commit to user
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini merupakan uraian mengenai tinjauan pustaka dan kaitan corporate governance dengan voluntary disclosure, kerangka pemikiran, serta
pengembangan hipotesis dalam penelitian ini.
A. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka ini menerangkan literatur yang mendasari komponen maupun variabel penelitian.
1. Agency Theory
Agency Theory mendasarkan hubungan kontrak antar anggota-anggota dalam perusahaan, dimana principal dan agent sebagai pelaku utama Arifin,
2005. Principal merupakan pihak yang memberikan mandat kepada agent untuk bertindak atas nama principal, sedangkan agent merupakan pihak yang diberi
amanat oleh principal untuk menjalankan perusahaan. Agent berkewajiban untuk mempertanggungjawabkan apa yang telah diamanahkan oleh principal
kepadanya. Adanya pemisahan pemilik dan manajemen ini, dalam literatur
akuntansi disebut dengan agency theory Arifin, 2005.
Istanti 2009 mengungkapkan bahwa dalam agency theory, information gap terjadi pada berbagai perusahaan dikarenakan pihak manajer setiap hari
berinteraksi langsung dengan kegiatan perusahaan, sehingga pihak manajer sangat 13
commit to user
mengetahui kondisi dalam perusahaan dan mereka mempunyai informasi yang sangat lengkap mengenai perusahaan yang dikelolanya, sedangkan informasi
tersebut tidak dimiliki oleh pemilik perusahaan. Pemilik perusahaan hanya mengandalkan laporan yang diberikan oleh pihak manajemen karena pemilik
perusahaan tidak berinteraksi secara langsung pada kegiatan perusahaan. Dalam hal ini timbul asymmetric information karena manajer mempunyai informasi yang
tidak dimiliki oleh pemilik perusahaan. Akibat adanya informasi yang tidak seimbang asymmetric information
ini, dapat menimbulkan 2 dua permasalahan yang disebabkan adanya kesulitan prinsipal untuk memonitor dan melakukan kontrol terhadap tindakan-tindakan
agen. Jensen dan Meckling 1976 menyatakan permasahalan tersebut: 1.
Moral hazard yaitu permasalahan yang muncul jika agen tidak melaksanakan hal-hal yang disepakati bersama dalam kontrak kerja
2. Adverse selection yaitu suatu keadaan dimana prinsipal tidak dapat
mengetahui apakah suatu keputusan yang diambil oleh agen benar-benar didasarkan atas informasi yang telah diperoleh, atau terjadi sebagai
sebuah kelalaian. Lebih lanjut, dalam agency theory, baik prinsipal maupun agen, keduanya
mempunyai bargaining position. Prinsipal sebagai pemilik modal mempunyai hak akses pada informasi internal perusahaan, sedangkan agen yang menjalankan
operasional perusahaan mempunyai informasi tentang operasi dan kinerja perusahaan secara riil dan menyeluruh, namun agen tidak mempunyai wewenang
mutlak dalam pengambilan keputusan, apalagi keputusan yang bersifat strategis,
commit to user
jangka panjang, dan global. Hal ini disebabkan untuk keputusan-keputusan tersebut tetap menjadi wewenang dari prinsipal selaku pemilik perusahaan Arifin,
2005. Adanya perbedaan kepentingan dan akses terhadap informasi tersebut memungkinkan manajemen untuk melakukan tindakan-tindakan yang kurang
bermanfaat bagi perusahaan dan hanya menguntungkan diri sendiri, yang dapat menimbulkan agency problem dimana salah satu penyebabnya adalah asymmetric
information. Agency problem di atas menimbulkan biaya keagenan agency cost yang
menurut Jensen dan Meckling 1976 terdiri dari : a. The monitoring expenditures by the principle, biaya monitoring
dikeluarkan oleh prinsipal untuk memonitor perilaku agen, termasuk juga usaha untuk mengendalikan perilaku agen melalui budget restriction dan
compensation policies. b. The bonding expenditures by the agent, the bonding cost dikeluarkan oleh
agen untuk menjamin bahwa agen tidak akan menggunakan tindakan tertentu yang akan merugikan prinsipal dan akan diberi kompensasi jika
ia tidak mengambil banyak tindakan. c. The residual loss, yang merupakan penurunan tingkat kesejahteraan
wealth prinsipal maupun agen setelah adanya agency relationship. Oleh karena itu, perlu adanya pengawasan yang ketat serta perlu
diterapkannya corporate governance agar tidak lagi terdapat informasi asimetri yang dapat merugikan semua pihak.
commit to user
Corporate governance yang merupakan konsep yang didasarkan pada teori keagenan, diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan
kepada para investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah mereka investasikan. Konflik akan terjadi ketika agen yang sudah dipercaya
pemilik untuk mengelola hartanya, tidak menjalankan tugasnya sesuai kontrak kerja, yaitu untuk memakmurkan atau mengoptimalkan keuntungan pemilik,
namun justru agen tersebut mencari kemakmuran dan keuntungan sendiri, dan kadang tidak mau ambil risiko demi kemakmuran pemilik. Corporate governance
berkaitan dengan bagaimana para investor yakin bahwa manajer akan memberikan keuntungan bagi mereka, yakin bahwa manajer tidak akan mencurimenggelapkan
atau menginvestasikan ke dalam proyek-proyek yang tidak menguntungkan berkaitan dengan danakapital yang telah ditanamkan oleh investor, dan berkaitan
dengan bagaimana para investor mengontrol para manajer Shleifer dan Vishny, 1997 dalam Ujiyantho, 2009. Dengan kata lain, corporate governance
diharapkan dapat berfungsi untuk menekan atau menurunkan biaya keagenan agency cost.
2. Corporate Governance