internet di tempat kerja, termasuk didalamnya: kesempatan dan akses, anonimitas, kemudahan, keterjangkauan, serta waktu kerja yang panjang di tempat kerja.
Orientasi  keberhasilan,  salah  satu  trait  pribadi  yang  turut  mempengaruhi cyberloafing,  mencerminkan  proses  motivasi  berprestasi  yang  mempengaruhi
pemilihan  tugas  oleh  individu,  penetapan  tujuan  pribadi,  dan  mekanisme  usaha dalam konteks pembelajaran dan kinerja Higgins, Friedman, Harlow, dkk., 2001;
VandeWalle    Cummings,  1997.  Perilaku  yang  mengacu  pada  orientasi keberhasilan  merupakan  bukti  dari  adanya  motivasi  berprestasi  dalam  diri
seseorang. Adapun penelitian ini akan melihat pengaruh motivasi berprestasi terhadap
serious  cyberloafing.  Maka  dari  itu,  pada  bagian  selanjutnya  akan  dipaparkan lebih rinci mengenai motivasi berprestasi itu sendiri.
B. MOTIVASI BERPRESTASI
1. Definisi Motivasi Berprestasi
Menurut McClelland 1987 motivasi berprestasi adalah sebuah kebutuhan untuk  dapat  bersaing  atau  melampaui  standar  pribadi.  Pekerja  dengan  motivasi
berprestasi  yang  tinggi  akan  menetapkan  tujuan  yang  menantang,  bekerja  keras untuk mencapai tujuan tersebut, serta menggunakan keterampilan dan kemampuan
untuk  mencapainya  McClelland  dalam  Gibson,  Ivancevich,    Donnelly,  1997. Sejalan  dengan  penjelasan  tersebut,  Schultz    Schultz  1993  mendefinisikan
motivasi  berprestasi  sebagai  suatu  dorongan  atau  kebutuhan  dalam  diri  individu untuk meraih hasil atau prestasi tertentu.
Greenbergs  1996  memaparkan  bahwa  motivasi  berprestasi  adalah kekuatan  hasrat  seseorang  untuk  mampu  menguasai,  berhasil  dalam  tugas-tugas
yang  sulit,  dan  mampu  menyelesaikan  semuanya  dengan  baik.  Mereka  yang memiliki  motivasi  berprestasi  tinggi  cenderung  untuk  memilih  menyelesaikan
suatu tugas dibandingkan membangun hubungan baik dengan rekannya. Berdasarkan  pemaparan  beberapa  teori  diatas  dapat  disimpulkan  bahwa
motivasi  berprestasi  adalah  kebutuhan  dari  dalam  diri  individu  yang mendorongnya  untuk  melakukan  pekerjaannya  sebaik  mungkin,  mencapai
prestasi,  serta  mengungguli  standar  pribadinya  maupun  standar  atau  tujuan  yang telah ditentukan sebelumnya.
2. Karakteristik Motivasi Berprestasi
McClelland  dalam  Luthans,  2005  memaparkan  beberapa  karakteristik dari individu yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi, yakni:
a.  Memilih untuk mengerjakan tugas dengan kesukaran yang moderat. Walaupun  kelihatannya  orang  dengan  motivasi  berprestasi  yang  tinggi
akan  memilih  tugas  dengan  resiko  tinggi,  kenyataannya  mereka  cenderung memilih tugas dengan resiko menengah Gage  Berliner, 1991. Individu dengan
motivasi berprestasi yang tinggi memperhitungkan kesulitan dari suatu tugas dan menyesuaikannya  dengan  kemampuan  mereka,  sehingga  mereka  dapat
menyelesaikan tugas tersebut dengan sebaik mungkin.
b.  Membutuhan umpan balik mengenai performanya. Individu  dengan  motivasi  berprestasi  yang  tinggi  menyukai  pekerjaan
yang  akan  mendapatkan  umpan  balik  mengenai  performa  kerja  serta  kemajuan yang telah ditampilkan dalam usaha mencapai tujuan Osland dkk., 2011. Orang
dengan  motivasi  berprestasi  yang  tinggi  juga  menyukai  jika  terdapat  penilaian rutin  berdasarkan  kriteria  performa  yang  spesifik.  Selain  itu,  umpan  balik
berfungsi  sebagai  kontrol  bagi  individu  untuk  tidak  terjebak  dalam  situasi eksplorasi  yang  tidak  berujung  dalam  pekerjaannya  Gage    Berliner,  1991.
Umpan balik memberikan informasi mengenai seberapa dekat ataupun jauh, buruk maupun baik, usaha mereka pada waktu tertentu untuk mencapai tujuan.
c.  Kepuasan akan pencapaian. Individu  yang  memiliki  motivasi  berprestasi  yang  tinggi  merasakan
kepuasan pribadi akan pencapaiannya pada sebuah tugas. Mereka pada umumnya tidak  begitu  mengharapkan  imbalan  material  akan  pencapaiannya.  Imbalan
material  yang  diterima  hanya  dianggap  sebagai  apresiasi  ataupun  ukuran keberhasilan  terhadap  hasil  kerja  mereka  Garg    Parimoo,  2014.  Mereka  akan
cenderung  memilih  tugas  yang  cukup  rumit  dengan  imbalan  yang  tidak  terlalu besar,  daripada  memilih  tugas  yang  mudah  dan  imbalannya  lebih  besar.  Hal  ini
dikarenakan, tugas yang cukup rumit, jika mampu diselesaikan dengan baik akan membawa  kepuasan  yang  lebih  besar,  dibandingkan  dengan  tugas  yang  mudah
Luthans, 2005.
d.  Bertanggung jawab terhadap tugas. Sekalinya  individu  dengan  motivasi  berprestasi  yang  tinggi  menetapkan
sebuah  target,  individu  tersebut  memiliki  kecenderungan  untuk  secara  total berfokus  dengan  tugas  tersebut  hingga  tugas  itu  terselesaikan  Hermans,  1970.
Dikatakan  bahwa  ciri  ini  membuat  mereka  sulit  untuk  meninggalkan  begitu  saja tugas  yang  setengah  selesai,  maka  dari  itu  sulit  bagi  mereka  untuk  menunda-
nunda  suatu  pekerjaan.  Mereka  juga  tidak  puas  ataupun  bangga  dengan  diri mereka  sendiri,  jika  mereka  tidak  memberikan  usaha  maksimal  untuk  tugas
tersebut.
C.  DINAMIKA  PENGARUH  MOTIVASI  BERPRESTASI  TERHADAP SERIOUS CYBERLOAFING