94
6.5. Kadar pH dan Iritasi Mata Pada Kolam Renang Pemerintah Jakarta Selatan
Kualitas air adalah sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat, energi atau komponen lain dalam air yang mencakup kualitas fisik, kimia dan
biologis Effendi, 2003. Air yang digunakan untuk berenang harus memenuhi
persyaratan Peraturan
Menteri Kesehatan
RI No:
416MENKESPERIX1990 agar tidak menggangu dan membahayakan kesehatan manusia.
pH merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan intensitas keadaan asam atau basa sesuatu larutan. pH merupakan salah satu indikator
yang sangat penting karena pH dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba dalam air kolam renang Chandra, 2005. Berdasarkan PERMENKES RI
tersebut kadar pH yang diperbolehkan dalam kolam renang adalah 6,5 – 8,5.
Berdasarkan hasil pada tabel 5.7 didapatkan persentase parameter kadar pH pada sampel air kolam renang pemerintah sebagian besar tidak
memenuhi syarat yaitu pada hari Sabtu 30 Mei 2015 dan Minggu 31 Mei 2015 dengan kadar pH 6,4 mgL serta hari Kamis 04 Juni 2015 dan
Minggu 07 Juni 2015 dengan kadar pH 6,4. pH yang dihasilkan oleh air kolam renang berasal dari penggunaan
soda ash yang berfungsi sebagai penyeimbang klorin. Banyaknya
penggunaan soda ash bisa menyebabkan tingginya pH yang dihasilkan. Berdasarkan hasil diatas dan jika disesuaikan dengan PERMENKES RI
No.416MenkesPerIX1990, ditemukan bahwa kadar pH pada kolam renan
95
pemerintah Jakarta Selatan tidak memenuhi persyaratan, dan melebihi dari batas aman yang ditetapkan. WHO 2006 menganjurkan pH air kolam
renang diantara 7,2 – 7,8. Sebagai pembanding Australia dan United
Kingdom menganjurkan kadar pH air kolam renang 7,2 – 8,0 , Italia 6,5 – 8,5
dan Jerman 6,5- 8,3 Leoni, dkk. 1999. Kadar pH yang tidak memenuhi syarat menandakan petugas kolam
renang tidak sesuai ketentuan dalam membubuhi kaporit ke dalam kolam renang. Petugas kolam renang mengaku hanya memprediksi dalam
melakukan desinfeksi air kolam renang. Dan hanya menuang soda ash untuk menjaga kualitas air di kolam renang, jika dirasa air kolam renang mulai
terlihat keruh. Penjaga kolam renang mengaku tidak pernah diberikan pelatihan mengenai cara desinfeksi air kolam renang yang tepat.
Pentingnya menjaga pH yang benar karena pH air kolam renang sebagai faktor penting sebagai kontrol yang tepat dari klorinasi Gordon,
1976. Kekuatan desinfeksi klorin tergantung pada kekuatan pH, jika pH dibawah 7 dapat mempengaruhi pada kesehatan pengguna kolam renang,
karena tubuh perenang memiliki pH antara 7,2 dan 7,8 CDC, 2014. Bila pH terlalu rendah, air akan menjadi korosif terhadap peralatan
kolam renang dan permukaan benda. Seiring dengan peningkatan pH, klorin bebas akan kehilangan aktivitas oksidatif. Pada pH 8,0 hanya 20 klorin
bebas yang tersedia sebagai asam hypochlorous yang dapat membunuh kuman. Semakin tinggi pH maka efektivitas klorin menurun. Pada pH 7,5,
50 klorin bebas yang tersedia sebagai asam hypochlorous HOCl dan 50
96
dalam bentuk ion hypochlorite OCl yang dapat membunuh kuman. McKeown, 2009. Jika pH yang tepat dan menjaga sisa klor di kolam
renang, sangat jarang ditemui bahwa masalah – masalah akan pernah ditemui
di kolam renang Gordon, 1976.
Berdasarkan hasil penelitian, pada tabel 5.11 menunjukkan hasil analisis hubungan antara kadar pH terhadap keluhan iritasi mata pada
pengguna kolam renang, yang paling banyak mengalami keluhan iritasi mata pada saat kadar pH tidak memenuhi syarat yaitu 53 responden 81,5 dari
total 74 responden 66,1. Hasil uji chi square diperoleh nilai p = 0,000 p- value0,05
sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan bermakna antara kadar pH terhadap keluhan iritasi mata pada pengguna kolam renang
Pemerintah Jakarta Selatan tahun 2015. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR sebesar 5,468 95CI : 2,336
– 12,800 yang berarti bahwa kolam yang tidak memenuhi syarat memberikan efek sebesar 5,468 kali terkena keluhan
iritasi mata pada pengguna kolam renang Penelitian ini sejalan dengan Pratama 2012, McKeown 2009,
Gordon 1976, Garcia 2015 bahwa ada hubungan antara kadar pH dengan keluhan iritasi mata pada pengguna kolam renang. Hasil observasi di
lapangan, untuk kedua kolam renang, yaitu kolam renang Bulungan dan kolam renang Ragunan dalam penjagaan kualitas air, khususnya pemantauan
pH di kolam renang selama jam aktivitas berlangsung memang jarang sekali dipantau. Menurut WHO 2006, pengukuran pH dan sisa klor harus dalam
setiap 4 jam selama kolam renang dibuka, yang artinya pemantauan kualitas kimia air di kedua kolam renang ini tidak sesuai dengan ketentuan, harus 4
97
jam sekali, dan artinya untuk kedua kolam renang bulungan dan ragunan sudah tidak memenuhi ketentuan tersebut.
Seiring dengan peningkatan pH, klorin bebas akan kehilangan aktivitas oksidatif. Pada pH 8,0 hanya 20 klorin bebas yang tersedia sebagai
asam hypochlorous yang dapat membunuh kuman. Semakin tinggi pH maka efektivitas klorin menurun. Pada pH 7,5, 50 klorin bebas yang tersedia
sebagai asam hypochlorous HOCl dan 50 dalam bentuk ion hypochlorite OCl yang dapat membunuh kuman, pH yang terlalu asam dapat membuat
iritasi mata McKeown, 2009. Maka dari itu sebaiknya lebih menyadari lagi akan pentingnya
menjaga kadar pH pada kolam renang untuk kolam renang Bulungan dan Ragunan. Pentingnya menjaga pH yang benar di kolam renang, karena pH air
kolam renang sebagai faktor penting sebagai kontrol yang tepat dari klorinasi Chandra, 2005; Gordon, 1976. Kekuatan desinfeksi klorin tergantung pada
kekuatan pH, jika pH dibawah 7 dapat mempengaruhi pada mata pengguna kolam renang, karena tubuh perenang memiliki pH antara 7,2 dan 7,8, serta
dapat mengiritasi kulit dan mengkorosi pipa Mckeown, 2009; CDC, 2014. pH pada mata manusia adalah 7,2
– 7,4. Yang artinya jika pH pada kolam renang selalu terjaga pada level yang sama dengan mata kita, efek samping
seperti iritasi mata akan menjadi minim, dan kemampuan desinfeksi klorin pada level pH ini juga akan berfungsi secara optimal Garcia, 2015.
98
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN