Akad Ekonomi Syariah KONSEP EKONOMI SYARIAH

47 13. Adanya Profesionalisasi Pekerjaan 17 Konsep Musyarakah, Qardul Hasan, dan lain-lain adalah profesionalisasi pekerjaan yang diterapkan dalam ekonomi syariah. Dimana berbagai sarana yang terbaik digunakan untuk mendapatkan hasil yang besar dengan pembiayaan yang sekecil-kecilnya yang kesemuanya itu terkendali oleh iman.

C. Akad Ekonomi Syariah

Secara etimologi, akad berasal dari bahasa arab yaitu ادقَع دِقْعَي َدَقَع yang berarti perjanjian atau persetujuan. Kata ini juga bisa diartikan tali yang mengikat karena akan adanya ikatan antara orang yang berakad. Dalam kitab fiqih sunnah, kata akad diartikan dengan hubungan dan kesepakatan. Secara terminologi akad dapat ditinjau dari segi umum dan segi khusus. Dari segi umum, pengertian akad sama dengan pengertian akad dari segi bahasa yaitu segala sesuatu yang dikerjakan oleh seseorang berdasakan keinginananya sendiri. Sedangkan dari segi khusus yang dikemukakan oleh ulama fiqih yaitu perikatan yang ditetapkan dengan ijab-qabul berdasarkan ketentuan syara‟ yang berdampak pada objeknya. Dari pengertian diatas, maka akad yang penulis maksud adalah segala sesuatu yang pembentukannya membutuhkan keinginan dua orang seperti jual beli, perwakilan, dan gadai atau sesuatu yang menunjukan adanya serah terima yang disertai dengan kekuatan hukum. 17 Murasa Sarkani Putra, Pengantar Ekonomi Islam Bahan Pengajaran dan Pengajaran di IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta : 1999, h. 46. 48 Di dalam aplikasi kegiatan ekonomi syariah itu terdapat berbagai ketentuan akad sebagai berikut : a. Al Musyarakah kerjasama modal usaha Al Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dan masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. 18 Sehingga tidak merugikan salah satu pihak yang mengadakan kesepakatan. b. Al Mudharabah kerjasama mitra usaha dan investasi 19 Al Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dengan ketentuan pihak pertama shahibul maal menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola, dan keuntungan usaha dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak. c. Al Murabahah jual beli dengan pembayaran tangguh Al Murabahah adalah jual-beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati dengan ketentuan penjual harus memberitahu harga produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan margin sebagai tambahannya. 20 Hakekatnya adalah menjual barang dengan harga modal nya yang diketahui kedua belah transaktor penjual dan pembeli dengan keuntungan yang diketahui keduanya. 18 Muhammad Syafi‟i Antonio, Bank Syariah Dari Teoti ke Praktik, Jakarta : Tazkia Cendikia, 2001, h. 90. 19 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2002, h. 139. 20 Tim Penyusun, Ensiklopedi Hukum Islam Jilid 1, Jakarta : PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1999, h. 195. 49 d. Bai‟ As Salam pesanan barang dengan pembayaran di muka 21 Bai‟ as salam berarti pemesanan barang dengan persyaratan yang telah ditentukan dan diserahkan kemudian hari, sedangkan pembayaran dilakukan sebelum barang diterima. e. Bai‟ Al Istishna‟ jual beli berdasarkan pesanan Transaksi Bai‟ al Istishna merupakan kontrak penjualan antara pembeli dan pembuat barang melalui pesanan, pembuat barang berkewajiban memenuhi pesanan pembeli sesuai dengan spesifikasi yang telah disepakati. Pembayaran dapat dilakukan di muka, melalui cicilan, atau ditangguhkan sampai batas waktu yang telah ditentukan. f. Al Ijarah sewa leasing 22 Al Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa melalui pembayaran sewa tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan Ownership atas barang itu sendiri. Dalam perkembangannya kontrak Al Ijarah dapat pula dipadukan dengan kontrak jual-beli yang dikenal dengan istilah “sewa-beli” yang artinya akad sewa yang diakhiri dengan kepemilikan barang oleh si penyewa pada akhir periode penyewaan. Akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri. Dalam praktiknya kegiatan ini dilakukan oleh perusahaan leasing, baik untuk kegiatan operating lease maupun financial lease. 21 Gufron A. Mas‟adi, Fiqh Muamalah Kontekstual, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2002, h. 143. 22 Sutan Remy Sjah Deini, Perbankan Islam, Jakarta : Pustaka Utama Grafiti, 2007, h. 70. 50 g. Qard Al Hasan pinjaman kebajikan 23 Qard adalah akad yang dikhususkan pada pinjaman dari harta yang terukur dan dapat ditagih kembali serta merupakan akad saling membantu dan bukan merupakan transaksi bisnis secara komersial.

D. Tujuan Ekonomi Syariah

Dokumen yang terkait

Peran Hakim Mediator Dalam Menyelesaikan Perkara Perdata Menurut Perma Nomor 1 Tahun 2008

0 69 114

Penyelesaian Sengketa Pada Perbankan Syariah Pasca Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Peradilan Agama

3 73 116

Pengangkatan Anak Bagi Warga Muslim Di Pengadilan Negeri Pasca Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006

0 8 103

Peran Hakim Mediasi Dalam Perkara Perceraian (Studi di Pengadilan Agama Jakarta Pusat Tahun 2012-2014)

1 51 0

PENYELESAIAN SENGKETA EKONOMI SYARIAH DI PENGADILAN AGAMA PURBALINGGA (STUDI PELAKSANAAN UNDANG – UNDANG NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PENGADILAN AGAMA OLEH PENGADILAN AGAMA PURBALINGGA)

0 24 125

LANDASAN KEPUTUSAN PENGADILAN AGAMA SEBELUM DAN SESUDAH UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1989 jo UNDANG UNDANG NOMOR 3 TAHUN 2006

0 4 65

DAMPAK PENERAPAN UNDANG-UNDANG NO. 3 TAHUN 2006 TENTANG UUPA TERHADAP KEWENANGAN PENYELESAIAN DAMPAK PENERAPAN UNDANG-UNDANG NO. 3 TAHUN 2006 TENTANG UUPA TERHADAP KEWENANGAN PENYELESAIAN SENGKETA PERBANKAN SYARIAH.

0 1 14

PENDAHULUAN DAMPAK PENERAPAN UNDANG-UNDANG NO. 3 TAHUN 2006 TENTANG UUPA TERHADAP KEWENANGAN PENYELESAIAN SENGKETA PERBANKAN SYARIAH.

0 2 16

PERANAN BADAN ARBITRASE NASIONAL (BASYARNAS) SETELAH KELUARNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 2006 DALAM MENYELESAIKAN SENGKETA EKONOMI SYARIAH.

0 0 8

KEWENANGAN PENGADILAN AGAMA DALAM MENYELESAIKAN SENGKETA EKONOMI SYARI’AH (BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 2006) - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR) LISTYO BUDI SANTOSO

0 0 160