Kebijakan Bank Indonesia berkaitan dengan less cash society

 Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 54DSN-MUIX2006 tentang Syariah Card. Ketentuan Akad yang digunakan dalam Syariah Card adalah Kafalah, Qardh dan Ijarah.  Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 57DSN-MUIV2007 tentang Letter of Credit LC dengan akad Kafalah bil „Ujroh.

2. Kebijakan Bank Indonesia berkaitan dengan less cash society

Belakangan ini masyarakat perkotaan di Indonesia mulai terbiasa untuk menggunakan alat pembayaran non tunai untuk berbagai keperluan pembayaran, antara lain kartu kredit, kartu debet, kartu ATM dan uang elektronik e-money. Penggunaan uang elektronik diyakini akan menjadi trend mekanisme pembayaran di masa mendatang, misalnya untuk membayar bahan bakar di pompa bensin, tiket tol, pembelian barang dan berbagai jasa-jasa lainnya. Semua proses aktivitas pembayaran melalui berbagai jenis alat pembayaran ini diproses oleh berbagai penyelenggara sistem pembayaran seperti bank dan non bank. Institusi inilah yang nantinya menyelenggarakan jasa mulai proses pengiriman dana, kliring hingga settlement. Pemakaian uang elektronik dalam mekanisme transaksi adalah bagian dari evolusi alat pembayaran dari uang tunai sampai ke bentuk-bentuk nontunai. Misalnya alat pembayaran dalam bentuk kertas paper based seperti cek, wesel, bilyet giro hingga ke elektronik seperti alat pembayaran dengan menggunakan kartu APMK seperti kartu ATM, Debit, dan Kredit serta uang elektronik e-money hingga ke wujud digital digital cash. 27 BI adalah lembaga yang mengatur dan menjaga kelancaran Sistem Pembayaran Nasional SPN. Sebagai otoritas moneter, bank sentral berhak menetapkan dan memberlakukan kebijakan SPN. Selain itu, BI juga memiliki kewenangan memeberikan persetujuan dan perizinan serta melakukan pengawasan oversight atas SPN. Menyadari kelancaran SPN yang bersifat penting secara sistem systemically important, bank sentral memandang perlu menyelenggarakan sistem settlement antar bank melalui infrastruktur BI-Real Time Gross Settlement BI- RTGS. 28 Selain itu masih ada tugas BI dalam SPN, misalnya, peran sebagai penyelenggara sistem kliring antarbank untuk jenis alat-alat pembayaran tertentu. Berbekal kewenangan itu, BI pun menetapkan sejumlah kebijakan dari komponen SPN ini. Misalnya, alat pembayaran apa yang boleh dipergunakan di Indonesia. BI juga menentukan standar alat-alat pembayaran tadi serta pihak-pihak yang dapat menerbitkan danatau memproses alat-alat pembayaran tersebut. BI juga berhak menetapkan lembaga-lembaga yang dapat menyelenggarakan sistem pembayaran. 27 Bank Indonesia, “Perkembangan Sistem Pembayaran di Indonesia”, Artikel diakses pada tanggal 17 Februari 2011 dari http:www.bi.go.idwebidSistem+PembayaranSistem+Pembayaran+di+IndonesiaPerkembangan 28 Bank Indonesia, “Tugas Bank Indonesia dalam Sistem Pembayaran”, Artikel diakses pada tanggal 17 Februari 2011 dari http:www.bi.go.idwebidSistem+PembayaranSistem+Pembayaran+di+IndonesiaPeran+Bank+Indo nesia Ambil contoh, sistem kliring atau transfer dana, baik suatu sistem utuh atau hanya bagian dari sistem saja. Bank sentral juga memiliki kewenangan menunjuk lembaga yang bisa menyelenggarakan sistem settlement. Pada akhirnya BI juga mesti menetapkan kebijakan terkait pengendalian resiko, efisiensi serta tata kelola governance SPN. 29 29 Bank Indonesia, “Tugas Bank Indonesia dalam Sistem Pembayaran”. 45

BAB III GAMBARAN SINGKAT BANK UMUM SYARIAH

Direktorat Perbankan Syariah-Bank Indonesia, sebagai lembaga yang bertugas menaungi seluruh Bank Syariah di Indonesia membuat Grand Strategy Pengembangan Pasar Perbankan Syariah yang dibaginya kedalam empat fase. Tabel 3.1.1. Phase Pengembangan Perbankan Syariah Phase 1 2002 –2004 Meletakkan fondasi pertumbuhan Phase 2 2005 –2009 Memperkuat struktur industri Phase 3 2010 –2012 Mememenuhi standar keuangan dan mutu pelayanan Internasional Phase 4 2013 –2015 Menuju integrasi dengan lembaga keuangan syariah lainnya Berdasarkan tabel phase di atas, Direktorat Perbankan Syariah kemudian membuat Sasaran Pengembangan yang harus dicapai oleh Perbankan Syariah selama melewati fase-fase tersebut, yaitu: 1  Terpenuhinya prinsip syariah dalam operasional perbankan syariah sharia compliance 1 Direktorat Perbankan Syariah dan MarkPlusCo, “Inovasi Produk Bank Syariah”, Jakarta: Bank Indonesia, 2008, h.10.