33
2.5. Kolam Renang
Kolam renang adalah suatu konstruksi buatan yang dirancang untuk diisi dengan air dan digunakan untuk berenang, menyelam atau aktivitas air
lainnya. Kolam renang umum adalah suatu sarana yang menyediakan fasilitas untuk berenang, bereaksi, berolahraga serta pelayanan jasa lainnya,
menggunakan air bersih yang dikelola secara komersial. Selain merupakan sarana olahraga yang menyehatkan juga sebagai tempat kontak sosial dan
sarana rekreasi olahraga yang menyehatkan pada semua kelompok umur. Kolam renang wajib memiliki standar kolam renang agar pengguna kolam
renang dan seluruh fasilitasnya aman dan terjaga Nemery dkk., 2002; Itah dkk., 2004; American Standard Institute, 2011; Alberta Department Of
Health, 2014.
2.6. Persyaratan Kualitas Air Kolam Renang
Kualitas air adalah sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat, energi atau komponen lain dalam air yang mencakup kualitas fisik, kimia dan
biologis Effendi, 2003. Air yang digunakan untuk berenang harus memenuhi
persyaratan Peraturan
Menteri Kesehatan
RI No:
416MENKESPERIX1990 agar tidak menggangu dan membahayakan kesehatan manusia.
34
Tabel 2.1 Peraturan Menteri Kesehatan RI No:416MENKESPERIX1990 Tanggal: 3 September 1990
Daftar Persyaratan Air Kolam Renang
2.6.1. Syarat Fisik Air Kolam Renang
2.6.1.1. Bau
Air yang baik memiliki ciri tidak berbau bila dicium dari jauh maupun dari dekat. Air yang berbau busuk mengandung bahan organik yang sedang
mengalami penguraian oleh mikroorganisme air oleh desinfektan. Kolam renang harus bebas dari bau yang mengganggu, jernih dan tidak ada benda
asing yang terapung Bernard dkk., 2003 No.
PARAMETER Satuan
Kadar yang diperbolehkan
Keterangan Minimum Maksimum
1 2
3 4
5 6
A. 1.
2. 3.
FISIKA Bau
Benda terapung Kejernihan
- -
- -
- -
- -
- Bebas dari bau yang
menggangu. Bebas dari benda terapung.
Piringan sechi yang diletakkan pada dasar
kolam yang terdalam dapat dilihat dari tepi
kolam pada jarak lurus 9 meter
B. 1.
2. 3.
4. 5.
6 KIMIA
Alumunium Kesadahan CaCO3
Oksigen terabsorbsi O2 pH
Sisa Chlor Tembaga
mgL mgL
mgL -
mgL mgL
- 50
- 6,5
0,2 -
0,2 500
1,0 8,5
0,5 1,5
C. 1.
2. MIKROBIOLOGI
Koliform total Jumlah kuman
Jumlah per 100 ml
Jumlah per 100 ml
- -
200
35
2.6.1.2. Kejernihan
Air kolam renang harus jernih atau tidak keruh. Air yang keruh disebabkan oleh adanya butiran-butiran koloid dari bahan tanah liat. Semakin
banyak kandungan tanah liat maka air semakin keruh. Air kolam renang dikatakan jernih apabila piringan berlatarbelakang putih diletakkan pada
kolam yang terdapat dapat terlihat jelas dari tepi kolam pada jarak pandang 7 meter. Kejernihan sangat penting untuk menjaga keselamatan pengguna
kolam renang. Kolam renang yang keruh akan menyulitkan orang untuk melihat jika ada perenang yang tenggelam di dasar kolam Perkins, 2000.
2.6.1.3. Benda Terapung
Air kolam renang harus bebas dari benda terapung yang tidak diinginkan. Contoh benda terapung adalah daun-daun, kertas, plastik.
Keberadaan benda terapung di kolam renang akan mengurangi estetika Department Of Health Environmental Unit Melbourne, 2008.
2.6.2. Syarat Kimia Air Kolam Renang
2.6.2.1. Alumunium
Unsur ini biasanya terkandung pada senyawa-senyawa yang digunakan sebagai bahan koagulan dalam proses pengolahan air kolam,
misalnya tawas Al
2
SO
4 3
. Jika pembubuhan tawas dalam proses koagulasi terlalu banyak atau proses pengolahan air tidak sempurna, maka kandungan
alumunium di dalam air kolam renang akan melebihi standar yang telah ditentukan Chandra, 2005.
36
2.6.2.2. Kesadahan
Kesadahan air dapat terjadi karena air mengandung senyawa kalsium dan magnesium dengan bikarbonat; senyawa kalsium dan magnesium dengan
sulfat, nitrat, dan klorida; serta garam - garam besi, zink, dan silika. Kesadahan air kolam renang yang rendah akan meningkatkan korosi,
sedangkan jika kesadahan terlalu tinggi akan membuat air kolam renang keruh dan timbul kerak. Jika kesadahan terlalu rendah bisa ditambahkan
calcium chloride untuk menaikkan kesadahan dan untuk menurunkan
kesadahan bisa melakukkan dilusi McKeown, 2009.
2.6.2.3. Oksigen Terabsorbsi
Batas maksimum yang diperbolehkan dalam air kolam renang adalah 1,0 mgL dalam waktu 4 jam pada suhu 27ºC. Oksigen terabsorbsi
menunjukkan besarnya oksigen yang digunakan sebagai proses biologi kehidupan mikroba air. Jika oksigen terabsorbsi melebihi batas yang telah
ditentukan, menandakan air telah tercemar dan memungkinkan adanya kehidupan mikroorganisme yang tinggi, karena mikroorganisme memerlukan
oksigen untuk melangsungkan hidupnya di dalam air Edzwald, 2011.
2.6.2.4. Sisa Klor
Sisa klor adalah kadar klor yang tersisa setelah proses desinfeksi Siswanto, 2002. Tujuan klorinasi pada air adalah untuk mempertahankan
sisa klorin bebas sebesar 0,2 mgL di dalam air. Nilai tersebut merupakan margin of safety
nilai batas keamanan pada air untuk membunuh patogen yang mengontaminasi air kolam Chandra, 2005. Sisa klor sangat
37
dipengaruhi oleh pH, waktu kontak klor EPA, 1990; Chanlett dan Gotaas, 1942; Gordon, 1976; Zarzoso dkk., 2010.
2.6.2.5. Waktu Kontak Klor
Waktu kontak klor atau waktu klorinasi merupakan suatu hal yang sangat menentukan dalam proses reaksi, adsorpsi dan desinfeksi. Waktu
kontak 10 – 15 menit memungkinkan proses difusi air dengan sisa klor dan
pH dalam penempelan molekul adsorbat berlangsung lebih baik, memungkinkan reaksi kimia dan klor akan sangat reaktif jika kontak dengan
manusia, penelitian dilakukan pada mata kelinci, dengan asumsi mata kelinci merupakan mata yang mempunyai ukuran dan sifat yang hampir mirip
dengan manusia. Konsentrasi zat - zat organik akan turun setelah desinfeksi apabila waktu kontaknya cukup dan waktu kontak berkisar 15 menit,
diperkirakan akan lebih berisiko jika lebih dari 15 menit. Semakin sering frekuensi kontak serta semakin lama durasi waktu setiap kali kontak dengan
potensi bahaya penyakit menyebabkan peluang terjadinya gangguan kesehatan iritasi mata semakin besar Rylander, Victorin dan Sorensen,
1973; Reynolds, 1982.
2.6.2.6. pH
pH merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan intensitas keadaan asam atau basa sesuatu larutan. pH merupakan salah satu indikator
yang sangat penting karena pH dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba dalam air Chandra, 2005. Bila pH terlalu rendah, air akan menjadi korosif
terhadap peralatan kolam renang dan permukaan benda. pH cairan mata
38
sekitar 7,4, jadi jika pH terlalu basa atau asam akan menyebabkan iritasi mata. Pentingnya menjaga pH yang benar karena pH air kolam renang
sebagai faktor penting sebagai kontrol yang tepat dari klorinasi Gordon, 1976. Seiring dengan peningkatan pH, klorin bebas akan kehilangan
aktivitas oksidatif. Pada pH 8,0 hanya 20 klorin bebas yang tersedia sebagai asam hypochlorous yang dapat membunuh kuman. Semakin tinggi pH maka
efektivitas klorin menurun. Pada pH 7,5, 50 klorin bebas yang tersedia sebagai asam hypochlorous HOCl dan 50 dalam bentuk ion hypochlorite
OCl yang dapat membunuh kuman, pH yang terlalu asam atau terlalu basa dapat membuat iritasi mata McKeown, 2009.
2.6.2.7. Tembaga
Tembaga umumnya digunakan untuk menghambat pertumbuhan alga atau lumut dan tumbuhan air lainnya. Tembaga yang terdapat dalam air
setelah pengolahan air dengan CuSO
4
. Adanya kandungan tembaga yang melebihi standar yang telah ditentukan dapat menyebabkan warna biru yang
melekat pada bak - bak porselin Chandra, 2005.
2.6.3. Syarat Biologi Air Kolam renang
2.6.3.1. Total Coliform
Bakteri total
coliform merupakan
anggota dari
keluarga Enterobacteraceae
. Total coliform terdiri dari dua yaitu yang berasal dari fecal seperti Escherichia coli dan non fekal seperti Enterobacter, Klebsiella,
Citrobacter, Serratia, Lecrercia, Yersinia, dll Edzwald, 2011. Habitat
bakteri total coliform antara lain saluran pencernaan manusia dan hewan
39
berdarah panas, tanah, tanaman dan air Nollet, 2007. Keberadaan total coliform
pada air kolam renang menandakan adanya kontaminasi feses dan higiene perenang yang buruk contohnya: kontaminasi yang dibawa dari luar
dan menempel di alas kaki, debu dan daun yang berasal dari luar kolam renang. Total coliform juga dijadikan indikator keberadaan bakteri patogenik
lain karena total coliform sensitif terhadap desinfeksi dan harus 0 pada 100 ml sampel air kolam renang. Keberadaan total coliform juga menandakan
bahwa pengolahan air kolam renang telah gagal Wyner, 2007. Meskipun penggunaan indikator total coliform mempunyai banyak
keuntungan, ada beberapa batasan yaitu: total coliform bakteri dengan cepat menggandakan diri sehingga memungkinkan terjadinya salah perkiraan
tentang kapan polusi air sebenarnya terjadi, total coliform akan negatif jika pseudomonas
hadir, karena total coliform mudah dihancurkan dan di non- aktifkan oleh klorin, tes tidak akan cocok untuk mengetahui bakteri yang
resisten terhadap klorin. Untuk mengurangi keterbatasan ini, dianjurkan untuk menambahkan tes indikator lain agar penilaian kualitas mikrobiologi dalam
air kolam renang lebih akurat Capello, 2011.
2.6.3.2. Escherichia coli
Escherichia coli E. Coli merupakan fecal coliform yang hidup di
saluran pencernaan manusia dan hewan berdarah panas. Beberapa strain E.Coli
contohnya: E. Coli O15:H7 memproduksi toksin yang bisa menimbulkan diare atau bahkan kematian pada manusia, terutama pada lansia
dan anak-anak Nollet, 2007. E.Coli lebih reliabel digunakan sebagai
40
indikator pencemaran feses dan keberadaan patogen pada air. Penelitian menunjukkan secara statistik adanya hubungan antara E.Coli dan enterococci
pada air dengan penyakit yang berhubungan dengan renang. Jumlah E.Coli pada air kolam renang harus 0 per 1 ml. Keberadaan E.Coli di air kolam
renang menunjukkan fecal material telah masuk ke dalam kolam renang dan pengolahan air kolam renang telah gagal menghilangkan kontaminasi feses
tersebut Capello, 2011; Nollet, 2007.
2.7. Pengolahan Air Kolam Renang 2.7.1.
Resirkulasi Air Kolam Renang
Resirkulasi air adalah proses memompa air dari kolam renang melalui sistem penyaringan dan kembali lagi ke kolam renang. Tujuan resirkulasi air
kolam renang adalah untuk menjamin air yang telah disaring dan didesinfeksi menjangkau ke seluruh bagian kolam renang dan polutan air hilang secara
efisien. Resirkulasi air tergantung pada kedalaman, volume dan tipe kolam renang. Efektivitas sirkulasi air kolam renang bergantung pada desain kolam,
inlet dan outlet, pompa sirkulasi, pengeluaran air permukaan kolam, flow rate laju aliran, turnover air, perpipaan, tekanan. Sistem sirkulasi harus berjalan
24 jam per hari untuk menjamin penyaringan dan desinfeksi air kolam renang Nightingale, 2008; Department of Health Alberta, 2014.
2.7.2. Penambahan Bahan Kimia
Penambahan bahan kimia dianjurkan dalam pengelolaan kualitas air kolam renang. Bahan kimia disesuaikan tergantung masalah yang dihadapi.
Agen oksidasi juga bisa ditambahkan untuk membunuh beberapa
41
mikroorganisme. Reducing agent juga dapat ditambahkan untuk menetralisir agen oksidasi untuk mencegah bahaya ke manusia Zwiener dkk., 2007.
2.7.3. Desinfeksi
2.7.3.1. Pengertian Desinfeksi
Desinfeksi air
merupakan proses
pengolahan air
dimana mikroorganisme patogen menjadi inaktif oleh bahan kimia contoh : klorin
atau fisika contoh : radiasi UV sehingga risiko infeksi tidak signifikan WHO, 2006.
2.7.3.2. Jenis-Jenis Desinfektan 2.7.3.2.1.
Klorin
Klorinasi merupakan proses pemberian klorin ke dalam air yang telah melalui proses filtrasi. Klorin banyak digunakan sebagai desinfektan karena
biayanya lebih murah, mudah dan efektif. Kegunaan klorin yaitu memiliki sifat bakterial dan germisidal, dapat mengoksidasi zat besi, mangan, dan
hidrogen sulfida, dapat menghilangkan bau dan rasa tidak enak pada air, dapat mengontrol perkembangan alga dan organisme pembentuk lumut yang
dapat mengubah bau dan rasa pada air, serta dapat membantu proses koagulasi. Klorin menginaktifkan bakteri dengan melepaskan toksin asam
hypochlorous. Senyawa klor yang umum digunakan dalam proses klorinasi
antara lain gas klorin, klorin cair sodium hipochlorite, klorin glanural calcium dan litium hipochlorite, klorin tablet calcium hipochlorite, klor
dioksida, bromine klorida, dihidroisosianurate, dan chloramine Hasan, 2006; Said,2007 ; Nightingale, 2008; Chemical With Vernier, 2014.
42
Klorin di dalam air akan berubah menjadi asam klorida. Zat ini kemudian akan dinetralisir oleh sifat basa dari air sehingga akan terurai
menjadi ion hidrogen dan ion hipoklorit. Berikut merupakan reaksinya, H
2
O + Cl
2
HCl + HOCl
-
HOCl H
+
+ OCl
-
Klorin sebagai desinfektan terutama bekerja sebagai asam hipoklorit HOCl dan sebagian kecil dalam bentuk ion hipoklorit OCl
-
. Klorin dapat bekerja dengan efektif sebagai desinfektan jika berada dalam air dengan pH
sekitar 7. Jika nilai pH air lebih dari 8,5 maka 90 dari asam hipoklorit itu akan mengalami ionisasi menjadi ion hipoklorit. Dengan demikian, khasiat
desinfektan yang dimiliki klorin menjadi lemah atau berkurang Eichelsdorfer dkk., 1975; Zwiener dkk., 2007.
- Prinsip- prinsip pemberian klorin: a. Air harus jernih dan tidak keruh karena kekeruhan pada air
akan menghambat proses klorinasi b. Kebutuhan klorin harus diperhitungkan secara cermat agar
dapat dengan efektif mengoksidasi bahan-bahan organik dan dapat membunuh kuman patogen dan meninggalkan sisa
klorin bebas dalam air kebutuhan klorin di air minimal sebesar 0,2 mgL dan maksimal sebesar 0,5 mgL di dalam air. Nilai
tersebut merupakan margin of safety pada air untuk membunuh kuman patogen yang mengontaminasi air kolam
renang
43
c. Dosis klorin yang tepat adalah jumlah klorin dalam air yang dapat dipakai untuk membunuh kuman patogen serta untuk
mengoksidasi bahan organik dan untuk meninggalkan sisa klorin bebas sebesar 0,2 mgL Chandra, 2005.
Klorin bereaksi dengan kontaminan di dalam air kolam renang dan membentuk desinfection by product DBPs. DBPs ini terdiri dari
monochloramine, dochloramine, nitrogen trichloride, trihalomethanes THM, trichloromethane, tribromomethane, dibromochloromethane dan
dichlorobromomethane . Trihalomethane dan nitrogen trichloride berisiko
terhadap kesehatan. Urin menyebabkan pembentukan amonia, lalu klorin bereaksi dengan amonia dan membentuk chloramine. Tipe chloramine
tergantung pada pH air kolam renang. Bau klorin yang menyengat menandakan adanya dichloramine. Ventilasi yang cukup, dilusi, kontrol pH,
dan kadar klorin yang cukup dapat menimalkan pembentukan chloramine, Zarzoso dkk., 2010;
Department Of Health And Human Services U.S, 2010. Penelitian menunjukkan kolam renang luar ruangan yang tidak
menggunakan Isocyanuric acid telah kehilangan 90 sisa klor dalam waktu tiga jam pada cuaca cerah. Kolam renang yang mengandung 25-50 mgL
Isocyanuric acid dengan kondisi yang sama hanya kehilangan 15 sisa klor
Department of Health New South Wales, 1996. Beberapa hal dapat mengurangi kadar klorin di kolam renang.
Contohnya ialah sinar matahari, debu, kotoran, kulit, dan kontaminan dari tubuh perenang. Hal itu yang menjadikan alasan bahwa sisa klor yang
44
dihasilkan klorin harus dipantau dengan rutin. Sisa klor membutuhkan waktu kerja untuk membunuh kuman. Kinerja klorin dipengaruhi oleh pH dan waktu
kontak klor Nemery dkk., 2002; Bernard dkk., 2003. Menurut WHO 2006, kadar klorin yang tepat dapat dihitung dengan
rumus berikut:
D = Jumlah air yang akan didesinfeksi dalam ml air ppm = jumlah mg per liter sisa klor yang diinginkan
X = proses aktif klor dari zat desinfeksi yang dipakai untuk desinfeksi air kolam 60
2.7.3.2.1.1. Teknik Pembubuhan Zat Klor Pada Air Kolam Renang
Air kolam renang terlihat jernih setelah melalui proses penyaringan, namun masih pula harus dicurigai adanya bakter
– bakteri di dalam air, dengan melakukan desinfeksi dimaksudkan agar air bebas dari kuman
– kuman patogen.
Cara pemberian zat klor dalam air kolam renang dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu:
1. Chlorinator, yaitu suatu alat pembubuh khusus zat chlor dalam bentuk gas Cl
2
2. Pot Feeding, yaitu suatu alat berbentuk pot silindris yang digunakan khusus untuk pembubuh zat klor dalam bentuk zat cairan larutan zat klor
45
3. Batch Feeding, yaitu cara pembubuhan zat klor dalam bentuk bubuk yang dimasukkan dalam kantong goni atau kantong plastik yang berlubang
– lubang Reksosoebroto, 1990.
2.7.3.2.1.2. Break Even Point Chlorination
Setiap air mempunyai kandungan bahan – bahan yang dapat bereaksi
dengan klor, jumlah kandungannya tergantung kekeruhan air, jenis dan jumlah zat organik dan anorganik, dll. Bahan
– bahan tersebut akan mengikat asam hypoklorit dan ion hypoklorit sehingga kedua jenis sisa klor bebas
tersebut akan menjadi berkurang. Sisa klor bebas akan terdapat apabila jumlahnya lebih banyak daripada kebutuhan untuk bahan
– bahan yang dapat bereaksi dengan klor tadi, makin banyak bahan tersebut, makin banyak pula
kebutuhan akan zat klor. Kebutuhan klor yang ditunjukkan untuk mengikat bahan
– bahan tersebut disebut chlorine demand, dan kemampuan bahan – bahan tersebut untuk mengikat klor disebut Daya Pengikat Chlor DPC. Jika
air tersebut mengandung amoniak yang menghasilkan sisa klor terikat combined available chlorine residual maka harus dipecah dengan
pemberian klor yang berlebihan. Dengan memperhatikan rasio molar konsentrasi satu banding satu, akan terbentuk monochloramine dan
dichloramine yang masing
– masing tergantung pada pH dan faktor – faktor lain. Pada gambar tersebut dibawah ini menunjukkan bahwa chloramine
residual pada umumnya akan mencapai titik maksimum pada konsentrasi
molar yang sama antara klorin dan amoniak. Peningkatan rasio Cl : NH
3
, lebih lanjut akan menyebabkan adanya oksidasi amoniak reduksi klorin.
Reaksi reduksi – oksidasi ini pada dasarnya akan sempurna apabila 2 molar
46
chloramine ditambahkan pada setiap mol amoniak dengan waktu kontak yang cukup. Chloramine residual kemudian menurun sampai nilai minimum yang
disebut Break Even Point, hal ini terjadi apabila molar Cl : NH
3
= 2 : 1. Dan pada titik ini reaksi reduksi
– oksidasi pada dasarnya telah berjalan sempurna Indiana State Department Of Health, 2014.
2.7.3.2.2. Ozon
Ozon memiliki kemampuan yang besar untuk mengoksidasi asam organik dalam skala yang luas dan mampu memecah dinding sel
mikroorganisme, sehingga penggunaan ozon sangat efektif untuk membunuh mikroorganisme dalam air. Keuntungan di dalam menggunakan ozon antara
lain sebagai desinfektan berspektrum luas, menghilangkan bau, warna, rasa; menambah kandungan oksigen dalam air, proses desinfeksi cepat; dalam
konsentrasi rendah masih berfungsi; tidak membentuk senyawa beracun dalam air; tidak menimbulkan masalah yang berhubungan dengan
pengangkutan bahan bakunya. Kerugian penggunaan ozon antara lain membutuhkan biaya yang besar, terutama dengan penyediaan alatnya; harus
memiliki pembangkit ozon dengan sumber energi listrik yang besar; perawatan dan operasional cukup rumit, sisa ozon tidak dapat dipertahankan
pada air untuk waktu lama, dan lebih mahal dibandingkan dengan klorin Black dkk., 2010 ; Said, 2007; WHO,2006.
2.7.3.2.3. Sinar UV
Peningkatan kesadaran akan risiko infeksi Cryptosorodium bakteri yang rentan dengan klorin membuat sinar UV banyak digunakan sebagai
47
desinfektan. Desinfeksi menggunakan sinar UV dapat efektif pada gelombang antara 200
– 300 nm WHO,2006. UV dapat membunuh bakteri, virus, jamur dan spora yang dapat mengurangi risiko transmisi infeksi saluran pernafasan,
kulit dan perut. Melalui reaksi fotooksidasi dan fotokimia, UV dapat memecah zat iritan DBPs seperti chloramine yang dapat mengurangi
penggunaan klorin. Instalasi sinar UV harus menggunakan lampu bertekanan rendah yang efektif untuk desinfeksi air, namun tidak efektif untuk memecah
DBPs Nemery dkk., 2002.
2.7.3.2.4. Algicides
Algisida merupakan bahan kimia yang digunakan untuk membunuh, mengontrol dan mencegah pertumbuhan alga, terutama pada kolam renang di
luar ruangan. Alga merupakan tanaman bersel satu yang tumbuh di perairan dan kolam renang. Kadar pH dan sisa klor yang rendah, sinar matahari, air
hangat, kandungan mineral seperti fosfat, nitrogen, dan potassium pada air kolam renang meningkatkan pertumbuhan alga. Keberadaaan alga pada air
kolam renang bisa menyebabkan kekeruhan, warna air menjadi hijau, dinding, dan lantai kolam licin. Fosfat dapat dihilangkan dengan
pengoptimalan flokulasi dan filtrasi selama pengolahan air. Pertumbuhan alga dapat dikontrol dengan flokulasifiltrasi air yang efektif, desinfeksi, dan
desain hidraulik yang baik Nightingale, 2008 ; WHO, 2006.
48
2.8. Penambahan Air Kolam Renang
Air kolam renang akan menjadi tidak segar jika tidak ditambahkan air segar secara teratur. Air segar tersebut merupakan air golongan B yang
memenuhi persyaratan PP No.20 tahun 1990. Air yang harus ditambahkan ke dalam kolam renang tergantung dari
jumlah perenang di dalam kolam. Untuk setiap perenang per hari, perlu menambahkan 20 liter air segar ke dalam kolam renang. Air yang dibuang ke
saluran pembuangan jumlahnya sama dengan air segar yang ditambahkan ke dalam kolam renang. Air kolam renang juga hilang melalui banyaknya
aktivitas perenang dan melalui penguapan. Penambahan air segar juga penting untuk menjamin efek desinfeksi air berjalan maksimum Mckeown,
2009.
2.9. Pembuangan Air Kolam Renang
Air kolam renang secara teratur dibuang ke lingkungan saat penambahan air dan pengeringan kolam. Pengeringan kolam dilakukan setiap
tiga tahun sekali. Air kolam renang yang langsung di buang ke lingkungan sangat berbahaya bagi kehidupan biota air. Sebelum membuang air ke
lingkungan, air kolam renang harus didiamkan setidaknya 2 hari setelah penambahan klorin atau bromin hingga kadarnya dibawah 0,1 mgL, pH air
yang dibuang harus antara 6,5 – 8,5. Algisida seperti tembaga dan perak tidak
boleh digunakan agar tidak mengganggu kehidupan alga di badan air. Total Suspended Solid
harus dibawah 60 mgL Edzwald, 2011.
49
2.10. Kerangka Teori