commit to user
C. Kerangka Teoritis
Model penelitian ini hanya terdiri dari satu arah yaitu untuk menjelaskan pengaruh corporate governance yang direpresentasikan dengan kepemilikan
manajerial, kepemilikan institusional, tipe struktur kepemilikan, ukuran dewan komisaris, dan ukuran komite audit.
Kerangka mengenai hubungan antar masing-masing variabel dapat dilihat dalam gambar di bawah ini:
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar II.1
Skema konsep penelitian
D. Penelitian Terdahulu dan Pengembangan Hipotesis
Untuk membangun hipotesis, penulis menggunakan beberapa acuan dari penelitian terdahulu yang akan dijelaskan dalam bagian ini.
1. Pengaruh kepemilikan manajerial terhadap luas voluntary disclosure.
Jensen dan Meckling 1976 menyebutkan bahwa salah satu pilihan mekanisme pengendalian internal untuk menyamakan kepentingan pemegang
H
2
+
H
5
+ H
4
+ H
3
- H
1
- 1.
Kepemilikan Manajerial x
1
2.
Kepemilikan Institusional x
2
3.
Tipe Struktur Kepemilikan x
3
4.
Ukuran Dewan Komisaris x
4
5.
Ukuran Komite Audit x
5
Voluntary Disclosure Y
commit to user
saham dan manajer adalah kontrak insentif jangka panjang, yaitu dengan memberikan insentif pada manajer apabila nilai perusahaan atau kemakmuran
pemegang saham meningkat, salah satunya dengan cara memberi kepemilikan saham kepada manajer atau biasa kita sebut sebagai kepemilikan manajerial.
Kepemilikan manajerial memiliki hubungan negatif dengan luas voluntary disclosure. Ketika kepemilikan manajerial rendah, outsider shareholder akan
meningkatkan monitoring terhadap perilaku manajer untuk meyakinkan bahwa manajemen tidak bertindak opportunistic melainkan bertindak atas nama
pemegang saham. Monitoring oleh outsider shareholder akan semakin rendah ketika manajer lebih banyak mengungkapkan voluntary disclosure, karena
menurut Eng dan Mak 2003, voluntary disclosure dinilai mampu menggantikan monitoring oleh outsider shareholders karena dengan adanya voluntary disclosure
yang lebih luas telah mencukupi untuk dipakai oleh pengguna sebagai dasar pengambilan keputusan.
Baek et. al 2010 menemukan pengaruh negatif signifikan antara kepemilikan manajerial dengan luas voluntary disclosure. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ketika kepemilikan manajerial meningkat akan menyebabkan agency cost menurun, sehingga luas voluntary disclosure juga
menurun. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dikembangkan hipotesis: H
1
= kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap dengan luas voluntary disclosure
commit to user
2. Pengaruh kepemilikan institusional terhadap luas voluntary disclosure.
Tingkat kepemilikan institusional yang tinggi akan menimbulkan usaha pengawasan yang lebih besar oleh pihak investor institusional sehingga dapat
menghalangi perilaku opportunistic atau mementingkan diri sendiri manajer Djakman dan Novita, 2008. Hal ini berarti kepemilikan institusional dapat
menjadi pendorong perusahaan untuk melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial.
Summa dan Ben Ali 2006 dalam Waryanto 2010 menyebutkan bahwa investor institusional memiliki power and experience untuk bertanggung jawab
dalam menerapkan prinsip corporate governance untuk melindungi hak dan kepentingan seluruh pemegang saham sehingga mereka menuntut perusahaan
untuk melakukan komunikasi secara transparan. Hal tersebut berarti dengan kepemilikan institusional yang besar dapat mendorong untuk meningkatkan luas
voluntary disclosure perusahaan. Khodadadi et al 2010 menemukan bahwa kepemilikan institusional
berpengaruh positif terhadap luas voluntary disclosure dimana apabila persentase kepemilikan institusional bertambah, luas voluntary disclosure juga akan
bertambah. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dikembangkan hipotesis: H
2
= Kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap luas voluntary disclosure
3. Pengaruh tipe struktur kepemilikan terhadap luas voluntary disclosure.
Kepemilikan saham dikatakan terkonsentrasi jika sebagian besar saham dimiliki oleh sebagian kecil individu atau kelompok, sehingga pemegang saham
commit to user
tersebut memiliki jumlah saham yang relatif dominan dibandingkan dengan lainnya.
Yu Shao 2007 dalam Waryanto 2010 menyatakan adanya tipe struktur kepemilikan saham yang menyebar akan meningkatkan tindakan pengawasan
yang dilakukan shareholder sehingga perusahaan dituntut untuk meningkatkan luas voluntary disclosure perusahaan untuk memenuhi informasi yang dibutuhkan
oleh shareholder yang beragam dalam rangka monitoring. Achmad 2007 mengungkapkan bahwa dalam struktur kepemilikan
terkonsentrasi terdapat konflik potensial antara pemegang saham mayoritas controlling owners dengan pemegang saham minoritas minority shareholders.
Controlling owners memiliki dorongan untuk mencegah adanya voluntary disclosure yang lebih luas untuk memperoleh keuntungan pribadi sehingga
menghalangi monitoring oleh outside shareholders dalam hal ini pemegang saham minoritas. Hasil penelitian Achmad 2007 menyatakan bahwa luas
voluntary disclosure lebih rendah pada perusahaan dengan struktur mayoritas ownership. Dengan kata lain, terdapat pengaruh negatif signifikan antara tipe
struktur kepemilikan dengan luas voluntary disclosure. Berdasarkan uraian
tersebut, maka dapat dikembangkan hipotesis:
H
3
= tipe struktur kepemilikan berpengaruh negatif dengan luas voluntary disclosure
4. Pengaruh ukuran dewan komisaris terhadap luas voluntary disclosure.
Dewan komisaris merupakan inti dari corporate governance yang ditugaskan untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi
commit to user
manajemen dalam mengelola perusahaan, serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas FCGI, 2000. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Abeysekera
2008 jumlah dewan komisaris yang dinilai efektif berada pada rentang lebih dari 5 lima orang dan kurang dari 14 orang. Selain itu, jumlah dewan komisaris
sangat mempengaruhi aktivitas pengendalian dan pengawasan. Nasution dan Setiawan 2007 menyatakan secara umum dewan komisaris
ditugaskan dan diberi tanggung jawab atas pengawasan kualitas informasi yang terkandung dalam laporan keuangan. Aktifnya peran dewan komisaris dalam
melaksanakan tugasnya sangat tergantung pada lingkungan yang diciptakan oleh perusahaan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sembiring 2005 menunjukkan
bahwa ukuran dewan komisaris yang direpresentasikan dengan jumlah anggota dewan komisaris berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan. Ukuran dewan komisaris yang besar lebih efektif jika dibandingkan dengan ukuran dewan komisaris yang kecil Dalton et
al, 1999; Nasution dan Setiawan, 2007; dan Abeysekera, 2008. Oleh karena itu, jumlah dewan komisaris yang besar diharapkan dapat meningkatkan kualitas
pengungkapan informasi, termasuk voluntary disclosure. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dikembangkan hipotesis:
H
4
: Ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap luas voluntary disclosure.
5. Pengaruh ukuran komite audit terhadap luas voluntary disclosure.
Komite audit adalah salah satu komite yang menunjang dewan komisaris. Tanggung jawab komite audit adalah memilih auditor independen, mengawasi
commit to user
proses audit, dan meyakinkan integritas dari pelaporan keuangan. Hal ini berkaitan dengan adanya karakteristik umum yang melekat pada entitas bisnis
dimana pemusatan control atau pengendalian kepemilikan perusahaan hanya berada pada di tangan pihak tertentu atau segelintir pihak saja Nurlinda, 2011.
Nasution dan Setiawan 2007 menyatakan bahwa komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan tugas pengawasan
pengelolaan perusahaan. Keberadaan komite audit sangat penting bagi pengelolaan perusahaan.
Nasir dan Abdullah 2004 menyatakan bahwa keberadaan komite audit membantu menjamin pengungkapan dan sistem pengendalian berjalan dengan
baik. Dengan demikian, diharapkan dengan ukuran komite audit yang semakin besar, pengawasan yang dilakukan akan semakin baik dan kualitas pengungkapan
informasi yang dilakukan perusahaan semakin meningkat, termasuk voluntary disclosure. Berdasarkan paparan di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis dalam
penelitian ini, yaitu seperti berikut ini : H6: Ukuran komite audit berpengaruh positif terhadap luas voluntary
disclosure.
commit to user
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Setelah membahas landasan teori dan pengembangan hipotesis di Bab II, maka pada Bab III akan menjelaskan mengenai desain penelitian, populasi,
sampel dan teknik pengambilan sampel, data dan metode pengumpulan data, definisi operasional dan pengukuran variabel, dan metode analisis data yang
dilakukan dalam penelitian ini.
A. Desain Penelitian