu Ilir Rt 02/10 Drs. Rahmat 14. Nurul Huda Kp. Gintung Rt 02/08 Ust Dahlan
15. Al- Istiqomah Kp. Gunung Utara Rt 02/11 Drs. Alek Iskandar 16. Jabalul Rahmah Kp. Gunung Utara Rt 04/11 M. Noor
Profil Kelurahan Cireundeu 2008
Data Mushalla
No. Nama Mushalla Alamat Ketua
1. As-syifa Cireundeu Rt 01/01 H. Mudassir
2. Al- Muttaqin Cireundeu Rt 02/01 Ustadz Kasmani AR 3. Al- Huda Poncol Rt 04/02 H. Hatta Abidin 4. Al-Inayah Poncol Rt 02/02 H. Dana
5. Al- Muhajirin Gunung Selatan Rt 01/03 Sumardi
6. Nurul Yaqin Pisangan Timur Rt 01/04 H.Endang Supriatna,SE 7. Al- Ittihad Pisangan Barat Rt 01/05 M. Noor
8. Nurus Sajidin Pisangan Barat Rt 03/05 Mustofa Y. 9. Al- Fallah Pisangan Barat Rt 04/05 Judi Asidi 10. Al- Muqarrabin Kp. Baru Rt 03/06 H. Matalih 11. Nurul Iman Gintung Rt 01/08 H. Muslim
12. Al- Kabadiyah Pisangan Barat Rt 03/09 Drs. Syamsuddin Dasan 13. Al- Misbah Gunung Utara Rt 03/11 Abd Syukur
(54)
45
Jumlah masjid yang ada di wilayah Kelurahan Cireundeu sebanyak 16 buah. Ini jumlah yang lumayan banyak mengingat luas wilayah Kelurahan Cireundeu tidak terluas dibanding dengan daerah kelurahan lainnya di Tangerang Selatan. Masjid-masjid yang ada saat ini merupakan masjid yang memiliki bangunan yang cukup terbilang modern. Kualitas bangunan beragam. Beberapa masjid merupakan masjid yang memiliki usia bangunan yang cukup tua seperti halnya masjid Baitul Ula yang merupakan Masjid yang pertama kali dibangun di wilayah setempat (Kelurahan Cireundeu dan sekitarnya). Namun tidak berarti bahwa bangunan masjid terlihat tua karena sudah mengalami beberapa kali renovasi. Di samping itu beberapa masjid masih bisa digolongkan sebagai masjid dengan usia bangunan yang terbilang muda seperti masjid Jabalul Rahmah (masjid yang berada di kawasan sekitar daerah bencana situ gintung yang berdiri kokoh di saat bangunan lain rusak parah) dan Masjid Al Ikhlas (Kampung Baru) sebagai masjid yang didirikan dalam kurun 3 tahun terakhir. Hal ini memberikan indikasi bahwa keberadaan Masjid yang ada di Kelurahan Cireundeu memiliki manajemen yang beragam, mulai dari manajemen pengelolaan masjid secara umum sampai dengan pengelolaan dana masyarakat khususnya lagi mengenai pola penghimpunan dana zakat dan pola distribusinya. Termasuk pula dengan keberadaan mushalla yang ada, pun memiliki fungsi yang tidak jauh berbeda dengan keberadaan masjid. Setiap kali tiap ramadhan menjelang hampir seluruh masjid dan mushalla membentuk panitia dana sosial (Amil) . Dari sini penulis ingin melihat lebih jauh bagaimana pengurus DKM (Dewan Kesejateraan
(55)
46
Masjid/Mushalla) mengelola kegiatan-kegiatan yang ada di masjid/ mushalla yang bersangkutan terkait dengan pola manajemen kegiatan secara umum dan khususnya tentang pengelolaan dana ummat berupa zakat seputar pola penghimpunan dan pendistribusiannya.
(56)
47 BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN
Analisis hasil penelitian merupakan salah satu bagian terpenting dalam proses penelitian. Data yang didapatkan saat pelaksanaan penelitian akan dianalisis dan di bahas pada bab ini. Termasuk dalam kesempatan kali ini, akan dikemukakan pembahasan terhadap temuan penelitian tentang pengelolaan zakat. Pengelolaan zakat merupakan bagian terpenting dalam memaksimalkan manfaat keberadaan zakat itu sendiri. Termasuk dalam hal ini adalah pengelolaan atau manajemen dana ummat, yang dikelola oleh masjid atau mushola. Seperti apa yang telah diungkap pada bab sebelumnya, masjid harusnya bisa menduduki fungsi yang lebih optimal, tidak hanya diperuntukkan sebagai tempat ibadah saja, namun fungsi-fungsi lain seperti fungsi lembaga sosial, lembaga ekonomi dan pemberdayaan ummat, fungsi pendidikan dan politik (bukan politik praktis), harusnya bisa juga kita jumpai pada lembaga ibadah seperti masjid atau mushola.
Dalam bab ini, akan dijabarkan temuan penelitian di lapangan (dalam hal ini, adalah masjid atau mushalla di Kelurahan Cireundeu) terkait dengan manajemen atau pengelolaan zakat, infak dan shodaqoh sebagai dana sosial masyarakat berikut dengan potensinya di Kelurahan Cireundeu.
(57)
48 A. Gambaran umum Proses penelitian
Objek penelitian ini adalah manajemen pengelolaan dana ummat (dana sosial) pada seluruh masjid dan mushalla yang berada di wilayah Kelurahan Cireundeu dengan fokus pada manajemen pengelolaan zakat, infak dan sedekah. Jumlah masjid yang berada di wilayah Kelurahan Cireundeu sebanyak 16 buah. Berikut tabel masjid yang berada di wilayah Kelurahan Cireundeu : Tabel 4.1 : Masjid di Kelurahan Cireundeu menurut Alamat dan Pengurus
No. Nama Masjid Alamat Ketua Takmir
1. At-Taubah Cireundeu Rt 01/01 H. Mursidi 2. Al- Ikhlas Cireundeu Rt 04/01 Drs. Hanafi 3. At- Taqwa Poncol Rt 04/02 Fahruzi,SE 4. Al- Mukhlisin Poncol Rt 02/02 Drs. Sumardi
5. Al- Hidayah Poncol Rt 01/02 Syarif Ma'mum,S.Ag 6. Al- Barkah Gunung Selatan Rt 04/03 Drs. Abd.Aziz Syam 7. Baitul Ula Pisangan Timur Rt 04/04 H. Abd Rachim 8. Al- Ikhlas Kp. Baru Rt 05/09 Endang Supandi,SE 9. Al- Irfan Komplek UI Rt /07 Uts. Moh Arifin 10. Ruhama Pisangan Barat Rt 05/09 Drs. H. Mujitaba 11. Al- Mugiroh Pisangan Barat Rt 03/09 Drs. H.M. Satibi 12. Al-Mujahidin Pisangan Barat Rt 01/09 Drs. Murbantoro 13. Darussa'adah Cireundeu Ilir Rt 02/10 Drs. Rahmat 14. Nurul Huda Kp. Gintung Rt 02/08 Ust. Dahlan 15. Al- Istiqomah Kp. Gunung Utara Rt 02/11 Drs. Alek Iskandar 16. Jabalul Rahmah Kp. Gunung Utara Rt 04/11 M. Noor
(1)
Daftar Checklist Instrumen Pengumpulan Data
( Studi Kasus Manajemen Dana Sosial Masyarakat, Masjid dan Mushola di Kelurahan Cireundeu )
Masjid/ Musholla
:...
Wilayah
:...
Pengisi Daftar Checklist
:...
Jabatan DKM/sejenisnya :...
Untuk keperluan penelitian ini, Kami yang bertanda tangan dibawah ini akan memberikan informasi dan data sesuai sesuai dengan
keadaan dan kondisi yang berlaku, tanpa mengurangi ataupun merekayasa agar dicapai hasil peneltian yang bersifat obyektif.
(...)
Sub Variabel
(Dimensi) Indikator/Kisi Format Redaksi Hasil
a. Perencanaan
a.1. Latar Belakang
Pernyataan Pernyataan
a.1.1.Faktor Habit (kebiasaan) pada saat Ramadhan
a.1.2. Faktor Fasilitator yang mengakomodir kepentingan Ummat dalam menghimpun dan menyalurkan dana zakat
(...) (...)
a.2. Tujuan
Pernyataan Pernyataan Pernyataan
a.2.1. Mengakomodasi kepentingan Ummat dalam menghimpun dan menyalurkan dana Zakat selama Ramadhan
a.2.2. Menjadi amil yang mengelola dana Zakat selama periode kepengurusan berlaku
a.2.3.Mengisi kekosongan kegiatan di Masjid/mushola jelang akhir Ramadhan
(...) (...) (...) a.3. Konsistensi lembaga
(Panitia)
Pernyataan Pernyataan Pernyataan
a.3.1. Bersifat momental (berlaku pada saat Ramadhan saja) a.3.2. Berlaku periodik (masa kepengurusan)
a.3.3. Lembaga Amil Zakat Profesional
(...) (...) (...)
a.4. Persiapan pra aktivitas
Pernyataan Pernyataan Pernyataan Pernyataan
a.4.1. Konsolidasi / Rapat Persiapan sebelum Ramadhan a.4.2. Pemilihan Petugas Zakat secara random (acak)
a.4.3. Melakukan Pendataan Terbaru muzakki ataupun mustahik
a.4.4.Melakukan pelatihan Tata Kelola zakat bekerja sama dengan Lembaga Zakat Profesional
(...) (...) (...) (...)
(2)
b. Pengorganisasian
b.1. Tenaga Kerja (Pelaksana Tugas) Pernyataan Pertanyaan Pernyataan Pernyataan Pernyataan Pernyataan
b.1.1.Kepengurusan DKM (Orang Tua) saja
b.1.2. Kepengurusan DKM melibatkan segenap Jama’ah rutin
b.1.3. Kepengurusan DKM bekerja sama dengan remaja
b.1.4. kepengurusan DKM bekerja sama dengan aparat lingkungan b.1.5.Memakai jasa tenaga Amil zakat profesional
b.1.6. Tenaga Amil dipilih oleh Pengurusan Yayasan/DKM setempat
(...) (...) ...) (...) (...) (...) b.2. Waktu Pelaksanaan
Pernyataan Pernyataan
b.2.1. Pada saat Ramadhan saja
b.2.2. Sesuai dengan masa kepengurusan (terbentuk amil semi permanen)/ Periodik (tahunan) kinerja pasca Ramadhan
(...) (...)
b.3. Pembagian Tugas
Pernyataan Pernyataan Pernyataan
b.3.1.Adanya kejelasan dalam pendistribusian tugas dari masing-masing petugas Zakat
b.3.2.Acak (Serabutan), pembagian tugas yang tidak terkoordinir
b.3.3.Profesional, distribusi tugas sangat rapih karena di huni oleh SDM yang berpengalaman dan mumpuni
(...) (...) (...) c. Pelaksanaan c.1. Retribusi Pernyataan Pertanyaan Pernyataan Pernyataan Pernyataan Pernyataan Pernyataan Pernyataan
c.1.1.Pengurus (Amil) memiliki data Muzakki periode sebelumnya
c.1.2. Pengurus (Amil) menyebarkan Leaflet(edaran) tentang keberadaan Amil Zakat Masjid kepada Masyarakat sekitar
c.1.3. Pengurus (Amil) memasang Spanduk tentang keberadaan Amil ZIS di Masjid/Mushola terkait
c.1.4.Penghimpunan dana ZIS masyarakat, dilakukan dengan cara di ambil langsung ke rumah warga
c.1.5. Penghimpunan dana ZIS masyarakat, dilakukan dengan cara membuka Stand Penerimaan ZIS di Masjid/Mushola
c.1.6.Pengurus Amil ZIS juga menerima Fidyah
c.1.7.Pengurus Amil ZIS bekerja sama dengan aparat lingkungan dalam hal penghimpunan dana ZIS lingkungan
c.1.8.Terdapat Kotak amal khusus untuk Santunan Anak Yatim
(...) (...) (...) (...) (...) (...) (...) (...) c.2. Distribusi Pernyataan Pernyataan Pernyataan Pernyataan Pertanyaan Pernyataan Pernyataan
c.2.1.Pengurus Amil ZIS memiliki data Mustahik periode sebelumnya c.2.2. Pengurus Amil ZIS menerima Proposal Permohonan bantuan dana ZIS c.2.3. Sasaran distribusi dana ZIS (Fitrah) di prioritaskan untuk mustahik (Gol
Fakir dan Miskin)
c.2.4.Pembagian dana ZIS di lakukan di Pertengahan bulan Ramadhan c.2.5. Pembagian dana ZIS di lakukan beberapa hari menjelang idul fitri tiba c.2.6.Untuk Dana Zakat Fitrah habis dibagikan sebelum Khutbah Iedul Fitri
dikumandangkan
c.2.7. Fidyah langsung didistribusikan untuk mustahik pada saat Pengurus Amil menerima dari pihak yang menyerahkannya
(...) (...) (...) (...) (...) (...) (...)
(3)
Pernyataan
Pernyataan Pernyataan Pernyataan
c.2.8.Jika mustahik yang ada di lingkungan sekitar masjid/Mushola sudah menerima dana Zakat secara keseluruhan, apakah dana zakat yang masih ada disalurkan untuk mustahik di luar wilayah masjid/Mushola terkait. c.2.9.Pengurus Amil ZIS bekerja sama dengan aparat selama proses
pendistribusian dana ZIS
c.2.10. Pengurus Amil ZIS bekerja sama dengan Remaja Masjid selama proses pendistribusian dana ZIS
c.2.11.Pengurus Amil ZIS menyetorkan sebagian dana Zakat Fitrah kepada lingkungan atau aparat lingkungan setempat untuk diserahkan kepada BAZIS pemerintah terkait.
(...)
(...) (...) (...)
c.3. Pengelolaan Terkait
Pernyataan Pernyataan Pernyataan Pernyataan Pernyataan Pernyataan
c.3.1.Dana ZIS habis terdistribusikan selama bulan Ramadhan
c.3.2. Sisa Infak, Shadaqoh dan Zakat Maal dialokasikan ke dalam Kas Masjid atau Mushola
c.3.3.Dana Zakat Maal yang tersedia di pergunakan untuk program pembangunan fisik Masjid atau Mushola
c.3.4. Dana Zakat Maal yang tersedia dipergunakan untuk kegiatan sosial,seperti Santunan Yatim dll
c.3.5. Dana Zakat Maal di kelola oleh DKM (Amil ZIS) untuk kegiatan yang bernuansa produktif (usaha)
c.3.6.Jumlah Sisa Dana Zakat Maal tergolong besar, sehingga dijadikan modal untuk membuat Koperasi Syariah (BMT)
(...) (...) (...) (...) (...) (...) d. Pengawasan d.1. Tanggungjawab internal Pernyataan Pernyataan Pernyataan
d.1.1.Pengurus Amil ZIS melakukan rapat konsolidasi dengan pengurus DKM terkait dengan pelaksanaan ZIS periode ini
d.1.2. Pengurus Amil ZIS membuat Rekapitulasi Penerimaan ZIS untuk diketahui oleh semua Kepengurusan Amil ZIS
d.1.3.Pengurus Amil ZIS membuat rekapitulasi pengeluaran atau distribusi dana ZIS untuk diketahui oleh semua kepengurusan Amil ZIS
(...) (...) (...) d.2. Tanggungjawab eksternal Pernyataan Pernyataan Pernyataan Pernyataan
d.2.1.Laporan Rekapitulasi Penerimaan dan Pengeluaran Dana ZIS diinformasikan pada Jamaah saat menjelang Shalat Ied dimulai d.2.2. Laporan Rekapitulasi Penerimaan dan Pengeluaran Dana ZIS
dicantumkan/ditempel di Papan Informasi Masjid/ Mushola d.2.3.Pengurus Amil ZIS membuat semacam LPJ (Laporan
Pertang-gungjawaban) untuk diserahkan kepada Muzakki (yang menyerahkan) dana zakat Maal
d.2.4. Pengurus Amil ZIS juga membuat semacam LPJ (Laporan Pertanggung Jawaban) untuk diserahkan kepada Aparat lingkungan (kepala
lingkungan/RW)
(...) (...) (...)
(4)
UNTUK DATA STATISTIK
NO ASPEK DANA
J
UMLAHD
ANAT
ERKUMPUL MENURUTT
AHUN2007
2008
2009
2010
1
Zakat Mal
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
2
Zakat Fitrah
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
3
Fidyah
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
4
Infak
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
5
Sedekah
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
d.3. Model Pengawasan
Pernyataan Pernyataan
Pernyataan
d.3.1. Kepengurusan Yayasan atau DKM melakukan rapat evaluasi Pasca Pelaksanaan kegiatan ZIS periode terkait
d.3.2.Kepengurusan Amil ZIS (permanen) melakukan evaluasi berkala terkait dengan kegiatan selama proses penghimpunan dan penditribusian Dana ZIS
d.3.3.Tidak perlu diadakannya proses evaluasi, karena pengelolaan ZIS masih sangat sederhana
(...) (...)
(5)
UNTUK DATA STATISTIK
No
ASPEK
J
UMLAHD
ANA YANGD
ISALURKAN MENURUTJ
ENIS DANA,
A
LOKASIK
ELOMPOKP
ENERIMA.
DANT
AHUN2007
2008
2009
2010
1
Zakat Mal
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
a. Fakir-miskin/yatim
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
b. Amil
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
c. Mesjid/Mushola
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
2
Zakat Fitrah
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
a. Fakir-miskin/yatim
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
b. Amil
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
c. Mesjid/Mushola
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
3
Infak
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
a. Fakir-miskin/yatim
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
b. Amil
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
c. Mesjid/Mushola
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
4
Sedekah
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
a. Fakir-miskin/yatim
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
b. Amil
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
(6)