Corporate Governance Tinjauan Pustaka

commit to user Corporate governance yang merupakan konsep yang didasarkan pada teori keagenan, diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah mereka investasikan. Konflik akan terjadi ketika agen yang sudah dipercaya pemilik untuk mengelola hartanya, tidak menjalankan tugasnya sesuai kontrak kerja, yaitu untuk memakmurkan atau mengoptimalkan keuntungan pemilik, namun justru agen tersebut mencari kemakmuran dan keuntungan sendiri, dan kadang tidak mau ambil risiko demi kemakmuran pemilik. Corporate governance berkaitan dengan bagaimana para investor yakin bahwa manajer akan memberikan keuntungan bagi mereka, yakin bahwa manajer tidak akan mencurimenggelapkan atau menginvestasikan ke dalam proyek-proyek yang tidak menguntungkan berkaitan dengan danakapital yang telah ditanamkan oleh investor, dan berkaitan dengan bagaimana para investor mengontrol para manajer Shleifer dan Vishny, 1997 dalam Ujiyantho, 2009. Dengan kata lain, corporate governance diharapkan dapat berfungsi untuk menekan atau menurunkan biaya keagenan agency cost.

2. Corporate Governance

Definisi mengenai corporate governance saat ini sangatlah beraneka ragam. Forum for Corporate Governance in Indonesia 2001: 1 mendefinisikan corporate governance sebagai: “Seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus pengelola perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan commit to user kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan.” Definisi lain diungkapkan oleh The Indonesian Institute for Corporate Governance 2000 yang melihat corporate governance sebagai proses dan struktur yang diterapkan dalam menjalankan perusahaan, dengan tujuan utama meningkatkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang, dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder yang lain. Menurut Surat Keputusan Menteri NegaraKepala Badan Penanaman Modal dan Pembinaan BUMN No. 23M PMBUMN2000, corporate governance adalah prinsip korporasi yang sehat yang perlu diterapkan dalam pengelolaan perusahaan yang dilaksanakan semata- mata demi menjaga kepentingan perusahaan dalam rangka mencapai maksud dan tujuan perusahaan. Dari beberapa definisi mengenai corporate governance, dapat disimpulkan bahwa corporate governance merupakan suatu sistem struktur dan mekanisme yang baik untuk mengendalikan dan mengelola suatu perusahaan dengan tujuan untuk meningkatkan nilai pemegang saham serta mengakomodasi berbagai pihak yang berkepentingan dengan perusahaan seperti kreditur, pemasok, asosiasi bisnis, konsumen, karyawan, pemerintah dan masyarakat luas. Menurut Ho dan Wong 2001, corporate governance dipandang sebagai cara yang efektif untuk menggambarkan hak dan tanggungjawab masing-masing kelompok stakeholder dalam sebuah perusahaan dimana transparansi merupakan indikator utama standar corporate governance dalam sebuah ekonomi. Corporate governance diperkenalkan untuk mengontrol masalah keagenan dan memastikan bahwa manajemen bertindak sesuai dengan harapan para commit to user pemegang saham. Selain itu, pengaruh dari corporate governance terhadap pengungkapan informasi sosial perusahaan dapat bersifat sebagai tambahan atau pengganti Ho dan Wong, 2001. Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance 2006, corporate governance memiliki asas-asas yang harus diterapkan pada setiap aspek bisnis dan di semua jajaran perusahaan yakni: 1. Transparansi transparency. Transparansi yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai perusahaan. Perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. 2. Akuntabilitas accountability. Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur, dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lain. 3. Responsibilitas responsibility. Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen. commit to user 4. Independensi independency. Untuk melancarkan pelaksanaan asas tata kelola perusahaan yang baik, perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain 5. Kesetaraan dan kewajaran fairness. Perusahaan harus memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lain berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan. Fairness juga mencakup adanya kejelasan hak-hak pemodal, sistem hukum dan penegakan peraturan untuk melindungi hak-hak investor, khususnya pemegang saham minoritas dari berbagai bentuk kecurangan Mintara, 2008 Dalam mekanisme corporate governance, sebuah perusahaan harus memiliki rapat umum pemegang saham RUPS, dewan komisaris, direksi dan komite audit yang masing-masing telah memliki tugas, fungsi, dan wewenang sebagaimana diatur dalam Pedoman Good Corporate Governance Indonesia tahun 2006. RUPS RUPS sebagai organ perusahaan merupakan wadah para pemegang saham untuk mengambil keputusan penting yang berkaitan dengan modal yang ditanam dalam perusahaan, dengan memperhatikan ketentuan anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan. Keputusan yang diambil dalam RUPS harus didasarkan pada kepentingan usaha perusahaan dalam jangka panjang. RUPS dan atau pemegang saham tidak dapat melakukan intervensi terhadap tugas, fungsi dan wewenang dewan komisaris dan direksi dengan tidak mengurangi wewenang commit to user RUPS untuk menjalankan haknya sesuai dengan anggaran dasar dan undang- undang, termasuk untuk melakukan penggantian atau pemberhentian anggota dewan komisaris dan atau direksi. Dewan Komisaris Komisaris dibentuk sebagai organ perseroan yang bertugas melakukan tugas mengawasi kebijaksanaan direksi dalam menjalankan perseroan dan memberikan nasihat kepada direksi dalam menjalankan kegiatan pengurusan Perseroan. Namun demikian, dewan komisaris tidak boleh turut serta dalam mengambil keputusan operasional. Kedudukan masing-masing anggota dewan komisaris termasuk komisaris utama adalah setara. Tugas komisaris utama sebagai primus inter pares adalah mengkoordinasikan kegiatan dewan komisaris. Fungsi dari dewan komisaris menurut Komite Nasional Kebijakan Governance 2006 adalah berikut : a. Melakukan pemberhentian dewan direksi secara sementara jika diperlukan. b. Menggantikan fungsi dewan direksi untuk sementara dalam situasi yang tidak biasa. c. Dewan komisaris dalam fungsinya sebagai pengawas, menyampaikan laporan pertanggungjawaban pengawasan atas pengelolaan perusahaan oleh direksi, dalam rangka memperoleh pembebasan dan pelunasan tanggung jawab acquit et decharge dari RUPS. d. Dalam melaksanakan tugasnya, dewan komisaris dapat membentuk komite. commit to user Peran penting dalam melaksanakan corporate governance berada pada dewan komisaris yang berfungsi sebagai pengawas aktivitas dan kinerja bank serta sebagai penasihat direksi dalam memastikan bahwa perusahaan melaksanakan corporate covernance yang baik Komite Nasional Kebijakan Governance, 2006. Dewan komisaris merupakan inti dari corporate governance yang ditugaskan untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan, serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas FCGI, 2001. Pada intinya, dewan komisaris merupakan suatu mekanisme pengawasan dan mekanisme untuk memberikan petunjuk dan arahan pada pengelola perusahaan. Menurut Herwidayatmo 2000, Indonesia menganut two tier boards system, artinya bahwa komposisi dewan pengurus perseroan terdiri dari fungsi eksekutif yaitu dewan direksi dan fungsi pengendalian yaitu dewan komisaris. Berdasarkan kerangka hukum yang ada, fungsi independent non-executive directors pada single-board system dapat direpresentasikan dengan fungsi dewan komisaris pada two tier board system. Oleh karena itu, sistem pengawasan yang ada pada perusahaan di Indonesia terletak pada dewan komisaris. Jumlah anggota dewan komisaris yang optimum akan lebih efektif daripada jumlah yang kecil Dalton et al, 1999. Hasil penelitian Abeysekera 2008 menyatakan bahwa corporate governance yang direpresentasikan dengan ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap intellectual capital disclosure. Jumlah dewan komisaris yang besar diharapkan memunculkan perpaduan skill commit to user antar anggotanya sehingga berpengaruh terhadap kualitas informasi yang disampaikan perusahaan termasuk juga berkaitan dengan voluntary risk. Dewan Direksi Direksi merupakan organ perseroan yang menjalankan tugas melaksanakan pengurusan perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan sebagai amanat dari pemegang saham yang ditetapkan dalam RUPS. Sebagai pemegang amanat dari pemegang saham, direksi harus bertanggungjawab penuh atas pengurusan Perseroan. Berdasarkan Komite Nasional Kebijakan Governance 2006, fungsi dewan direksi adalah sebagai berikut : a. Berkaitan dengan kepengurusan, seperti menyusun visi dan misi perusahaan, mengendalikan sumber daya, memperhatikan kepentingan yang wajar pada pemangku kepentingan, dsb. b. Berkaitan dengan manajemen risiko, seperti melaksanakan manajemen risiko yang ditetapkan perusahaan, melaksanakan pengambilan keputusan dengan hati-hati dan seksama, dsb. c. Berkaitan dengan pengendalian internal, seperti menyusun dan melaksanakan sistem pengendalian internal perusahaan yang handal. d. Berkaitan dengan komunikasi, seperti memastikan kelancaran komunikasi antara perusahaan dengan pemangku kepentingan dengan memberdayakan fungsi sekretaris perusahaan, dan menjamin kepatuhan terhadap peraturan perundangundangan dilakukan oleh sekretaris perusahaan. commit to user e. Berkaitan dengan tanggung jawab sosial, seperti memastikan dipenuhinya tanggung jawab sosial perusahaan, dan mempunyai perencanaan tertulis yang jelas dan fokus dalam melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan. Komite Audit Komponen penting lain yang mendukung terlaksananya corporate governance yang baik, yaitu komite audit FCGI, 2001. Sesuai dengan Keputusan Ketua BAPEPAM Nomor: kep. 29PM2004, komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan tugas pengawasan dan pengelolaan perusahaan. Komite audit dibentuk oleh komisaris dan bertanggungjawab kepada komisaris. Berdasarkan Komite Nasional Kebijakan Governance 2006, komite audit bertugas membantu dewan komisaris untuk memastikan bahwa: a. Laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, b. Struktur pengendalian internal perusahaan dilaksanakan dengan baik, c. Pelaksanaan audit internal maupun eksternal dilaksanakan sesuai dengan standar audit yang berlaku, d. Tindak lanjut temuan hasil audit dilaksanakan oleh manajemen. Adapun tugas komite audit adalah memberikan pendapat profesional yang independen kepada dewan komisaris terhadap laporan atau hal-hal yang disampaikan oleh direksi Herwidayatmo, 2000. Sedangkan menurut Abeysekera commit to user 2008 komite audit merupakan mekanisme untuk memastikan tidak ada tindakan manajemen yang merugikan stakeholder. Keanggotaan komite audit sekurang-kurangnya terdiri dari 3 tiga orang anggota, seorang diantaranya merupakan komisaris independen perusahaan yang sekaligus merangkap sebagai ketua komite audit, sedangkan anggota lainnya merupakan pihak ekstern yang independen. Syarat untuk menjadi anggota komite audit adalah independen atau tidak memiliki hubungan usaha maupun afiliasi dengan perusahaan, direktur, komisaris, maupun pemegang saham utama Herwidayatmo, 2000. Wallace and Zinkin 2005 dalam Yuan et. al 2009 menemukan bahwa peran komite audit akan lebih efektif ketika jumlah anggota komite audit kecil antara 3 – 6 anggota.

3. Kepemilikan Manajerial

Dokumen yang terkait

ANALISIS PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KUALITAS LABA (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI)

0 24 19

ANALISIS PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KUALITAS LABA (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI)

0 20 19

ANALISIS PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA KEUANGAN (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI)

0 15 20

Analisis Pengaruh Corporate Governance dan Karakteristik Perusahaan terhadap Pengungkapan Sukarela (Voluntary Disclosure) dalam Laporan Tahunan (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur Go Public yang Terdaftar di BEI Periode 2008-2011)

1 5 137

Pengaruh Kondisi Financial Distress, Corporate Governance dan Financial Leverage Terhadap Luas Voluntary Disclosure (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2011-2015)

1 17 96

CORPORATE GOVERNANCE, TAX DISCLOSURE DAN VOLUNTARY FINANCIAL DISCLOSURE (Studi Pada Perusahaan di Indonesia yang terdaftar di BEI 2009-2012).

1 3 16

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP VOLUNTARY DISCLOSURE (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2011).

0 0 18

Good corporate governance dan nilai perusahaan (studi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bei) AWAL

0 0 15

Good corporate governance dan nilai perusahaan (studi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bei) RINGKASAN Revisi

0 1 17

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP LUAS VOLUNTARY DISCLOSURE (Studi Empiris pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2011).

0 0 14