84
dengan pH 6.8. Observasi yang dilakukan pada 30 air kolam renang di Jakarta pada tahun 2005 menunjukkan ada 11 air kolam renang berkualitas
baik, 4 kurang baik, 11 jelek dan 4 sangat jelek Darajat, 2005. Pemerintah Indonesia telah memberikan rekomendasi tentang
persyaratan kolam renang yang sehat dan bersih. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416MenkesPerIX1990 tentang kualitas air kolam renang
dan keluhan kesehatan pengguna yang pada lampirannya memuat syarat kualitas air kolam renang secara fisik, kimia dan mikrobiologi. Sanitasi dan
pengolahan air kolam renang serta pemeriksaan kualitas air perlu diperhatikan Cita dan Adriyani, 2009.
6.3. Kadar Sisa Klor dan Iritasi Mata Pada Kolam Renang Pemerintah Jakarta Selatan
Menurut Peraturan
Menteri Kesehatan
RI No.
416MenkesPerIX1990 kadar sisa klor yang diperbolehkan dalam air kolam renang adalah 0,2 - 0,5 mgL. Sebagai desinfektan, sisa klor dalam
penyediaan air sengaja dipelihara, tetapi dalam konsentrasi yang berlebih klor ini dapat terikat pada senyawa organik Cita dan Adriyani, 2009.
Berdasarkan hasil pada tabel 5.4 parameter kadar sisa klor pada sampel air kolam renang pemerintah Jakarta Selatan sebagian besar tidak
memenuhi syarat yaitu pada hari Sabtu 30 Mei 2015 dan Minggu 31 Mei 2015 dengan kadar sisa klor 3 mgL, serta hari Kamis 04 Juni 2015 dan
Minggu 07 Juni 2015 dengan kadar sisa klor 0,6 mgL.
85
Sisa klor yang dihasilkan oleh air kolam renang berasal dari penggunaan kaporit yang berfungsi sebagai desinfektan. Banyaknya
penggunaan kaporit bisa menyebabkan banyaknya sisa klor yang dihasilkan. Berdasarkan hasil diatas dan jika disesuaikan dengan PERMENKES RI
No.416MenkesPerIX1990, pada kolam renang pemerintah Jakarta Selatan kadar sisa klornya tidak memenuhi persyaratan kolam renang.
Kadar sisa klor di kolam renang pemerintah Jakarta selatan pada saat dilakukan pemeriksaan, di dapatkan hasil yang melebihi dari persyaratan
yang telah ditetapkan Permenkes No. 416 tahun 1990 namun masih memenuhi persyaratan WHO 2006 yaitu 1
– 3 mgL. Sebagai pembanding United Kingdom menganjurkan kadar sisa klor 1,0
– 1,2 mgL, Australia 1,0 – 6,5 mgL , Jerman 0,3 – 0,6 mgL, Italia 0,4 -1,0 mgL, Amerika 1,0 -3,0
mgL Leoni dkk., 1999; Spivey, 2010. Kadar sisa klor yang tinggi menandakan petugas kolam renang
berlebihan dalam membubuhi kaporit ke dalam kolam renang. Petugas kolam renang mengaku hanya memprediksi dalam melakukan desinfeksi air kolam
renang. Petugas mengaku tidak pernah diberikan pelatihan mengenai cara desinfeksi air kolam renang yang tepat. Menurut WHO 2006, kadar klorin
yang tepat dapat dihitung dengan rumus berikut:
D = Jumlah air yang akan didesinfeksi dalam ml air ppm = jumlah mg per liter sisa klor yang diinginkan
86
X = proses aktif klor dari zat desinfeksi yang dipakai untuk desinfeksi air kolam 60
Kolam renang pemerintah Jakarta Selatan ada 2 yaitu, Bulungan dan Ragunan. Maka untuk kolam renang Bulungan yang mempunyai kapasitas
1.826 m
3
dan akan didesinfeksi dengan kaporit 60 aktif, serta sisa klor maksimal yang diharapkan adalah 0,5 ppm, maka kaporit yang
dibutuhkan:
= 1, 5 kg Pada kolam renang Bulungan kaporit yang digunakan mempunyai
aktif klor 60 dengan sekali pemberian 5 kg untuk pagi dan malam hari, yang artinya dalam sekali pembubuhan kaporit kolam renang Bulungan
kelebihan 3,5 kg dari perhitungan anjuran WHO, 2006 dan sudah tidak memenuhi syarat dalam pembubuhan kaporit.
Dengan perhitungan dan rumus yang sama, untuk kolam renang Ragunan yang mempunyai kapasitas 2.500 m
3
dan akan didesinfeksi dengan kaporit 60 aktif, serta sisa klor maksimal yang diharapkan adalah
0,5 ppm, maka kaporit yang dibutuhkan:
= 2,0875 kg atau 2,1 kg
87
Pada kolam renang Ragunan kaporit yang digunakan mempunyai aktif klor 60 dengan sekali pemberian 7,5 kg untuk pagi dan sore hari,
yang artinya dalam sekali pembubuhan kaporit kolam renang Bulungan kelebihan 5,4 kg dari perhitungan anjuran WHO ,2006 dan sudah tidak
memenuhi syarat dalam pembubuhan kaporit. Kolam renang Bulungan dan kolam renang Ragunan jarang
melakukan pemantauan sisa klor. Untuk kolam renang Bulungan dilakukan seminggu sekali, dan kolam renang Ragunan setiap hari namun
hanya pagi hari saja. Menurut WHO 2006, pengukuran pH dan sisa klor harus dalam setiap 4 jam selama kolam renang dibuka, yang artinya
pemantauan kualitas kimia air di kedua kolam renang ini tidak sesuai dengan ketentuan. Sebaiknya dalam pemantauan kadar sisa klor pada air
kolam renang Bulungan dan Ragunan dapat mengubah metode desinfeksi yang tidak tepat tersebut, karena proses desinfeksi dilakukan secara
manual bukan dengan automatic dosing. WHO 2006 tidak menganjurkan desinfeksi dengan cara manual karena harus diimbangi dengan manajemen
operasional dan monitoring yang baik. Selain itu, jika desinfeksi dilakukan dengan cara manual, tidak boleh ada orang di dalam kolam renang hingga
desinfektan seluruhnya menebar ke dalam air kolam renang. WHO 2006 menganjurkan desinfeksi dengan automatic dosing yang dilengkapi
dengan sensor elektronik untuk memantau pH dan sisa klor. Penurunan kadar sisa klor dapat terjadi yang disebabkan oleh sinar
matahari yang dapat mengurangi kadar sisa klor air kolam renang dengan cepat. Untuk itu sebaiknya menambahkan chlorine stabilizer yaitu
88
Isocyanuric acid untuk mengurangi kehilangan klorin dari paparan sinar
matahari. Sisa klorin yang sudah distabilkan akan bertahan 3-4 jam lebih lama McKeown, 2009. Penelitian menunjukkan kolam renang luar
ruangan yang tidak menggunakan Isocyanuric acid telah kehilangan 90 sisa klor dalam waktu tiga jam pada cuaca cerah. Kolam renang yang
mengandung 25-50 mgL Isocyanuric acid dengan kondisi yang sama hanya kehilangan 15 sisa klor Department of Health New South Wales,
1996. Menurut PERMENKES RI No. 416MENKESPerIX1990 kadar sisa
klor yang diperbolehkan dalam air kolam renang adalah 0,2 - 0,5 mgL. Kadar sisa klor dikatakan tidak memenuhi syarat apabila kadar sisa klor
pada saat pengukuran kurang dari 0,2 mgL atau melebihi dari 0,5 mgL. Dari hasil penelitian menunjukkan hasil analisis hubungan antara kadar
sisa klor terhadap keluhan iritasi mata pada pengguna kolam renang pemerintah Jakarta Selatan yang paling banyak mengalami keluhan iritasi
mata pada saat sisa klor tidak memenuhi syarat yaitu 53 responden 81,5 dari total 112 responden.
Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh nilai p = 0,000 p- value0,05
sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan bermakna antara kadar sisa klor terhadap keluhan iritasi mata pada pengguna kolam
renang Pemerintah Jakarta Selatan tahun 2015. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR sebesar 5,468 95CI : 2,336
– 12,800 yang berarti bahwa kolam yang tidak memenuhi syarat dapat memberikan efek
89
sebesar 5,468 kali terkena keluhan iritasi mata pada pengguna kolam renang
Penelitian ini sejalan dengan Decker 1988; Permana dan Suryani, 2013; Cita dan Adriyani, 2009; Nasli 2013, bahwa ada hubungan antara
kadar sisa klor dengan keluhan iritasi mata pada pengguna kolam renang. Hasil observasi di lapangan kadar sisa klor yang tinggi menandakan
petugas kolam renang berlebihan dalam membubuhi kaporit ke dalam kolam renang. Petugas kolam renang mengaku hanya memprediksi dalam
melakukan desinfeksi air kolam renang. Kadar klorin yang terlalu rendah atau terlalu tinggi dapat
menyebabkan iritasi mata. Pajanan sisa klor dan pH yang kurang atau melebihi syarat di kolam renang dapat menyebabkan iritasi mata WHO,
2006. Untuk mencegah iritasi mata, kolam renang harus dipelihara dengan baik, dibersihkan, dan kolam renang pemantauan klor agar
seimbang dan tidak kurang atau melebih batas aman. Kolam renang mengandung banyak bahan kimia dan kontaminan potensial. Klorin
ditambahkan ke kolam air untuk mengendalikan bakteri, tetapi bahan kimia ini juga dapat mengiritasi mata Island Empire Swimming, 2014.
6.4. Waktu Kontak Klor dan Iritasi Mata Pada Kolam Renang Pemerintah Jakarta Selatan