Kolam Renang Penambahan Air Kolam Renang Pembuangan Air Kolam Renang

33

2.5. Kolam Renang

Kolam renang adalah suatu konstruksi buatan yang dirancang untuk diisi dengan air dan digunakan untuk berenang, menyelam atau aktivitas air lainnya. Kolam renang umum adalah suatu sarana yang menyediakan fasilitas untuk berenang, bereaksi, berolahraga serta pelayanan jasa lainnya, menggunakan air bersih yang dikelola secara komersial. Selain merupakan sarana olahraga yang menyehatkan juga sebagai tempat kontak sosial dan sarana rekreasi olahraga yang menyehatkan pada semua kelompok umur. Kolam renang wajib memiliki standar kolam renang agar pengguna kolam renang dan seluruh fasilitasnya aman dan terjaga Nemery dkk., 2002; Itah dkk., 2004; American Standard Institute, 2011; Alberta Department Of Health, 2014.

2.6. Persyaratan Kualitas Air Kolam Renang

Kualitas air adalah sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat, energi atau komponen lain dalam air yang mencakup kualitas fisik, kimia dan biologis Effendi, 2003. Air yang digunakan untuk berenang harus memenuhi persyaratan Peraturan Menteri Kesehatan RI No: 416MENKESPERIX1990 agar tidak menggangu dan membahayakan kesehatan manusia. 34 Tabel 2.1 Peraturan Menteri Kesehatan RI No:416MENKESPERIX1990 Tanggal: 3 September 1990 Daftar Persyaratan Air Kolam Renang

2.6.1. Syarat Fisik Air Kolam Renang

2.6.1.1. Bau

Air yang baik memiliki ciri tidak berbau bila dicium dari jauh maupun dari dekat. Air yang berbau busuk mengandung bahan organik yang sedang mengalami penguraian oleh mikroorganisme air oleh desinfektan. Kolam renang harus bebas dari bau yang mengganggu, jernih dan tidak ada benda asing yang terapung Bernard dkk., 2003 No. PARAMETER Satuan Kadar yang diperbolehkan Keterangan Minimum Maksimum 1 2 3 4 5 6 A. 1. 2. 3. FISIKA Bau Benda terapung Kejernihan - - - - - - - - - Bebas dari bau yang menggangu. Bebas dari benda terapung. Piringan sechi yang diletakkan pada dasar kolam yang terdalam dapat dilihat dari tepi kolam pada jarak lurus 9 meter B. 1. 2. 3. 4. 5. 6 KIMIA Alumunium Kesadahan CaCO3 Oksigen terabsorbsi O2 pH Sisa Chlor Tembaga mgL mgL mgL - mgL mgL - 50 - 6,5 0,2 - 0,2 500 1,0 8,5 0,5 1,5 C. 1. 2. MIKROBIOLOGI Koliform total Jumlah kuman Jumlah per 100 ml Jumlah per 100 ml - - 200 35

2.6.1.2. Kejernihan

Air kolam renang harus jernih atau tidak keruh. Air yang keruh disebabkan oleh adanya butiran-butiran koloid dari bahan tanah liat. Semakin banyak kandungan tanah liat maka air semakin keruh. Air kolam renang dikatakan jernih apabila piringan berlatarbelakang putih diletakkan pada kolam yang terdapat dapat terlihat jelas dari tepi kolam pada jarak pandang 7 meter. Kejernihan sangat penting untuk menjaga keselamatan pengguna kolam renang. Kolam renang yang keruh akan menyulitkan orang untuk melihat jika ada perenang yang tenggelam di dasar kolam Perkins, 2000.

2.6.1.3. Benda Terapung

Air kolam renang harus bebas dari benda terapung yang tidak diinginkan. Contoh benda terapung adalah daun-daun, kertas, plastik. Keberadaan benda terapung di kolam renang akan mengurangi estetika Department Of Health Environmental Unit Melbourne, 2008.

2.6.2. Syarat Kimia Air Kolam Renang

2.6.2.1. Alumunium

Unsur ini biasanya terkandung pada senyawa-senyawa yang digunakan sebagai bahan koagulan dalam proses pengolahan air kolam, misalnya tawas Al 2 SO 4 3 . Jika pembubuhan tawas dalam proses koagulasi terlalu banyak atau proses pengolahan air tidak sempurna, maka kandungan alumunium di dalam air kolam renang akan melebihi standar yang telah ditentukan Chandra, 2005. 36

2.6.2.2. Kesadahan

Kesadahan air dapat terjadi karena air mengandung senyawa kalsium dan magnesium dengan bikarbonat; senyawa kalsium dan magnesium dengan sulfat, nitrat, dan klorida; serta garam - garam besi, zink, dan silika. Kesadahan air kolam renang yang rendah akan meningkatkan korosi, sedangkan jika kesadahan terlalu tinggi akan membuat air kolam renang keruh dan timbul kerak. Jika kesadahan terlalu rendah bisa ditambahkan calcium chloride untuk menaikkan kesadahan dan untuk menurunkan kesadahan bisa melakukkan dilusi McKeown, 2009.

2.6.2.3. Oksigen Terabsorbsi

Batas maksimum yang diperbolehkan dalam air kolam renang adalah 1,0 mgL dalam waktu 4 jam pada suhu 27ºC. Oksigen terabsorbsi menunjukkan besarnya oksigen yang digunakan sebagai proses biologi kehidupan mikroba air. Jika oksigen terabsorbsi melebihi batas yang telah ditentukan, menandakan air telah tercemar dan memungkinkan adanya kehidupan mikroorganisme yang tinggi, karena mikroorganisme memerlukan oksigen untuk melangsungkan hidupnya di dalam air Edzwald, 2011.

2.6.2.4. Sisa Klor

Sisa klor adalah kadar klor yang tersisa setelah proses desinfeksi Siswanto, 2002. Tujuan klorinasi pada air adalah untuk mempertahankan sisa klorin bebas sebesar 0,2 mgL di dalam air. Nilai tersebut merupakan margin of safety nilai batas keamanan pada air untuk membunuh patogen yang mengontaminasi air kolam Chandra, 2005. Sisa klor sangat 37 dipengaruhi oleh pH, waktu kontak klor EPA, 1990; Chanlett dan Gotaas, 1942; Gordon, 1976; Zarzoso dkk., 2010.

2.6.2.5. Waktu Kontak Klor

Waktu kontak klor atau waktu klorinasi merupakan suatu hal yang sangat menentukan dalam proses reaksi, adsorpsi dan desinfeksi. Waktu kontak 10 – 15 menit memungkinkan proses difusi air dengan sisa klor dan pH dalam penempelan molekul adsorbat berlangsung lebih baik, memungkinkan reaksi kimia dan klor akan sangat reaktif jika kontak dengan manusia, penelitian dilakukan pada mata kelinci, dengan asumsi mata kelinci merupakan mata yang mempunyai ukuran dan sifat yang hampir mirip dengan manusia. Konsentrasi zat - zat organik akan turun setelah desinfeksi apabila waktu kontaknya cukup dan waktu kontak berkisar 15 menit, diperkirakan akan lebih berisiko jika lebih dari 15 menit. Semakin sering frekuensi kontak serta semakin lama durasi waktu setiap kali kontak dengan potensi bahaya penyakit menyebabkan peluang terjadinya gangguan kesehatan iritasi mata semakin besar Rylander, Victorin dan Sorensen, 1973; Reynolds, 1982.

2.6.2.6. pH

pH merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan intensitas keadaan asam atau basa sesuatu larutan. pH merupakan salah satu indikator yang sangat penting karena pH dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba dalam air Chandra, 2005. Bila pH terlalu rendah, air akan menjadi korosif terhadap peralatan kolam renang dan permukaan benda. pH cairan mata 38 sekitar 7,4, jadi jika pH terlalu basa atau asam akan menyebabkan iritasi mata. Pentingnya menjaga pH yang benar karena pH air kolam renang sebagai faktor penting sebagai kontrol yang tepat dari klorinasi Gordon, 1976. Seiring dengan peningkatan pH, klorin bebas akan kehilangan aktivitas oksidatif. Pada pH 8,0 hanya 20 klorin bebas yang tersedia sebagai asam hypochlorous yang dapat membunuh kuman. Semakin tinggi pH maka efektivitas klorin menurun. Pada pH 7,5, 50 klorin bebas yang tersedia sebagai asam hypochlorous HOCl dan 50 dalam bentuk ion hypochlorite OCl yang dapat membunuh kuman, pH yang terlalu asam atau terlalu basa dapat membuat iritasi mata McKeown, 2009.

2.6.2.7. Tembaga

Tembaga umumnya digunakan untuk menghambat pertumbuhan alga atau lumut dan tumbuhan air lainnya. Tembaga yang terdapat dalam air setelah pengolahan air dengan CuSO 4 . Adanya kandungan tembaga yang melebihi standar yang telah ditentukan dapat menyebabkan warna biru yang melekat pada bak - bak porselin Chandra, 2005.

2.6.3. Syarat Biologi Air Kolam renang

2.6.3.1. Total Coliform

Bakteri total coliform merupakan anggota dari keluarga Enterobacteraceae . Total coliform terdiri dari dua yaitu yang berasal dari fecal seperti Escherichia coli dan non fekal seperti Enterobacter, Klebsiella, Citrobacter, Serratia, Lecrercia, Yersinia, dll Edzwald, 2011. Habitat bakteri total coliform antara lain saluran pencernaan manusia dan hewan 39 berdarah panas, tanah, tanaman dan air Nollet, 2007. Keberadaan total coliform pada air kolam renang menandakan adanya kontaminasi feses dan higiene perenang yang buruk contohnya: kontaminasi yang dibawa dari luar dan menempel di alas kaki, debu dan daun yang berasal dari luar kolam renang. Total coliform juga dijadikan indikator keberadaan bakteri patogenik lain karena total coliform sensitif terhadap desinfeksi dan harus 0 pada 100 ml sampel air kolam renang. Keberadaan total coliform juga menandakan bahwa pengolahan air kolam renang telah gagal Wyner, 2007. Meskipun penggunaan indikator total coliform mempunyai banyak keuntungan, ada beberapa batasan yaitu: total coliform bakteri dengan cepat menggandakan diri sehingga memungkinkan terjadinya salah perkiraan tentang kapan polusi air sebenarnya terjadi, total coliform akan negatif jika pseudomonas hadir, karena total coliform mudah dihancurkan dan di non- aktifkan oleh klorin, tes tidak akan cocok untuk mengetahui bakteri yang resisten terhadap klorin. Untuk mengurangi keterbatasan ini, dianjurkan untuk menambahkan tes indikator lain agar penilaian kualitas mikrobiologi dalam air kolam renang lebih akurat Capello, 2011.

2.6.3.2. Escherichia coli

Escherichia coli E. Coli merupakan fecal coliform yang hidup di saluran pencernaan manusia dan hewan berdarah panas. Beberapa strain E.Coli contohnya: E. Coli O15:H7 memproduksi toksin yang bisa menimbulkan diare atau bahkan kematian pada manusia, terutama pada lansia dan anak-anak Nollet, 2007. E.Coli lebih reliabel digunakan sebagai 40 indikator pencemaran feses dan keberadaan patogen pada air. Penelitian menunjukkan secara statistik adanya hubungan antara E.Coli dan enterococci pada air dengan penyakit yang berhubungan dengan renang. Jumlah E.Coli pada air kolam renang harus 0 per 1 ml. Keberadaan E.Coli di air kolam renang menunjukkan fecal material telah masuk ke dalam kolam renang dan pengolahan air kolam renang telah gagal menghilangkan kontaminasi feses tersebut Capello, 2011; Nollet, 2007. 2.7. Pengolahan Air Kolam Renang 2.7.1. Resirkulasi Air Kolam Renang Resirkulasi air adalah proses memompa air dari kolam renang melalui sistem penyaringan dan kembali lagi ke kolam renang. Tujuan resirkulasi air kolam renang adalah untuk menjamin air yang telah disaring dan didesinfeksi menjangkau ke seluruh bagian kolam renang dan polutan air hilang secara efisien. Resirkulasi air tergantung pada kedalaman, volume dan tipe kolam renang. Efektivitas sirkulasi air kolam renang bergantung pada desain kolam, inlet dan outlet, pompa sirkulasi, pengeluaran air permukaan kolam, flow rate laju aliran, turnover air, perpipaan, tekanan. Sistem sirkulasi harus berjalan 24 jam per hari untuk menjamin penyaringan dan desinfeksi air kolam renang Nightingale, 2008; Department of Health Alberta, 2014.

2.7.2. Penambahan Bahan Kimia

Penambahan bahan kimia dianjurkan dalam pengelolaan kualitas air kolam renang. Bahan kimia disesuaikan tergantung masalah yang dihadapi. Agen oksidasi juga bisa ditambahkan untuk membunuh beberapa 41 mikroorganisme. Reducing agent juga dapat ditambahkan untuk menetralisir agen oksidasi untuk mencegah bahaya ke manusia Zwiener dkk., 2007.

2.7.3. Desinfeksi

2.7.3.1. Pengertian Desinfeksi

Desinfeksi air merupakan proses pengolahan air dimana mikroorganisme patogen menjadi inaktif oleh bahan kimia contoh : klorin atau fisika contoh : radiasi UV sehingga risiko infeksi tidak signifikan WHO, 2006. 2.7.3.2. Jenis-Jenis Desinfektan 2.7.3.2.1. Klorin Klorinasi merupakan proses pemberian klorin ke dalam air yang telah melalui proses filtrasi. Klorin banyak digunakan sebagai desinfektan karena biayanya lebih murah, mudah dan efektif. Kegunaan klorin yaitu memiliki sifat bakterial dan germisidal, dapat mengoksidasi zat besi, mangan, dan hidrogen sulfida, dapat menghilangkan bau dan rasa tidak enak pada air, dapat mengontrol perkembangan alga dan organisme pembentuk lumut yang dapat mengubah bau dan rasa pada air, serta dapat membantu proses koagulasi. Klorin menginaktifkan bakteri dengan melepaskan toksin asam hypochlorous. Senyawa klor yang umum digunakan dalam proses klorinasi antara lain gas klorin, klorin cair sodium hipochlorite, klorin glanural calcium dan litium hipochlorite, klorin tablet calcium hipochlorite, klor dioksida, bromine klorida, dihidroisosianurate, dan chloramine Hasan, 2006; Said,2007 ; Nightingale, 2008; Chemical With Vernier, 2014. 42 Klorin di dalam air akan berubah menjadi asam klorida. Zat ini kemudian akan dinetralisir oleh sifat basa dari air sehingga akan terurai menjadi ion hidrogen dan ion hipoklorit. Berikut merupakan reaksinya, H 2 O + Cl 2  HCl + HOCl - HOCl  H + + OCl - Klorin sebagai desinfektan terutama bekerja sebagai asam hipoklorit HOCl dan sebagian kecil dalam bentuk ion hipoklorit OCl - . Klorin dapat bekerja dengan efektif sebagai desinfektan jika berada dalam air dengan pH sekitar 7. Jika nilai pH air lebih dari 8,5 maka 90 dari asam hipoklorit itu akan mengalami ionisasi menjadi ion hipoklorit. Dengan demikian, khasiat desinfektan yang dimiliki klorin menjadi lemah atau berkurang Eichelsdorfer dkk., 1975; Zwiener dkk., 2007. - Prinsip- prinsip pemberian klorin: a. Air harus jernih dan tidak keruh karena kekeruhan pada air akan menghambat proses klorinasi b. Kebutuhan klorin harus diperhitungkan secara cermat agar dapat dengan efektif mengoksidasi bahan-bahan organik dan dapat membunuh kuman patogen dan meninggalkan sisa klorin bebas dalam air kebutuhan klorin di air minimal sebesar 0,2 mgL dan maksimal sebesar 0,5 mgL di dalam air. Nilai tersebut merupakan margin of safety pada air untuk membunuh kuman patogen yang mengontaminasi air kolam renang 43 c. Dosis klorin yang tepat adalah jumlah klorin dalam air yang dapat dipakai untuk membunuh kuman patogen serta untuk mengoksidasi bahan organik dan untuk meninggalkan sisa klorin bebas sebesar 0,2 mgL Chandra, 2005. Klorin bereaksi dengan kontaminan di dalam air kolam renang dan membentuk desinfection by product DBPs. DBPs ini terdiri dari monochloramine, dochloramine, nitrogen trichloride, trihalomethanes THM, trichloromethane, tribromomethane, dibromochloromethane dan dichlorobromomethane . Trihalomethane dan nitrogen trichloride berisiko terhadap kesehatan. Urin menyebabkan pembentukan amonia, lalu klorin bereaksi dengan amonia dan membentuk chloramine. Tipe chloramine tergantung pada pH air kolam renang. Bau klorin yang menyengat menandakan adanya dichloramine. Ventilasi yang cukup, dilusi, kontrol pH, dan kadar klorin yang cukup dapat menimalkan pembentukan chloramine, Zarzoso dkk., 2010; Department Of Health And Human Services U.S, 2010. Penelitian menunjukkan kolam renang luar ruangan yang tidak menggunakan Isocyanuric acid telah kehilangan 90 sisa klor dalam waktu tiga jam pada cuaca cerah. Kolam renang yang mengandung 25-50 mgL Isocyanuric acid dengan kondisi yang sama hanya kehilangan 15 sisa klor Department of Health New South Wales, 1996. Beberapa hal dapat mengurangi kadar klorin di kolam renang. Contohnya ialah sinar matahari, debu, kotoran, kulit, dan kontaminan dari tubuh perenang. Hal itu yang menjadikan alasan bahwa sisa klor yang 44 dihasilkan klorin harus dipantau dengan rutin. Sisa klor membutuhkan waktu kerja untuk membunuh kuman. Kinerja klorin dipengaruhi oleh pH dan waktu kontak klor Nemery dkk., 2002; Bernard dkk., 2003. Menurut WHO 2006, kadar klorin yang tepat dapat dihitung dengan rumus berikut: D = Jumlah air yang akan didesinfeksi dalam ml air ppm = jumlah mg per liter sisa klor yang diinginkan X = proses aktif klor dari zat desinfeksi yang dipakai untuk desinfeksi air kolam 60

2.7.3.2.1.1. Teknik Pembubuhan Zat Klor Pada Air Kolam Renang

Air kolam renang terlihat jernih setelah melalui proses penyaringan, namun masih pula harus dicurigai adanya bakter – bakteri di dalam air, dengan melakukan desinfeksi dimaksudkan agar air bebas dari kuman – kuman patogen. Cara pemberian zat klor dalam air kolam renang dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu: 1. Chlorinator, yaitu suatu alat pembubuh khusus zat chlor dalam bentuk gas Cl 2 2. Pot Feeding, yaitu suatu alat berbentuk pot silindris yang digunakan khusus untuk pembubuh zat klor dalam bentuk zat cairan larutan zat klor 45 3. Batch Feeding, yaitu cara pembubuhan zat klor dalam bentuk bubuk yang dimasukkan dalam kantong goni atau kantong plastik yang berlubang – lubang Reksosoebroto, 1990.

2.7.3.2.1.2. Break Even Point Chlorination

Setiap air mempunyai kandungan bahan – bahan yang dapat bereaksi dengan klor, jumlah kandungannya tergantung kekeruhan air, jenis dan jumlah zat organik dan anorganik, dll. Bahan – bahan tersebut akan mengikat asam hypoklorit dan ion hypoklorit sehingga kedua jenis sisa klor bebas tersebut akan menjadi berkurang. Sisa klor bebas akan terdapat apabila jumlahnya lebih banyak daripada kebutuhan untuk bahan – bahan yang dapat bereaksi dengan klor tadi, makin banyak bahan tersebut, makin banyak pula kebutuhan akan zat klor. Kebutuhan klor yang ditunjukkan untuk mengikat bahan – bahan tersebut disebut chlorine demand, dan kemampuan bahan – bahan tersebut untuk mengikat klor disebut Daya Pengikat Chlor DPC. Jika air tersebut mengandung amoniak yang menghasilkan sisa klor terikat combined available chlorine residual maka harus dipecah dengan pemberian klor yang berlebihan. Dengan memperhatikan rasio molar konsentrasi satu banding satu, akan terbentuk monochloramine dan dichloramine yang masing – masing tergantung pada pH dan faktor – faktor lain. Pada gambar tersebut dibawah ini menunjukkan bahwa chloramine residual pada umumnya akan mencapai titik maksimum pada konsentrasi molar yang sama antara klorin dan amoniak. Peningkatan rasio Cl : NH 3 , lebih lanjut akan menyebabkan adanya oksidasi amoniak reduksi klorin. Reaksi reduksi – oksidasi ini pada dasarnya akan sempurna apabila 2 molar 46 chloramine ditambahkan pada setiap mol amoniak dengan waktu kontak yang cukup. Chloramine residual kemudian menurun sampai nilai minimum yang disebut Break Even Point, hal ini terjadi apabila molar Cl : NH 3 = 2 : 1. Dan pada titik ini reaksi reduksi – oksidasi pada dasarnya telah berjalan sempurna Indiana State Department Of Health, 2014.

2.7.3.2.2. Ozon

Ozon memiliki kemampuan yang besar untuk mengoksidasi asam organik dalam skala yang luas dan mampu memecah dinding sel mikroorganisme, sehingga penggunaan ozon sangat efektif untuk membunuh mikroorganisme dalam air. Keuntungan di dalam menggunakan ozon antara lain sebagai desinfektan berspektrum luas, menghilangkan bau, warna, rasa; menambah kandungan oksigen dalam air, proses desinfeksi cepat; dalam konsentrasi rendah masih berfungsi; tidak membentuk senyawa beracun dalam air; tidak menimbulkan masalah yang berhubungan dengan pengangkutan bahan bakunya. Kerugian penggunaan ozon antara lain membutuhkan biaya yang besar, terutama dengan penyediaan alatnya; harus memiliki pembangkit ozon dengan sumber energi listrik yang besar; perawatan dan operasional cukup rumit, sisa ozon tidak dapat dipertahankan pada air untuk waktu lama, dan lebih mahal dibandingkan dengan klorin Black dkk., 2010 ; Said, 2007; WHO,2006.

2.7.3.2.3. Sinar UV

Peningkatan kesadaran akan risiko infeksi Cryptosorodium bakteri yang rentan dengan klorin membuat sinar UV banyak digunakan sebagai 47 desinfektan. Desinfeksi menggunakan sinar UV dapat efektif pada gelombang antara 200 – 300 nm WHO,2006. UV dapat membunuh bakteri, virus, jamur dan spora yang dapat mengurangi risiko transmisi infeksi saluran pernafasan, kulit dan perut. Melalui reaksi fotooksidasi dan fotokimia, UV dapat memecah zat iritan DBPs seperti chloramine yang dapat mengurangi penggunaan klorin. Instalasi sinar UV harus menggunakan lampu bertekanan rendah yang efektif untuk desinfeksi air, namun tidak efektif untuk memecah DBPs Nemery dkk., 2002.

2.7.3.2.4. Algicides

Algisida merupakan bahan kimia yang digunakan untuk membunuh, mengontrol dan mencegah pertumbuhan alga, terutama pada kolam renang di luar ruangan. Alga merupakan tanaman bersel satu yang tumbuh di perairan dan kolam renang. Kadar pH dan sisa klor yang rendah, sinar matahari, air hangat, kandungan mineral seperti fosfat, nitrogen, dan potassium pada air kolam renang meningkatkan pertumbuhan alga. Keberadaaan alga pada air kolam renang bisa menyebabkan kekeruhan, warna air menjadi hijau, dinding, dan lantai kolam licin. Fosfat dapat dihilangkan dengan pengoptimalan flokulasi dan filtrasi selama pengolahan air. Pertumbuhan alga dapat dikontrol dengan flokulasifiltrasi air yang efektif, desinfeksi, dan desain hidraulik yang baik Nightingale, 2008 ; WHO, 2006. 48

2.8. Penambahan Air Kolam Renang

Air kolam renang akan menjadi tidak segar jika tidak ditambahkan air segar secara teratur. Air segar tersebut merupakan air golongan B yang memenuhi persyaratan PP No.20 tahun 1990. Air yang harus ditambahkan ke dalam kolam renang tergantung dari jumlah perenang di dalam kolam. Untuk setiap perenang per hari, perlu menambahkan 20 liter air segar ke dalam kolam renang. Air yang dibuang ke saluran pembuangan jumlahnya sama dengan air segar yang ditambahkan ke dalam kolam renang. Air kolam renang juga hilang melalui banyaknya aktivitas perenang dan melalui penguapan. Penambahan air segar juga penting untuk menjamin efek desinfeksi air berjalan maksimum Mckeown, 2009.

2.9. Pembuangan Air Kolam Renang

Air kolam renang secara teratur dibuang ke lingkungan saat penambahan air dan pengeringan kolam. Pengeringan kolam dilakukan setiap tiga tahun sekali. Air kolam renang yang langsung di buang ke lingkungan sangat berbahaya bagi kehidupan biota air. Sebelum membuang air ke lingkungan, air kolam renang harus didiamkan setidaknya 2 hari setelah penambahan klorin atau bromin hingga kadarnya dibawah 0,1 mgL, pH air yang dibuang harus antara 6,5 – 8,5. Algisida seperti tembaga dan perak tidak boleh digunakan agar tidak mengganggu kehidupan alga di badan air. Total Suspended Solid harus dibawah 60 mgL Edzwald, 2011. 49

2.10. Kerangka Teori