Kaitan antara Corporate Governance dan Voluntary Disclosure

commit to user sekaligus dapat mengawasi kinerja manajer untuk mengetahui sejauh mana menajer telah bertindak untuk meningkatkan kesejahteraan pemilik. Selain itu pemilik dapat memberikan kompensasi kepada manajer berdasarkan laporan keuangan. Laporan keuangan yang dibuat dengan berdasarkan angka akuntansi diharapkan berperan besar dalam meminimalkan konflik antara berbagai pihak yang berkepentingan dalam perusahaan Jensen dan Meckling, 1976.

B. Kaitan antara Corporate Governance dan Voluntary Disclosure

Corporate governance merupakan faktor yang penting dalam kepatuhan pengungkapan Ettredge et al, 2010. Penerapan corporate governance memiliki pengaruh terhadap luas pengungkapan informasi perusahaan Ho dan Wong, 2001. Khomsiyah 2003 menemukan bukti bahwa semakin baik implementasi corporate governance, maka semakin banyak pula informasi yang diungkapkan oleh perusahaan dalam laporan tahunan, termasuk voluntary disclosure. Penelitian empiris pada determinan yang mempengaruhi pengungkapan sukarela bercabang dalam dua aliran utama, yaitu mendokumentasikan pengaruh dari karakteristik perusahaan, seperti ukuran perusahaan, pencatatan di bursa listing, leverage, profit dan pertumbuhan growth dan melihat pengaruh corporate governance, termasuk struktur kepemilikan dan komposisi dewan komisaris dan direksi terhadap pengungkapan laporan keuangan Oktoviana, 2009. Penelitian ini cenderung pada aliran kedua yaitu menguji pengaruh corporate governance, termasuk struktur kepemilikan dan komposisi dewan terhadap voluntary disclosure. commit to user Dalam mengelola perusahaan, manajemen harus transparan agar tidak terjadi konflik kepentingan dengan para pemegang saham sebagai pemilik Sentosa, 2009. Variasi struktur kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan tipe kepemilikan sebagai representasi corporate governance diharapkan mampu meningkatkan luas voluntary disclosure perusahaan dengan maksud mengurangi asimetri informasi yang terjadi antara agen dan prinsipal. Ketika kepemilikan manajerial rendah, outsider shareholder akan meningkatkan monitoring terhadap perilaku manajer untuk meyakinkan bahwa manajemen tidak bertindak opportunistic melainkan bertindak atas nama pemegang saham. Monitoring oleh outsider shareholder akan semakin rendah ketika manajer lebih banyak mengungkapkan voluntary disclosure, karena menurut Eng dan Maak 2003, voluntary disclosure dinilai mampu menggantikan monitoring oleh outsider shareholders karena dengan adanya voluntary disclosure yang lebih luas telah mencukupi untuk dipakai oleh pengguna sebagai dasar pengambilan keputusan. Hasil penelitian Eng dan Mak 2003 juga mengungkapkan bahwa kepemilikan manajerial berhubungan negatif signifikan terhadap luas voluntary disclosure. Selain kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional juga merupakan perwujudan dari corporate governance. Djakman dan Novita 2008 mengungkapkan bahwa tingkat kepemilikan institusional yang tinggi akan menimbulkan usaha pengawasan yang lebih besar oleh pihak investor institusional sehingga dapat menghalangi perilaku opportunistic manajer. Hal ini berarti kepemilikan institusional dapat menjadi pendorong perusahaan untuk commit to user memberikan kinerja yang lebih baik termasuk dalam hal meningkatkan luas voluntary disclosure yang dilakukan. Tipe struktur kepemilikan memainkan peran penting dalam aturan corporate governance dalam mengurangi persoalan keagenan Achmad, 2007. Adanya struktur kepemilikan saham yang menyebar akan mengakibatkan semakin dibutuhkannya tindakan pengawasan oleh shareholder karena setiap shareholder mempunyai kepentingan tersendiri. Dalam hal ini, semua shareholder memiliki kedudukan yang sama sehingga manajemen memiliki peran yang besar dalam hubungan keagenan tersebut untuk memberikan informasi yang memadai dengan tujuan menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh pemegang saham dengan kepemilikan menyebar yang membutuhkan informasi yang berbeda-beda. Ketika perusahaan memiliki tipe kepemilikan terkonsentrasi, muncul konflik kepentingan antara pemegang saham mayoritas controlling shareholders dengan pemegang saham minoritas minority shareholders. Pemegang saham mayoritas controlling shareholders mempunyai kekuasaan untuk turut campur dalam pengambilan keputusan manajemen untuk kepentingan pribadi mereka, termasuk untuk menyembunyikan beberapa informasi perusahaan dari pemegang saham minoritas, misalnya informasi voluntary disclosure-nya, sehingga luas voluntary disclosure perusahaan menjadi rendah. Peran penting dalam melaksanakan corporate governance berada pada dewan komisaris yang berfungsi sebagai pengawas aktifitas dan kinerja bank serta sebagai penasihat direksi dalam memastikan bahwa perusahaan melaksanakan corporate covernance yang baik Komite Nasional Kebijakan Governance, 2006. commit to user Jumlah anggota dewan komisaris sangat mempengaruhi aktivitas pengendalian dan pengawasan. Jumlah anggota dewan komisaris yang optimum akan lebih efektif daripada jumlah yang kecil Dalton et al, 1999. Hasil penelitian Abeysekera 2008 menyatakan bahwa corporate governance yang direpresentasikan dengan ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap intellectual capital disclosure. Jumlah dewan komisaris yang besar diharapkan memunculkan perpaduan skill antar anggotanya sehingga berpengaruh terhadap kualitas informasi yang disampaikan perusahaan termasuk juga berkaitan dengan voluntary risk. Menurut FCGI 2001, komite audit sekurang-kurangnya terdiri dari tiga anggota. Salah satu dari anggota tersebut merupakan komisaris independen yang sekaligus merangkap sebagai ketua, sedangkan anggota lainnya merupakan pihak eksternal yang independen. Syarat untuk menjadi anggota komite audit adalah independen atau tidak memiliki hubungan usaha maupun afiliasi dengan perusahaan, direktur, komisaris, maupun pemegang saham utama Herwidayatmo, 2000. Wallace and Zinkin 2005 dalam Yuen et.al 2009 menemukan bahwa peran komite audit akan lebih efektif ketika anggota komite audit berjumlah antara 3 – 6 orang. Hal ini menunjukkan bahwa ukuran anggota komite audit akan berpengaruh pada pengawasan terhadap manajemen, termasuk dalam hal voluntary disclosure. commit to user

C. Kerangka Teoritis

Dokumen yang terkait

ANALISIS PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KUALITAS LABA (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI)

0 24 19

ANALISIS PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KUALITAS LABA (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI)

0 20 19

ANALISIS PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA KEUANGAN (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI)

0 15 20

Analisis Pengaruh Corporate Governance dan Karakteristik Perusahaan terhadap Pengungkapan Sukarela (Voluntary Disclosure) dalam Laporan Tahunan (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur Go Public yang Terdaftar di BEI Periode 2008-2011)

1 5 137

Pengaruh Kondisi Financial Distress, Corporate Governance dan Financial Leverage Terhadap Luas Voluntary Disclosure (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2011-2015)

1 17 96

CORPORATE GOVERNANCE, TAX DISCLOSURE DAN VOLUNTARY FINANCIAL DISCLOSURE (Studi Pada Perusahaan di Indonesia yang terdaftar di BEI 2009-2012).

1 3 16

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP VOLUNTARY DISCLOSURE (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2011).

0 0 18

Good corporate governance dan nilai perusahaan (studi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bei) AWAL

0 0 15

Good corporate governance dan nilai perusahaan (studi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bei) RINGKASAN Revisi

0 1 17

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP LUAS VOLUNTARY DISCLOSURE (Studi Empiris pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2011).

0 0 14