Waktu Kontak Klor dan Iritasi Mata Pada Kolam Renang Pemerintah Jakarta Selatan

89 sebesar 5,468 kali terkena keluhan iritasi mata pada pengguna kolam renang Penelitian ini sejalan dengan Decker 1988; Permana dan Suryani, 2013; Cita dan Adriyani, 2009; Nasli 2013, bahwa ada hubungan antara kadar sisa klor dengan keluhan iritasi mata pada pengguna kolam renang. Hasil observasi di lapangan kadar sisa klor yang tinggi menandakan petugas kolam renang berlebihan dalam membubuhi kaporit ke dalam kolam renang. Petugas kolam renang mengaku hanya memprediksi dalam melakukan desinfeksi air kolam renang. Kadar klorin yang terlalu rendah atau terlalu tinggi dapat menyebabkan iritasi mata. Pajanan sisa klor dan pH yang kurang atau melebihi syarat di kolam renang dapat menyebabkan iritasi mata WHO, 2006. Untuk mencegah iritasi mata, kolam renang harus dipelihara dengan baik, dibersihkan, dan kolam renang pemantauan klor agar seimbang dan tidak kurang atau melebih batas aman. Kolam renang mengandung banyak bahan kimia dan kontaminan potensial. Klorin ditambahkan ke kolam air untuk mengendalikan bakteri, tetapi bahan kimia ini juga dapat mengiritasi mata Island Empire Swimming, 2014.

6.4. Waktu Kontak Klor dan Iritasi Mata Pada Kolam Renang Pemerintah Jakarta Selatan

Pemanfaatan air untuk berenang saat ini sudah marak digunakan karena berenang merupakan olahraga yang direkomendasikan sejak zaman romawi agar tubuh tetap sehat dan bugar Zarzoso dkk., 2010. Berenang di 90 kolam renang merupakan kegiatan olahraga atau rekreasi yang banyak digemari oleh masyarakat termasuk anak-anak dan remaja. Berdasarkan hasil pada tabel 5.6 didapatkan persentase waktu kontak klor pengguna kolam renang pemerintah Jakarta Selatan paling banyak pada waktu kontak klor 10 – 15 menit sebanyak 58 orang 51,78, sedangkan yang lebih dari 15 menit sebanyak 54 orang 48,22 . Waktu kontak klor sama dengan lama berenang pengguna kolam renang. Waktu kontak klor merupakan suatu hal yang sangat menentukan dalam proses reaksi, adsorpsi dan desinfeksi. Waktu kontak 10 – 15 menit memungkinkan proses difusi air dengan sisa klor dan pH dalam penempelan molekul adsorbat berlangsung lebih baik, memungkinkan reaksi kimia pada klor akan sangat reaktif jika kontak dengan manusia. Berdasarkan hasil variabel waktu kontak klor untuk kolam renang Bulungan dan kolam renang Ragunan dapat diasumsikan bahwa pengguna kolam renang pada kolam renang Ragunan dan pengguna kolam renang Bulungan memiliki motivasi yang tinggi untuk berenang lebih lama di dalam kolam renang. Karena manfaat yang bisa didapatkan dari olahraga renang antara lain mengurangi berat tubuh, baik untuk sistem kardiovaskuler, kekuatan otot, fleksibilitas dan postur tubuh Zwiener dkk., 2007. Kolam renang juga bukan tempat musiman, sehingga dapat dikunjungi kapan saja dan oleh semua kalangan Clement, 1997; Villanueva dan Ribera, 2012. Manfaat olahraga renang bagi kesehatan sudah tidak diragukan lagi, akan tetapi dapat menimbulkan risiko dan keluhan kesehatan jika sanitasi kolam renang diabaikan Pond, 2005. 91 Pemerintah Indonesia telah memberikan rekomendasi tentang persyaratan kolam renang yang sehat dan bersih. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416MenkesPerIX1990 tentang kualitas air kolam renang dan keluhan kesehatan pengguna yang pada lampirannya memuat syarat kualitas air kolam renang secara fisik, kimia dan mikrobiologi. Sanitasi dan pengolahan air kolam renang serta pemeriksaan kualitas air perlu diperhatikan Cita dan Adriyani, 2009. Pemeriksaan kualitas air kolam renang secara kimia termasuk salah satu upaya sanitasi yang dilakukan. Penambahan bahan kimia dianjurkan untuk pengawasan kualitas air kolam renang dengan batasan tertentu dan pengawasan yang baik Center Disease of Control, 2009. Salah satunya adalah pemberian senyawa kimia berupa senyawa klor berupa kaporit CaOCl 2 yang berfungsi untuk menjernihkan dan mendesinfeksi kuman. Namun, penggunaan kaporit juga harus diperhatikan dengan baik dan harus sesuai dengan batas aman yang ada. Penggunaan kaporit dalam konsentrasi yang kurang dapat menyebabkan desinfektan yang ada di kolam renang tidak bekerja secara optimal dan menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan. Sedangkan penggunaan kaporit dengan konsentrasi yang berlebih dapat meninggalkan sisa klor yang menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan. Kolam renang Bulungan dan Ragunan Jakarta Selatan merupakan kolam renang pemerintah DKI Jakarta Selatan yang selalu ramai pengunjung karena lokasi yang strategis dan harga yang terjangkau untuk masyarakat tingkat ekonomi rendah hingga tingkat ekonomi tinggi. Uji Kualitas air 92 penting untuk menjamin kesehatan pengguna kolam renang Rabi dkk., 2008. Berdasarkan hasil penelitian, pada tabel 5.10 menunjukkan hasil analisis hubungan antara waktu kontak klor terhadap keluhan iritasi mata pada pengguna kolam renang sebanyak 40 responden 59,7 dari 61 responden yang berenang di kolam renang dengan waktu kontak klor kisaran 10 – 15 menit mengalami keluhan iritasi mata ketika berenang. Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh nilai p = 0,183 p- value0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara waktu kontak klor terhadap keluhan iritasi mata pada pengguna kolam renang Pemerintah Jakarta Selatan tahun 2015. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR sebesar 1,693 95CI : 0,790 – 3,629 yang berarti bahwa kolam berenang dengan waktu kontak klor selama 10 – 15 menit dapat berisiko 1,693 kali terkena keluhan iritasi mata pada pengguna kolam renang Hasil penelitian pada variabel ini tidak sejalan dengan Setiyawati 2004, Rylander, Victorin dan Sorensen 1973 dan Reynolds 1982 yang menyatakan bahwa ada hubungan antara lama waktu kontak klor dengan keluhan iritasi mata pada pengguna kolam renang. Waktu klorinasi merupakan suatu hal yang sangat menentukan dalam proses reaksi, adsorpsi dan desinfeksi. Dalam waktu kontak 10 – 15 menit memungkinkan proses difusi air dengan sisa klor dan pH dalam penempelan molekul adsorbat berlangsung lebih baik, memungkinkan reaksi kimia dan 93 klor akan sangat reaktif jika kontak dengan manusia. Diperkirakan akan lebih berisiko jika lebih dari 15 menit. Namun, pada hasil analisis bivariat variabel waktu kontak klor dengan keluhan iritasi mata menyatakan tidak ada hubungan yang bermakna. Seharusnya jika semakin sering frekuensi kontak serta semakin lama durasi waktu setiap kali kontak dengan potensi bahaya penyakit menyebabkan peluang terjadinya gangguan kesehatan iritasi mata semakin besar Rylander, Victorin dan Sorensen, 1973; Reynolds, 1982. Asumsi peneliti karena setiap manusia memiliki kepekaan mata yang berbeda – beda. Menurut Sherwood 2001, mata adalah bola berisi cairan terbungkus 3 lapisan jaringan khusus, yaitu: a sklerakornea; b koroidbadan siliarisiris; c retina dan setiap manusia memiliki kemampuan visual yang berbeda. Manusia dapat kontak dengan klor dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Biasanya, bila berada di kolam renang akan kontak dalam jangka panjang dengan tingkat eksposur rendah. Pada tahun 2008, hampir 4.600 orang mengunjungi unit gawat darurat untuk cedera akibat bahan kimia kolam renang. Cedera yang paling umum diagnosis adalah keracunan, yang meliputi konsumsi bahan kimia kolam renang serta menghirup uap, asap, atau gas dan iritasi mata Hlavsa dkk., 2014, serta anak – anak dan remaja berisiko mendapatkan risiko kesehatan yang berhubungan dengan air kolam renang, karena anak – anak lebih lama berada di dalam air dibandingkan orang dewasa Pond, 2005. 94

6.5. Kadar pH dan Iritasi Mata Pada Kolam Renang Pemerintah Jakarta Selatan