Hasil Tambahan Penelitian Hasil Penelitian

regresi untuk role conflict adalah 0,448 yang berarti semakin tinggi role conflict individu maka semakin tinggi cyberloafing yang ia lakukan. Tabel 4.8 Tabel Koefisien Determinan Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .456 a .208 .197 7.751 Dari hasil pengujian koefisien determinan pada tabel 4.8, koefisien determinan R-square yang diperoleh dari pengaruh role ambiguity dan role conflict terhadap perilaku cyberloafing pada karyawan adalah sebesar 0,208 R- square = 0,208. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh role ambiguity dan role conflict terhadap perilaku cyberloafing pada karyawan adalah sebesar 20,8. Artinya, role ambiguity dan role conflict memberikan sumbangan efektif sebesar 20,8 dalam memunculkan perilaku cyberloafing, sedangkan sisanya yang sebesar 79,2 dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.

3. Hasil Tambahan Penelitian

Berikut ini akan dijelaskan mengenai hasil tambahan berupa deskripsi data yang dapat menunjukan penyebaran subjek berdasarkan kategori skor yang diperoleh dari pengolahan data mengenai role ambiguity, role conflict, dan cyberloafing. Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan, maka perbandingan data empiris dan data hipotesis dari variabel role ambiguity, role conflict, dan cyberloafing dapat dilihat pada Tabel 4.9. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.9 Deskripsi Data Penelitian Role Ambiguity, Role Conflict, dan Cyberloafing Variabel N Data Hipotetik Data Empirik Skor Mean SD Skor Mean SD Min Max Min Max Cyberloafing 138 12 60 36 8 12 60 29,91 8,648 Role ambiguity 138 14 42 36 4,6 14 42 27,91 5,100 Role Conflict 138 14 53 39 6,5 14 53 32,81 6,376 Kategorisasi role ambiguity, role conflict, dan cyberloafing akan dibagi dalam tiga kategori, yaitu tinggi, sedang, dan rendah berdasaran distribusi kurva normal dengan menggunakan rumus deviasi standar Azwar, 2003. Skor akan digolongkan dalam tiga kategori, yaitu tinggi, sedang, dan rendah dengan rumus sebagai berikut: X ≥ M + 1. SD = Tinggi M – 1. SD ≤ X M + 1. SD = Sedang X M – 1. SD = Rendah Kategorisasi skor masing-masing variabel dalam penelitian ini akan dijelaskan secara umum sebagai berikut. a. Kategorisasi Skor Cyberloafing Kategorisasi skor cyberloafing secara umum dapat dilihat pada tabel 4.10. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.10. Kategorisasi Skor Cyberloafing No. Skor Kategori Frekuensi Persentase 1. X ≥ 44 Tinggi 3 2 2. 28 ≤ X 44 Sedang 80 58 3. X 28 Rendah 55 40 Total 138 100,0 Mean empirik intensi = 29,91 berada pada kisaran skor sedang yang berarti hasil analisa menunjukkan bahwa kategori cyberloafing subjek mengarah pada kategori sedang. Hal ini terlihat dari tabel 4.10 di atas yang menunjukkan bahwa terdapat 3 2 subjek memiliki tingkat perilaku cyberloafing yang tergolong tinggi, 80 58 subjek memiliki tingkat perilaku cyberloafing yang tergolong sedang, dan 55 40 subjek yang memiliki tingkat perilaku cyberloafing yang tergolong rendah. b. Kategorisasi Skor Role Ambiguity Kategorisasi skor role ambiguity secara umum dapat dilihat pada tabel 4.11. Tabel 4.11. Kategorisasi Skor Ambiguity No. Skor Kategori Frekuensi Persentase 1. X ≥ 40,6 Tinggi 2 1 2. 31,4 ≤ X 40,6 Sedang 39 29 3. X 31,4 Rendah 97 70 Total 138 100,0 Universitas Sumatera Utara Mean empirik intensi = 27,91 berada pada skor rendah yang berarti hasil analisa menunjukkan bahwa kategori role ambiguity subjek mengarah pada kategori rendah. Hal ini terlihat dari Hal ini terlihat dari tabel 4.11 di atas yang menunjukkan bahwa terdapat 2 1 subjek yang memiliki role ambiguity yang tergolong tinggi, 39 29 subjek memiliki role ambiguity yang tergolong sedang dan 97 70 subjek yang memiliki role ambiguity yang tergolong rendah. c. Kategorisasi Skor Role Conflict Kategorisasi skor role conflict secara umum dapat dilihat pada tabel 4.12. Tabel 4.12. Kategorisasi Skor Conflict No. Skor Kategori Frekuensi Persentase 1. X ≥ 45,5 Tinggi 4 3 2. 32,5 ≤ X 45,5 Sedang 78 57 3. X 32,5 Rendah 56 40 Total 138 100,0 Mean empirik intensi = 32,81 berada pada kisaran skor sedang yang berarti hasil analisa menunjukkan bahwa kategori role conflict subjek mengarah pada kategori sedang. Hal ini terlihat dari Hal ini terlihat dari tabel 4.12 di atas yang menunjukkan bahwa terdapat 4 3 subjek memiliki role conflict yang tergolong tinggi, 78 57 subjek memiliki role conflict yang tergolong sedang, dan 56 40 subjek yang memiliki role conflict yang tergolong rendah. Universitas Sumatera Utara

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Adapun hipotesa dalam penelitian ini adalah Role Ambiguity berpengaruh negatif terhadap perilaku cyberloafing pada karyawan dan Role Conflict berpengaruh positif terhadap perilaku cyberloafing pada karyawan. Berdasarkan hasil analisis regresi role ambiguity terhadap perilaku cyberloafing diperoleh persamaan garis regresi Y = 26,374 – 0,588 X yang artinya setiap penambahan satu satuan skor variabel role ambiguity X, maka perilaku cyberloafing Y akan berkurang sebesar 26,374 – 0,588, dengan kata lain semakin seseorang mengalami role ambiguity maka akan semakin rendah frekuensi perilaku cyberloafing. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh negatif yang signifikan antara role ambiguity dengan cyberloafing. Hasil analisis data tersebut mendukung hipotesa penelitian yaitu role ambiguity berpengaruh negatif terhadap perilaku cyberloafing. Pada PT Asian Agri role ambiguity yang ditemukan pada karyawan tergolong rendah 70 dimana nilai ini memberi gambaran bahwa karyawan merasakan adanya kepastian mengenai besarnya wewenang yang mereka miliki, kejelasan tentang tujuan, sasaran, tanggungjawab, dan ekspektasi pekerjaan mereka, serta hal- hal yang harus mereka lakukan di kantor. Selain itu, job description setiap karyawan di PT Asian Agri sudah ditentukan dengan jelas dan disesuaikan dengan bidang pemahaman masing-masing karyawan sehingga sebagian besar karyawan merasa tidak mengalami role ambiguity. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Anindita Wicaksono 2012 dimana role ambiguity memiliki pengaruh negatif Universitas Sumatera Utara