Peran dan Fungsi Hakim

33

E. Peran dan Fungsi Hakim

Peradilan Agama merupakan salah satu wahana penunjang keberhasilan pembangunan nasional dalam bidang hukum, sehingga peranan hakim Pengadilan Agama akan sangat menentukan efektif tidaknya wahana penunjang tersebut. 28 Pada hakikatnya, sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan tugas badan penegak hukum dan keadilan tersebut, baik atau buruknya tergantung dari manusia-manusia pelaksananya, in casu para hakim. 29 Wahyu Affandi S.H. dalam bukunya Hakim dan Penegakkan Hukum, menjelaskan bahwa penegak hukum tidak hanya harus mampu mengatur hukum, melainkan dituntut pula untuk mendisplinkan diri supaya mematuhi hukum, dan sulit untuk dibayangkan berhasilnya usaha untuk menegakkan hukum serta untuk menciptakan kepastian hukum dan menumbuhkan kesadaran hukum masyarakat apabila penegak hukum itu sendiri baik dalam tindakannya maupun tingkah lakunya sehari-hari selalu mengabaikan hukum. 30 Sebagaimana di ketahui di Indonesia merupakan negara berprinsip hukum yang menuntut adanya jaminan kesederajatan bagi setiap orang dihadapan hukum tanpa memandang dari mana suku, agama, ras ideologi dan warna kulitnya. Oleh karena itu, konstitusi telah menentukan bahwa setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum. 28 Kadi S, Pengadaan Hakim Pengadilan Agama, Pembimbing, No. 61 Tahun. XIV. 1986, h. 16. 29 Penjelasan Undang-Undang nomor 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kahakiman I, Umum, butir 6. In Casu, adalah bahasa latin yang berarti dalam perkara ini, dalam hal ini. 30 Wahyu Affandi, Hakim dan Penegakan Hukum. Bandung: Alumni, 1981, h. 7. 34 Ahkyar, S.H. mengemukakan pendapat dalam tulisannya yang berjudul Implementasi Kekuasaan Kehakiman Dalam Era Reformasi, bahwa selain adanya berbagai kebebasan, juga ditambah aturan tentang tingkah laku dan kegiatan para hakim, yaitu semacam code of conduct. Aturan tentang tingkah laku atau code conduct itu penting, sebab merupakan aturan yang mengatur tingkah laku para hakim supaya memungkinkan para hakim bersifat responsif terhadap harapan dari masyarakat dan melaksanakan secara konkrit pengaturan yang tela ditetapkan. 31 Hakim merupakan unsur utama di dalam pengadilan. Demikian yang dikatakan Drs. Cik Hasan Bisri, MS. Di satu pihak ia dituntut untuk mencerminkan sifat-sifat ke-kyai-an atau ke-ulama-an sebagai tokoh yang arif, yang diharapkan untuk menyelesaikan perkara keluarga yang sangat peka dan mengutamakan perdamaian. Namun di pihak lain ia dituntut untuk menerapkan teknologi pengambilan keputusan hukum, dalam upaya menempatkan pengadilan dalam lingkungan Peradilan Agama sebagai court of law. 32 Dalam hal ini hukum merupakan hasil konkritisasi manusia atas nilai-nilai agama dalam mengatur kehidupan manusia itu sendiri. 33 Istilah Peranan role 34 dipilih karena menyatakan bahwa setiap orang adalah pelaku di dalam masyarakat di 31 Ahyar, Implementasi Kekuasaan Kehakiman Dalam Era Reformasi: Himpunan Karya Tulis Bidang Hukum Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional Dept. Kehakiman RI, 1999, h. 295. 32 Cik Hasan Bisri, Peradilan Agama Di Indonesia. Cet. II Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,1998. h. 185. 33 T. M. Hasbi Ash Shiddiqi, Peradilan Hukum Acara Islam Bandung: PT Al-Maarif, 1964, h. 30. 34 Menurut Bambang Marhijanto, Kata peranan berarti juga sebagai bagian dari tugas yang harus dilaksanakan. Lihat Bambang Marhijanto, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Populer, Surabaya: CV. Bintang Timur, 1996, h. 476. 35 mana dia hidup. Dan maksud konsep peranan adalah untuk membuat garis batas antara masyarakat dan individu. Dalam batas peranan sosialnya, seorang mempunyai batas kebebasan tertentu. 35 Peradilan Agama didasarkan pada hukum Islam, sedangkan dalam perkembangannya, hukum Islam merupakan hukum yang berdiri sendiri dan telah lama dianut oleh pemeluk agama Islam di Indonesia. 36 Untuk mengembangkan Peradilan Agama, tentunya diperlukan penyempurnaan-penyempurnaan di berbagai aspek dan sarana, dan sarana kesempurnaan yang paling utama adalah para hakim. Dengan demikian, upaya penegakkan dan pembangunan Hukum Islam diharapkan dapat berhasil secara optimal. Dalam hukum Islam, para ulama sepakat bahwa seorang hakim boleh menangani kasus yang berkaitan baik itu menyangkut haqqul lillah hak-hak yang menyangkut urusan langsung dengan Allah maupun haqqul adami hak-hak yang menyangkut urusan dengan manusia. Mereka juga sepakat bahwa keputusan dari seorang hakim tidak dapat menghalalkan sesuatu yang haram dan sebaliknya, mengharamkan sesuatu yang halal. 37 Konsep mengenai keputusan hakim dalam Islam juga telah ditentukan dalam berbagai literatur baik dalam Al- Qur‟an maupun As-sunah. Islam menghendaki 35 Maurice Duverger, Sosiologi Politik, alih bahasa Daniel Dhakidae, Jakarta: CV Rajawali, 1981, h. 103. 36 Anwar Harjona dan Ramli Hutabarat, Prospek Peradilan Agama Sebagai Peradilan Keluarga dalam Sistem Politik Indonesia, dalam Amrullah Ahmad dkk, Dimensi Hukum Islam Dalam Hukum Nasional Jakarta: Gema Insani Press, 1996, h. 217. 37 Ibnu Rusyd Al Hafid, Bidayah al- Mujtahid wa Nihayah al-Muqtasid, Beirut: Dar al-Fikr, 1995, h. 378. 36 kemaslahatan bagi semua umat Islam. Sehingga keadilan yang diharapkan oleh seseorang akan diperolehnya dengan putusan hakim yang adil. Berbagai penjelesan tersebut diatas sesuai dengan hadis Nabi sebagai berikut : ْتَ َق َ َْع َ َا َيِضَر َ َ ََس ِأ ْ َعَ : َِسَ ِ ْيََع ها ََص ِ َ َا سَر َ َق : ْ َِإ َيَِإ َ ِصَتْ َت , ضْعَب ْ ِ ِ ِتَجحِب َ َحَْأ َ َي ْ َأ ْ َضْعَب َ َعََ , ْحَ ََع َ َيِضْقَأَف عَ ْسَأ َ ِ , ْيَش ِ يِخَأ َِّح ْ ِ َ تْعَطَق ْ َ َف ِْ , ِر َ َا َ ِ َعْطِق َ عَطْقَأ َ َِإَف س ر ا 38 Artinya: “Dari Ummu Salamah Radliyallaahu anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda: Sesungguhnya engkau sekalian selalu mengadukan persengketaan kepadaku. Bisa jadi sebagian darimu lebih pandai mengemukakan alasan daripada yang lainnya, lalu aku memutuskan untuknya seperti yang aku dengar darinya. Maka barangsiapa yang aku berikan kepadanya sesuatu yang menjadi hak saudaranya, sebenarnya aku telah mengambil sepotong api neraka untuknya. H. R Bukhori Muslim. Di samping itu, dari berbagai literatur fikih dapat disimpulkan bahwa tugas pokok seorang hakim adalah menetapkan hukum syara pada suatu perkara secara mengikat untuk menyelesaikan sengketa. Dalam sejarah peradilan Islam, tugas hakim dalam perkembangannya di samping tugas pokok tersebut, selain itu hakim juga akan mendapatkan tugas tambahan diluar dari tugas pokoknya. 39 Hakim Pengadilan Agama memberi bentuk terhadap hubungan-hubungan sosial dan menentukan prosedur yang harus ditempuh dalam mencapai tujuan-tujuan 38 Imam Abi al-Fadhil Ahmad bin Ali bin Hajar al-Asqalani, Bulughul Maram , Beirut: Dar al-Fikr, 1989, hlm. 290, hadis nomor 1418. Kitab al-Qadla. Hadis ini diriwayatkan oleh Bukhori Muslim dari Umi Salamah R.A. 39 Satria Efendi M. Zein, Ijtihad dan Hakim Pengadilan Agama. Mimbar Hukum: Aktualisasi Hukum Islam, No. 10 Tahun. IV 1993, h. 43. 37 yang diharapkan oleh masyarakat. Dengan demikian, peranan Hakim Pengadilan Agama dalam upaya penegakkan dan pembangunan Hukum Islam berarti suatu gambaran dan penjelasan umum mengenai masalah dasar dan posisi-relatif hakim Pengadilan Agama dalam lembaga sosial tersebut, termasuk kemampuannya di dalam menghadapi beban dan tuntutan yang muncul dari perubahan masyarakat. Hakim Pengadilan Agama merupakan bagian integral dari komponen penegak hukum, perubahan masyarakat merupakan realitas sosial yang berlaku di setiap kurun waktu dan tempat, serta penggunaan perangkat hukum formal mempunyai batas-batas penggunaan tertentu, maka muncul suatu anggapan bahwa pemunculan hakim Pengadilan Agama pada struktur masyarakat teratas dimungkinkan oleh kemampuan hakim Pengadilan Agama dalam menjawab hakikat permasalahan yang dihadapi oleh masyarakatnya, “legitimasi peranan”. 40 Pengadilan Agama sebagai salah satu wujud pilar penjaga hukum, haruslah benar-benar dapat melakukan fungsi dan tugasnya dengan maksimal dan sebaik- baiknya. Hal ini dapat terlaksana apabila aparat-aparat yang berada di dalamnya benar-benar berkualitas. Oleh karena itu, dapat dikatakan, bahwa peranan hakim Pengadilan Agama adalah memelihara keselarasan fungsional dari komponen- komponen hukum lainnya. 40 Satria Efendi M. Zein, Ijtihad dan Hakim Pengadilan Agama. Mimbar Hukum: Aktualisasi Hukum Islam, No. 10 Tahun. IV 1993, h. 43. 38 38

BAB III KONSEP EKONOMI SYARIAH

A. Pengertian Ekonomi Syariah

Ekonomi Islam atau ekonomi syariah merupakan ilmu yang mempelajari perilaku muslim yang beriman dalam suatu masyarakat Islam yang mengikuti Al- Qur‟an, Hadis Nabi Muhammad SAW, ijma, dan qiyas. Jika dilihat dari konsep sistem ekonomi syariah adalah apa yang disebut dalam jurisprudensi Islam sebagai bagian dari muamalah. 1 Istilah ekonomi syariah hanya dikenal di Indonesia, di negara lain dikenal dengan ekonomi Islam Islamic Economy atau al-iqtishad al-Islami dan sebagai ilmu disebut ekonomi Islam Islamic Economics’s „ilm aliqtishad al-Islami. 2 Secara teknis, dalam praktiknya di Indonesia tidak ada perbedaan istilah ekonomi Islam dan ekonomi syariah, namun dalam kajian akademis istilah tersebut berbeda. Karena syariah menurut bahasa adalah air, jalan, peraturan, hukum, dan undang-undang. Sedangkan menurut istilah Syariah yaitu merupakan ketentuan hukum Islam yang mengatur aktivitas umat manusia yang berisi perintah dan larangan, baik yang menyangkut hubungan interaksi vertikal dengan Tuhan maupun 1 Aries Mufti dan Muhammad Syakir Sula, Amanah Bagi Bangsa Konsep Sistem Ekonomi Syariah, Jakarta : PT. Econ Citra Lintas, Kerjasama Dengan Masyarakat Ekonomi Syariah Kerja Sama dengan MUI, BI, Departh, h. 28. 2 Rifyal Ka‟bah, Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah Sebagai Sebuah Kewengan Baru Peradilan Agama, Majalah Hukum Varia Peradilan, Tahun XXI No. 245, IKAHI, Jakarta, April 2006, h. 12.

Dokumen yang terkait

Peran Hakim Mediator Dalam Menyelesaikan Perkara Perdata Menurut Perma Nomor 1 Tahun 2008

0 69 114

Penyelesaian Sengketa Pada Perbankan Syariah Pasca Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Peradilan Agama

3 73 116

Pengangkatan Anak Bagi Warga Muslim Di Pengadilan Negeri Pasca Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006

0 8 103

Peran Hakim Mediasi Dalam Perkara Perceraian (Studi di Pengadilan Agama Jakarta Pusat Tahun 2012-2014)

1 51 0

PENYELESAIAN SENGKETA EKONOMI SYARIAH DI PENGADILAN AGAMA PURBALINGGA (STUDI PELAKSANAAN UNDANG – UNDANG NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PENGADILAN AGAMA OLEH PENGADILAN AGAMA PURBALINGGA)

0 24 125

LANDASAN KEPUTUSAN PENGADILAN AGAMA SEBELUM DAN SESUDAH UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1989 jo UNDANG UNDANG NOMOR 3 TAHUN 2006

0 4 65

DAMPAK PENERAPAN UNDANG-UNDANG NO. 3 TAHUN 2006 TENTANG UUPA TERHADAP KEWENANGAN PENYELESAIAN DAMPAK PENERAPAN UNDANG-UNDANG NO. 3 TAHUN 2006 TENTANG UUPA TERHADAP KEWENANGAN PENYELESAIAN SENGKETA PERBANKAN SYARIAH.

0 1 14

PENDAHULUAN DAMPAK PENERAPAN UNDANG-UNDANG NO. 3 TAHUN 2006 TENTANG UUPA TERHADAP KEWENANGAN PENYELESAIAN SENGKETA PERBANKAN SYARIAH.

0 2 16

PERANAN BADAN ARBITRASE NASIONAL (BASYARNAS) SETELAH KELUARNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 2006 DALAM MENYELESAIKAN SENGKETA EKONOMI SYARIAH.

0 0 8

KEWENANGAN PENGADILAN AGAMA DALAM MENYELESAIKAN SENGKETA EKONOMI SYARI’AH (BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 2006) - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR) LISTYO BUDI SANTOSO

0 0 160