82
BAB VI PEMBAHASAN
6.1. Keterbatasan Penelitian
1. Penentuan pengguna kolam renang mengalami keluhan iritasi mata tidak melakukan pemeriksaan organ mata secara khusus kepada
masing – masing responden. Hanya berdasarkan laporan dari hasil
observasi antara lain, mata terasa panas, mata terasa perih, penglihatan kabur, memerah dan mata terasa gatal. Tidak menggunakan diagnosis
dokter karena tidak memungkinkan dari segi biaya untuk menelusuri hal tersebut
2. Penelitian ini tidak mengukur konsentrasi klor yang bergabung dengan senyawa lain sebagai akibat proses sanitasi air kolam renang
3. Kemungkinan terjadinya bias informasi, merupakan keterbatasan kemampuan responden untuk mengingat kembali secara lengkap apa
yang sudah dilakukan, karena menyangkut kemampuan setiap responden untuk mengingat kembali dengan pasti terutama untuk
variabel waktu kontak klor 4. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik
accidental sampling , dan ini merupakan salah satu keterbatasan
penelitian karena dalam pengambilan responden sebagai sampel, hanya yang kebetulan ditemui cocok sebagai sumber data dan sesuai
dengan kriteria.
83
6.2. Iritasi Mata Pada Kolam Renang Pemerintah Jakarta Selatan
Pada penelitian ini, pengguna kolam renang dikatakan mengalami keluhan iritasi mata dan tidak mengalami keluhan iritasi mata berdasarkan
hasil observasi peneliti. Iritasi mata ketika berenang pada perenang mata tidak permanen, hanya iritasi singkat. Hal ini dapat menyebabkan penglihatan
kabur, mata gatal, mata terasa panas, mata terasa perih, mata memerah. Iritasi mata adalah cedera renang yang sangat umum dan mudah teriritasi akibat
proses klorinasi dalam air. Meskipun tidak pernah benar-benar berlangsung terlalu lama bagi kebanyakan orang, hal ini dapat menjadi iritasi yang
mengganggu. Dari hasil penelitian didapatkan persentase pengguna kolam renang
Pemerintah Jakarta Selatan yang mengalami keluhan iritasi mata sebanyak 74 orang 66,08 yang mengalami keluhan iritasi mata, sedangkan yang
tidak mengalami keluhan iritasi mata yaitu sebanyak 38 orang 33,92 . Kolam renang Bulungan dan Ragunan Jakarta rutin dijadikan sebagai
tempat pengambilan nilai renang beberapa SD, SMP dan SMA disekitar, serta menjadi tempat aktivitas olahraga renang oleh Klub Renang di Jakarta.
Sehingga penting untuk diketahui kualitas air kolam renangnya. Uji Kualitas air penting untuk menjamin kesehatan pengguna kolam renang Rabi dkk.,
2008. Hal ini didukung oleh penelitian tentang keluhan penyakit akibat berenang pernah dilaporkan oleh Noor 2007 menunjukkan dari 387
pengunjung kolam renang Bulungan Jakarta sebanyak 41.6 mengalami iritasi mata setelah berenang di kolam renang dengan kadar sisa klor 0.1 mgL
84
dengan pH 6.8. Observasi yang dilakukan pada 30 air kolam renang di Jakarta pada tahun 2005 menunjukkan ada 11 air kolam renang berkualitas
baik, 4 kurang baik, 11 jelek dan 4 sangat jelek Darajat, 2005. Pemerintah Indonesia telah memberikan rekomendasi tentang
persyaratan kolam renang yang sehat dan bersih. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416MenkesPerIX1990 tentang kualitas air kolam renang
dan keluhan kesehatan pengguna yang pada lampirannya memuat syarat kualitas air kolam renang secara fisik, kimia dan mikrobiologi. Sanitasi dan
pengolahan air kolam renang serta pemeriksaan kualitas air perlu diperhatikan Cita dan Adriyani, 2009.
6.3. Kadar Sisa Klor dan Iritasi Mata Pada Kolam Renang Pemerintah Jakarta Selatan