25
sehingga memiliki harta untuk dapat memenuhi kehidupan diri dan keluarga serta dapat berzakat atau berinfaq.
7
3. Zakat dan Optimalisasi Pengelolaan melalui Lembaga
Zakat merupakan sebuah ibadah yang memiliki nuansa horizontal dan vertical. Horizontal dilihat dari segi zakat sebagai salah satu intrumen dalam
meningkatkan kesejahteraan ummat dan efek sosial lainnya. Dengan berzakat seseorang dapat memperoleh ketenangan diri, karena pada dasarnya harta yang
diperoleh seseorang merupakan sebuah amanah dan titipan yang didalamnya terdapat hak orang lain yang membutuhkan. Melalui ibadah ini, seseorang pun
telah memposisikan dirinya sebagai makhluk sosial yang memiliki kepekaan dan kepedulian terhadap masalah yang muncul disekitar lingkungannya. Karena
peduli dan berbagi pun merupakan salah satu wujud ketaqwaan, maka seseorng yang telah membayarkan atau menunaikan kewajiban berzakatnya maka berarti
Ia telah mentaati salah satu perintah Allah dalam hal ini adalah menunaikan zakat. Hubungan seperti ini yang disebut sebagai nuansa vertical. Wujud
ketaqwaan seseorang juga dapat dilihat dari seberapa ringannya mereka dalam mendermakan sebagian hartanya kepada pihak lain yang membutuhkan.
Dana zakat yang terhimpun dan dikelola dengan baik akan menghasilkan manfaat yang luar biasa. Mengentaskan masalah kemiskinan pun menjadi target
jangka panjang yang ingin dicapai, walaupun sama-sama kita ketahui bahwa
7
Didin Hafiduddin.Zakat dalam Perekonomian Modern. Jakarta: Gema Insani Press,2002 h.28
26
musuh besar ekonomi ini baca:kemiskinan nampaknya tidak akan pernah terselesaikan namun dapat diminimalisir. Karena hakikat tujuan dari
pengelolaan dana zakat dan dana sosial lain yang terhimpun adalah mendistribusikan dengan cara yang seadil-adilnya. Keadilan distribusi menjadi
target yang paling relevan untuk dijalankan bagi setiap pengelola dana sosial masyarakat yang ada. Termasuk didalamnya adalah bagaimana meningkatkan
kesadaran bagi setiap mustahik untuk mengubah mindset pola fikir bahwa dengan adanya pendistribusian dana sosial yang terhimpun kepada mereka
harusnya bisa lebih diaktualisasikan untuk peningkatan kualitas pengembangan potensi diri termasuk dalam hal kemandirian ekonomi.
Untuk memaksimalkan pendayagunaan zakat, diperlukan mekanisme pengelolaan yang baik dan terarah sehingga bisa menjadi suatu system yang
dengannya keberadaan
zakat bisa
benar-benar menjadi
instrument penanggulangan kemiskinan. Manajemen atau tata kelola yang baik pada suatu
lembaga pengelola zakat menjadi tolak ukur pencapaian maksimal dari pendayagunaan zakat yang ada. Dengan manajemen yang terpola dengan baik
akan menghasilkan output yang maksimal. Zakat harus dikelola oleh Amil lembaga yang professional, amanah, bertanggung jawab, memiliki pengetahuan
yang memadai tentang zakat , dan memiliki waktu yang cukup untuk mengelolanya misal untuk melakukan sosialisasi, pendataan muzaki dan
mustahik, dan penyaluran yang tepat sasaran serta pelaporan yang transparan.