Gambaran Umum Subjek Penelitian Pembahasan Hasil Penelitian

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Subjek Penelitian

Subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian sebanyak 94 orang, hal ini berdasarkan kriteria yang ditetapkan peneliti. Berikut ini deskripsi umum subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin dan masa kerja. a. Gambaran Umum Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 4.1 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah N Persentase Pria 65 47 Wanita 73 53 Total 138 100 Tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah subjek penelitian yang berjenis kelamin pria berjumlah 65 47 orang dan berjenis kelamin wanita berjumlah 73 orang 53. b. Gambaran Umum Subjek Berdasarkan Masa Kerja Masa kerja merupakan lamanya tenaga kerja bekerja pada sebuah organisasi. Masa kerja dapat mempengaruhi kinerja baik positif maupun negatif. Memberi pengaruh positif pada kinerja bila dengan semakin lamanya masa kerja personal semakin berpengalaman dalam melaksanakan tugasnya. Sebaliknya akan memberikan Universitas Sumatera Utara pengaruh negatif apabila dengan semakin lamanya masa kerja akan timbul kebiasaan pada tenaga kerja. Menurut Handoko 2007 masa kerja dikategorikan menjadi dua: 1. Masa kerja baru : ≤ 3 tahun 2. Masa kerja lama : 3 tahun Tabel 4.2 Gambaran Subjek Berdasarkan Masa Kerja Masa Bekerja Jumlah N Persentase Masa kerja Baru ≤ 3 tahun 45 33 Masa kerja Lama 3 tahun 93 67 Total 138 100 Tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa jumlah subjek penelitian yang masa kerjanya di ≤ 3 tahun sebanyak 45 orang 33 dan yang masa kerjanya lebih dari 3 tahun berjumlah 93 orang 67.

B. Hasil Penelitian

1. Hasil Uji Asumsi

Sebelum melakukan analisa data menggunakan regresi linear berganda peneliti harus melakukan uji asumsi terlebih dahulu. Uji asumsi yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah nilai residual yang dianalisis sudah terdistribusi sesuai dengan prinsip –prinsip distribusi normal agar Universitas Sumatera Utara dapat digeneralisasikan pada populasi. Hasil uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Pengujian ini menyatakan data berdistribusi normal apabila nilai signifikansi residu antar variabel data lebih besar dari 0,05. Tabel 4.3 Uji Normalitas Variabel Asymp.sig.2-tailed Role Ambiguity 0.689 Role Conflict 0.826 Cyberloafing 0.614 Berdasarkan tabel 4.3 didapat nilai signifikan role ambiguity, role conflict, dan cyberloafing lebih besar dari 0,05 maka disimpulkan data berdistribusi dengan normal.

b. Uji Linearitas

Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah variabel role ambiguity dan role conflict berkorelasi secara linear dengan variabel cyberloafing. Kedua variabel dikatakan memiliki hubungan yang linear jika p 0.05 untuk linearity dan p 0.05 untuk deviation from linearity. Tabel 4.4 Uji Linearitas Variabel Linearity Deviation From Linearity Cyberloafingrole ambiguity 0.026 0.170 Cyberloafingrole conflict 0.000 0.151 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan hasil uji linieritas pada tabel 4.4 diatas diperoleh nilai signifikansi role ambiguity dan role conflict untuk linearity lebih kecil dari 0,05 p 0,05 dan untuk deviation from linearity signifikansi lebih besar dari 0,05 p 0,05. Hasil ini menunjukaan bahwa ketiga variabel memiliki hubungan yang linier terhadap cyberloafing.

c. Uji Multikolinearitas

Uji multikolineritas digunakan untuk menguji apakah ada korelasi antar variabel independen pada model regresi. Multikolinieritas dapat diuji dengan melihat nilai tolerence dan nilai VIF Varience Inflation Factor. Multikolinearitas terjadi jika mempunyai nilai tolerence 0.1 dan VIF 10, dan multikolinearitas tidak terjadi jika mempunyai nilai tolerence 0.1 dan VIF 10. Hasil uji multikoliearitas dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut: Tabel 4.5 Hasil Uji Multikolinieritas Aspek Tolerance VIF Role ambiguity 0.869 1.151 Role conflict 0.869 1.151 Dari tabel hasil uji multikolinieritas diatas dapat dilihat nilai tolerance dan VIF dari variabel role ambiguity dan role conlfict menunjukkan nilai tolerence 0.1 dan VIF 10, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas. Universitas Sumatera Utara

d. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui apakah ada penyimpangan asumsi autokorelasi. Pengujian yang digunakan adalah Uji Durbin-Watson Uji DW, dimana jika nilai DW 1,10 sampai 2,90 menunjukkan tidak terjadinya autokorelasi. Hasil uji autokorelasi dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.6 Hasil Uji Autokorelasi Model Durbin-Watson 1 1.913 Dari hasil uji autokorelasi dapat dilihat nilai DW sebesar 1.913. Angka tersebut berada di antara dU d 4 - d dimana 1.75138 1.913 2.087 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi.

e. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas Field, 2009. Penelitian ini menggunakan uji heteroskedastisitas dengan cara melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel Universitas Sumatera Utara terikat ZPRED dengan residualnya SPRED. Hasil uji heteroskedastisitas dapat dilihat dari gambar. Grafik 4.1 Gambar Hasil Uji Heteroskedastisitas Berdasarkan grafik scatterplots di atas, dapat dilihat bahwa tidak ada pola yang jelas, titik-titik menyebar di atas dan bawah angka 0 pada sumbu Y, maka dapat disumpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi ini. Universitas Sumatera Utara

2. Hasil Uji Hipotesa Penelitian

Adapun hipotesa dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Role ambiguity berpengaruh terhadap perilaku cyberloafing pada karyawan 2. Role conflict berpengaruh terhadap perilaku cyberloafing pada karyawan Metode yang digunakan untuk menguji hipotesa dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode regresi linear berganda metode enter. Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut. Tabel 4.7 Tabel Koefisien Regresi Role Ambiguity dan Conflict dengan Cyberloafing Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1 Constant 29,374 4,316 6,111 0,000 Ambiguity -0,588 0,139 -0,347 -4,219 0,000 Conflict 0,607 0,111 0,448 5,451 0,000 Berdasarkan hasil analisis pada tabel 4.7 di atas, nilai signifikan role ambiguity adalah 0,000 dan nilai signifikan role conflict adalah 0,000 dimana lebih kecil dari 0,05 maka Ho ditolak atau dapat disimpulkan bahwa persamaan regresi signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh signifikan role ambiguity terhadap perilaku cyberloafing dan role conflict terhadap perilaku cyberloafing. Berdasarkan tabel 4.7 di atas juga didapat bahwa koefisien regresi untuk yang pertama, role ambiguity yaitu -0,347 yang berarti semakin rendah role ambiguity individu maka semakin tinggi cyberloafing yang ia lakukan. Kedua, koefisien Universitas Sumatera Utara regresi untuk role conflict adalah 0,448 yang berarti semakin tinggi role conflict individu maka semakin tinggi cyberloafing yang ia lakukan. Tabel 4.8 Tabel Koefisien Determinan Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .456 a .208 .197 7.751 Dari hasil pengujian koefisien determinan pada tabel 4.8, koefisien determinan R-square yang diperoleh dari pengaruh role ambiguity dan role conflict terhadap perilaku cyberloafing pada karyawan adalah sebesar 0,208 R- square = 0,208. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh role ambiguity dan role conflict terhadap perilaku cyberloafing pada karyawan adalah sebesar 20,8. Artinya, role ambiguity dan role conflict memberikan sumbangan efektif sebesar 20,8 dalam memunculkan perilaku cyberloafing, sedangkan sisanya yang sebesar 79,2 dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.

3. Hasil Tambahan Penelitian

Berikut ini akan dijelaskan mengenai hasil tambahan berupa deskripsi data yang dapat menunjukan penyebaran subjek berdasarkan kategori skor yang diperoleh dari pengolahan data mengenai role ambiguity, role conflict, dan cyberloafing. Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan, maka perbandingan data empiris dan data hipotesis dari variabel role ambiguity, role conflict, dan cyberloafing dapat dilihat pada Tabel 4.9. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.9 Deskripsi Data Penelitian Role Ambiguity, Role Conflict, dan Cyberloafing Variabel N Data Hipotetik Data Empirik Skor Mean SD Skor Mean SD Min Max Min Max Cyberloafing 138 12 60 36 8 12 60 29,91 8,648 Role ambiguity 138 14 42 36 4,6 14 42 27,91 5,100 Role Conflict 138 14 53 39 6,5 14 53 32,81 6,376 Kategorisasi role ambiguity, role conflict, dan cyberloafing akan dibagi dalam tiga kategori, yaitu tinggi, sedang, dan rendah berdasaran distribusi kurva normal dengan menggunakan rumus deviasi standar Azwar, 2003. Skor akan digolongkan dalam tiga kategori, yaitu tinggi, sedang, dan rendah dengan rumus sebagai berikut: X ≥ M + 1. SD = Tinggi M – 1. SD ≤ X M + 1. SD = Sedang X M – 1. SD = Rendah Kategorisasi skor masing-masing variabel dalam penelitian ini akan dijelaskan secara umum sebagai berikut. a. Kategorisasi Skor Cyberloafing Kategorisasi skor cyberloafing secara umum dapat dilihat pada tabel 4.10. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.10. Kategorisasi Skor Cyberloafing No. Skor Kategori Frekuensi Persentase 1. X ≥ 44 Tinggi 3 2 2. 28 ≤ X 44 Sedang 80 58 3. X 28 Rendah 55 40 Total 138 100,0 Mean empirik intensi = 29,91 berada pada kisaran skor sedang yang berarti hasil analisa menunjukkan bahwa kategori cyberloafing subjek mengarah pada kategori sedang. Hal ini terlihat dari tabel 4.10 di atas yang menunjukkan bahwa terdapat 3 2 subjek memiliki tingkat perilaku cyberloafing yang tergolong tinggi, 80 58 subjek memiliki tingkat perilaku cyberloafing yang tergolong sedang, dan 55 40 subjek yang memiliki tingkat perilaku cyberloafing yang tergolong rendah. b. Kategorisasi Skor Role Ambiguity Kategorisasi skor role ambiguity secara umum dapat dilihat pada tabel 4.11. Tabel 4.11. Kategorisasi Skor Ambiguity No. Skor Kategori Frekuensi Persentase 1. X ≥ 40,6 Tinggi 2 1 2. 31,4 ≤ X 40,6 Sedang 39 29 3. X 31,4 Rendah 97 70 Total 138 100,0 Universitas Sumatera Utara Mean empirik intensi = 27,91 berada pada skor rendah yang berarti hasil analisa menunjukkan bahwa kategori role ambiguity subjek mengarah pada kategori rendah. Hal ini terlihat dari Hal ini terlihat dari tabel 4.11 di atas yang menunjukkan bahwa terdapat 2 1 subjek yang memiliki role ambiguity yang tergolong tinggi, 39 29 subjek memiliki role ambiguity yang tergolong sedang dan 97 70 subjek yang memiliki role ambiguity yang tergolong rendah. c. Kategorisasi Skor Role Conflict Kategorisasi skor role conflict secara umum dapat dilihat pada tabel 4.12. Tabel 4.12. Kategorisasi Skor Conflict No. Skor Kategori Frekuensi Persentase 1. X ≥ 45,5 Tinggi 4 3 2. 32,5 ≤ X 45,5 Sedang 78 57 3. X 32,5 Rendah 56 40 Total 138 100,0 Mean empirik intensi = 32,81 berada pada kisaran skor sedang yang berarti hasil analisa menunjukkan bahwa kategori role conflict subjek mengarah pada kategori sedang. Hal ini terlihat dari Hal ini terlihat dari tabel 4.12 di atas yang menunjukkan bahwa terdapat 4 3 subjek memiliki role conflict yang tergolong tinggi, 78 57 subjek memiliki role conflict yang tergolong sedang, dan 56 40 subjek yang memiliki role conflict yang tergolong rendah. Universitas Sumatera Utara

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Adapun hipotesa dalam penelitian ini adalah Role Ambiguity berpengaruh negatif terhadap perilaku cyberloafing pada karyawan dan Role Conflict berpengaruh positif terhadap perilaku cyberloafing pada karyawan. Berdasarkan hasil analisis regresi role ambiguity terhadap perilaku cyberloafing diperoleh persamaan garis regresi Y = 26,374 – 0,588 X yang artinya setiap penambahan satu satuan skor variabel role ambiguity X, maka perilaku cyberloafing Y akan berkurang sebesar 26,374 – 0,588, dengan kata lain semakin seseorang mengalami role ambiguity maka akan semakin rendah frekuensi perilaku cyberloafing. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh negatif yang signifikan antara role ambiguity dengan cyberloafing. Hasil analisis data tersebut mendukung hipotesa penelitian yaitu role ambiguity berpengaruh negatif terhadap perilaku cyberloafing. Pada PT Asian Agri role ambiguity yang ditemukan pada karyawan tergolong rendah 70 dimana nilai ini memberi gambaran bahwa karyawan merasakan adanya kepastian mengenai besarnya wewenang yang mereka miliki, kejelasan tentang tujuan, sasaran, tanggungjawab, dan ekspektasi pekerjaan mereka, serta hal- hal yang harus mereka lakukan di kantor. Selain itu, job description setiap karyawan di PT Asian Agri sudah ditentukan dengan jelas dan disesuaikan dengan bidang pemahaman masing-masing karyawan sehingga sebagian besar karyawan merasa tidak mengalami role ambiguity. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Anindita Wicaksono 2012 dimana role ambiguity memiliki pengaruh negatif Universitas Sumatera Utara terhadap cyberloafing, hal dikarenakan karyawan memiliki peranan yang jelas akan pekerjaannya. Berdasarkan hasil analisis regresi role conflict terhadap perilaku cyberloafing diperoleh persamaan garis regresi Y = 26,374 + 0,607 X yang artinya setiap penambahan satu satuan skor variabel role conflict X, maka perilaku cyberloafing Y akan bertambah sebesar 26,374 + 0,607, dengan kata lain semakin seseorang mengalami role conflict maka akan semakin tinggi frekuensi perilaku cyberloafing. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif yang signifikan antara role ambiguity dengan cyberloafing. Hasil analisis data tersebut mendukung hipotesa penelitian yaitu role ambiguity berpengaruh positif terhadap perilaku cyberloafing. Role conflict yang ditemukan pada karyawan PT Asian Agri tergolong sedang 57 dimana nilai ini memberi gambaran bahwa sebagian karyawan mengalami adanya perbedaan budaya diantara kelompok kerja, sehingga kebiasaan cara-cara kerja suatu kelompok dapat berbeda dengan kebiasaan cara kerja yang dilakukan kelompok lain, selain itu karyawan merasa menerima permintaan tugas yang bertentangan dari dua orang atau lebih, merasa hasil pekerjaannya tidak bisa diterima oleh berbagai pihak, dan merasa mengerjakan hal-hal yang dirasa tidak penting sehingga karyawan menganggap pekerjaan yang dilakukan sia-sia, dan dalam keadaan tersebut cenderung memicu terjadinya perilaku cyberloafing. Sesuai dengan hasil penelitian Anindita Wicaksono 2012 yang menemukan bahwa role conflict mempunyai pengaruh positif terhadap cyberloafing, sehingga semakin tinggi konflik yang di alami karyawan di kantor maka akan mempengaruhi Universitas Sumatera Utara karyawan melakukan cyberloafing. Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan Lim 2002 yang menyatakan karyawan yang mengalami tuntutan konflik akan cenderung melakukan cyberloafing di tempat kerja tetapi karyawan merasa aneh apabila melakukan cyberloafing jika pekerjaan mereka belum selesai low role ambiguity. Penelitian-penelitian sebelumnya Fisher Gitelson; Jackson Schuler; Tubre Collins dalam Henle Blanchard, 2008 mengindikasikan bahwa role conflict dan role ambiguity mempunyai dampak negatif bagi individu seperti kecelakaan kerja, turnover, ketidakpuasan kerja dan kegelisahan. Role ambiguity dan role conflict dalam kaitannya sebagai work stressor merupakan penyebab terjadinya stress. Stres kerja pada karyawan dapat disebabkan oleh ketidakjelasan terhadap hal yang harus dikerjakan role ambiguity karena tidak adanya pedoman ataupun tujuan yang harus dicapai. Dapat juga disebabkan oleh karyawan yang mengalami konflik dengan rekan kerjanya, supervisor, ataupun dengan kelompok tempat ia bekerja role conflict dengan adanya ketidakkonsistenan harapan-harapan berbagai pihak sehingga karyawan merasa serba salah untuk melakukan sesuatu Kahn et al., 1964. Dengan adanya stressor yang menghasilkan stres sehingga hal tersebut dapat memunculkan perilaku cyberloafing, dimana cyberloafing memiliki dampak positif dalam hal untuk mengurangi stres kerja, menginspirasi, dan meningkatkan kreativitas karyawan Vitaket al., 2011. Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan diuraikan kesimpulan dan saran-saran sehubungan dengan hasil yang diperoleh dari penelitian. Pada bagian pertama dijabarkan hasil penelitian, kemudian pada bagian terakhir akan dikemukakan saran-saran yang mungkin dapat berguna bagi penelitian yang akan datang dengan tema serupa.

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisa data yang diperoleh dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu: 1. Ada pengaruh signifikan negatif antara role ambiguity dengan perilaku cyberloafing. Artinya, semakin tinggi role ambiguity yang dialami individu maka semakin rendah frekuensi perilaku cyberloafing. 2. Ada pengaruh signifikan positif antara role conflict dengan perilaku cyberloafing. Artinya, semakin tinggi role conflict yang dialami individu maka semakin tinggi frekuensi perilaku cyberloafing. 3. Berdasarkan deskripsi data penelitian pada variabel tergantung yaitu perilaku cyberloafing, diperoleh bahwa rata-rata perilaku cyberloafing karyawan PT Asian Agri Medan tergolong sedang. 4. Berdasarkan deskripsi data penelitian pada variabel bebas yaitu role ambiguity, diperoleh bahwa rata-rata role ambiguity yang dialami karyawan PT Asian Agri Medan tergolong rendah. Universitas Sumatera Utara