Pola Makan dan Status Gizi Anak

kreatifitasnya, maka sejak anak usia dini harus dipersiapkan. Untuk itu energi harus benar-benar diperhatikan, harus tetap selalu berada dalam serba kecukupan. Suhardjo 2003 menyatakan bahwa status gizi atau tingkat konsumsi pangan merupakan bagian terpenting dari status kesehatan seseorang. Tidak hanya status gizi yang mempengaruhi kesehatan seseorang, tetapi status kesehatan juga mempengaruhi status gizi. Hal ini sejalan dengan pendapat Sediaoetama 2000 yang menyatakan bahwa tingkat kesehatan gizi sesuai dengan konsumsi pangan, tingkat kesehatan gizi terbaik adalah kesehatan gizi optimum. Tubuh terbebas dari penyakit dan mempunyai daya kerja dan efisiensi yang sebaik-baiknya, serta mempunyai daya tahan setinggi- tingginya. Untuk menjamin kebutuhan zat gizi anak usia dini dengan mutu gizi yang baik, maka makanan yang biasa dikonsumsi anak usia dini harus mengandung zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur. Oleh karena itu sangat dianjurkan untuk memberi makanan yang beraneka ragam, diantaranya sumber tenaga seperti serealia, sumber protein seperti bahan pangan hewani dan kacang-kacangan serta sumber zat pengatur, misalnya sayuran dan buah-buahan Krisnatuti Yenrina, 2000.

2.4. Pola Makan dan Status Gizi Anak

Tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh kualitas makanan dan gizi yang dikonsumsi. Karyadi 1985 menyatakan bahwa makanan merupakan kebutuhan fisiologis maupun psikologis untuk anak dan orang tua. Oleh karena itu, perlu diciptakan situasi pemberian makan kepada anak yang memenuhi kebutuhan a Universitas Sumatera Utara fisiologis, yaitu memenuhi kebutuhan zat gizi untuk proses metabolisme, aktivitas dan tumbuh kembang anak; b psikologis, yaitu untuk memberikan kepuasan kepada anak dan untuk memberikan kenikmatan lain yang berkaitan dengan anak serta c edukatif, yaitu mendidik anak terampil mengkonsumsi makanan dan untuk membina kebiasaan dan perilaku makan, memilih dan menyukai makanan yang baik, dan dibenarkan oleh keyakinan atau agama orang tua masing-masing Samsudin, 1993. Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Kondisi status gizi baik dapat dicapai bila tubuh memperoleh cukup zat gizi yang akan digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan terjadinya pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja untuk mencapai tingkat kesehatan optimal Depkes RI, 2003. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Munawaroh 2006 di Kabupaten Pekalongan yang menyatakan bahwa balita dengan pola makan tidak baik mempunyai risiko untuk mengalami status gizi kurang 8,1 kali lebih besar daripada balita dengan pola makan baik. Hasil penelitian Adi 2005 di Semarang juga menyatakan bahwa besarnya resiko terjadinya KEP ringan dan sedang pada balita yang mengkonsumsi protein 80 AKG sebesar 6,9 kali dari konsumsi protein pada balita yang 80 AKG. Menurut Sayogya 1996 gizi kurang pada anak dapat menyebabkan anak menjadi kurus dan pertumbuhan terhambat, terjadi karena kurang zat sumber tenaga dan kurang protein zat pembangun yang diperoleh dari makanan. Zat tenaga dan zat pembangun diperlukan anak dalam membangun badannya yang tumbuh pesat. Tingkat konsumsi ditentukan oleh kualitas serta kuantitas hidangan. Kualitas Universitas Sumatera Utara hidangan menunjukkan adanya semua zat gizi yang diperlukan tubuh di dalam susunan hidangan dan perbandingannya yang satu terhadap yang lain Santoso, 2004.

2.5. Kebutuhan Gizi Anak Usia Dini