commit to user
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Bab ini akan menjelaskan mengenai deskripsi data, pengujian hipotesis dan pembahasan hasil pengujian yang telah dilakukan selama penelitian dengan
bantuan program SPSS release 16.
A. Deskripsi Data
Analisis deskriptif data terdiri dari seleksi sampel dan statistik deskriptif
1. Seleksi Sampel
Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa annual report tahun 2008. Data ini diperoleh dari situs www.idx.co.id dan dari situs masing-masing
perusahaan sampel. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia BEI pada tahun 2008 yang berjumlah 149 perusahaan. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling.
perusahaan yang menjadi sampel adalah perusahaan yang memenuhi beberapa kriteria tertentu yang sudah dijelaskan lihat bab III, hal. 36. Berdasarkan teknik
pengambilan sampel tersebut, maka jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 51 perusahaan. Oleh karena itu, pengolahan dan pengujian
data dilakukan pada 51 perusahaan yang data dan informasinya lengkap lihat Lampiran II.
53
commit to user
Hasil seleksi sampel berdasarkan kriteria dirinci sebaga berikut: Tabel IV.1
Hasil seleksi sampel kriteria
No Kriteria Jumlah
1 Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada
tahun 2008 149
2 Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada
tahun 2008 dan menerbitkan annual report tetapi tidak tersedia baik pada www.idx.co.id maupun
website perusahaan
91 3
Perusahaan manufaktur tidak menggunakan mata uang rupiah
5 4
Perusahaan tidak memiliki data yang dibutuhkan peneliti 3
Jumlah sampel terseleksi 51
2. Statitsik Deskriptif
Analasis awal terhadap data penelitian berupa statistik deskriptif. Pada Tabel IV.2 di bawah ini dijelaskan statistik deskriptif dari variabel dependen
penelitian. Informasi mengenai statistik deskriptif tersebut meliputi: nilai minimum, maksimum, rerata mean, dan standar deviasi yang dihitung dengan
menggunakan alat bantu statistik SPSS release 16. Hasil dari perhitungan tersebut ditampilkan pada Tabel IV.2 berikut:
Tabel IV.2
Statistik Deskriptif Variabel Dependen Variabel Mean
Min Max
St. Deviasi
VDISC_pembobotan 0,474 0,205 0,738
0,115 VDISC_tanpa
pembobotan 0,464 0,188 0,719
0,122
commit to user
Luas voluntary disclosure sebagai variabel dependen dalam penelitian ini diperoleh dari penghitungan indeks disclosure berdasar annual report perusahaan
tahun 2008. Luas voluntary disclosure diperoleh dengan 2 metode yang berbeda, yakni model pertama tanpa pembobotan dan model kedua pembobotan. Oleh
karena itu, peneliti menampilkan dua output yang berbeda untuk setiap pengujian. Dari hasil statistik deskriptif di atas, dapat diketahui bahwa rerata
perusahaan mengungkapkan item voluntary disclosure adalah sebesar 46,400 untuk model tanpa pembobotan dan 47,400 untuk model pembobotan. Hasil
tersebut mengindikasikan bahwa luas voluntary disclosure pada perusahaan manufaktur tahun 2008 di Indonesia tergolong cukup tinggi, mengingat voluntary
disclosure bukan merupakan pengungkapan wajib yang diharuskan oleh PSAK. Berikut grafik rerata voluntary disclosure untuk masing-masing kategori:
Gambar IV.1 Grafik Voluntary Disclosure
commit to user
Gambar IV.1 menunjukkan grafik mengenai voluntary disclosure yang dilakukan oleh perusahaan manufaktur pada tahun 2008 dalam tingkat persentase.
Dari gambar tersebut dapat diketahui bahwa kategori II, information obout boards, merupakan kategori yang paling banyak diungkapkan oleh perusahaan.
Rerata luas pengungkapan kategori information about boards berkisar pada tingkat 99,000 yang berarti bahwa hampir semua perusahaan sampel melakukan
pengungkapan informasi tentang dewan komisaris dan dewan direksi perusahaan. Luas pengungkapan selanjutnya diikuti oleh kategori VIII, corporate governance
informations, dengan rerata tingkat pengungkapan sekitar 80,000 untuk masing- masing model. Voluntary disclosure dengan tingkat terendah ditempati oleh
kategori research and development, kategori product and service improvement dan kategori business prospect. Luas pengungkapan ketiga kategori tersebut
berada dibawah 25,000 bahkan untuk kategori research and development luas pengungkapan berkisar pada 15,000. Pengungkapan untuk ketiga kategori
tersebut dinilai sangat rendah dibandingkan dengan pengungkapan kategori lainnya. Padahal, dari segi nilai informasi, kategori research development,
product service information dan business prospect merupakan kategori yang informasinya lebih bermanfaat dalam pengambilan keputusan investasi oleh
investor. Voluntary disclosure model tanpa pembobotan dilakukan dengan membagi
jumlah item yang telah diterapkan perusahaan dengan total item yang telah ditentukan. Berdasarkan tabel IV.2 dapat diketahui bahwa nilai rerata luas
voluntary disclosure_tanpa pembobotan sebesar 46,400. Astra International Tbk
commit to user
dan Unilever Indonesia Tbk melakukan voluntary disclosure paling tinggi untuk tahun 2008, yaitu sebesar 71,900. Pengungkapan paling rendah dilakukan oleh
Colorpak Indonesia Tbk sebesar 18,800. Angka tersebut jauh dibawah rerata tingkat voluntary disclosure pada tahun 2008 sebesar 46,400.
Sedangkan luas voluntary disclosure model pembobotan memiliki nilai rerata sebesar 47,400. Tingkat pengungkapan paling tinggi menurut model ini
dilakukan oleh Unilever Indonesia Tbk dengan tingkat pengungkapan sebesar 73,800. Sebaliknya, tingkat pengungkapan paling rendah juga dilakukan oleh
Colorpak Indonesia Tbk dengan tingkat pengungkapan sebesar 20,500. Berdasarkan statistik deskriptif di atas, baik atas indeks disclosure model
pembobotan maupun indeks disclosure model tanpa pembobotan,
mengindikasikan bahwa perusahaan manufaktur di Indonesia semakin transparan dalam mengungkapkan informasinya, khususnya dalam hal voluntary disclosure.
Hal tersebut dapat dilihat melalui perbandingan nilai rerata luas voluntary disclosure antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya oleh Achmad
2007. Hasil penelitian Achmad 2007 menyatakan bahwa hanya terdapat 4 perusahaan dari 149 perusahaan sampel yang melakukan pengungkapan sukarela
dengan indeks 50,000. Bahkan sebagian besar perusahaan sampel yakni 55 perusahaan sampel hanya melakukan pengungkapan dengan indeks 11-20,000.
Untuk statistik deskriptif dari variabel independen penelitian akan dijelaskan pada Tabel IV.3 di bawah ini.
commit to user
Tabel IV.3 Statistik Deskriptif Variabel Independen
Variabel Min Max Mean Std.
Deviasi
KMAN 0,000 0,256
0,013 0,039
KINST 0,128
0,980 0,715
0,203 KTIPE
0,000 1,000
0,710 0,460
UKKOM 2,000 10,000
4,650 1,958
UKKA 2,000 5,000
3,080 0,392
Kepemilikan saham manajerial menunjukkan besarnya persentase kepemilikan saham oleh manajemen perusahaan yang berperan secara aktif dalam
pengambilan keputusan yaitu dewan komisaris dan direksi. Rerata persentase kepemilikan manajerial di Indonesia relatif kecil yaitu hanya sebesar 1,300.
Hanya ada satu perusahaan yang mempunyai jumlah kepemilikan manajerial paling besar, sebesar 25,600 dari total kepemilikan saham beredar perusahaan,
yaitu Lion Mesh Prima Tbk. Sedangkan perusahaan dengan jumlah kepemilikan manajerial terendah yakni 0,000 yang berarti bahwa perusahaan tidak memiliki
struktur kepemilikan manajerial sejumlah 25 perusahaan, dengan kata lain 49,019 perusahaan sampel tidak memiliki struktur kepemilikan manajerial.
Kepemilikan saham institusional menunjukkan besarnya persentase saham yang dimiliki oleh investor institusi di luar perusahaan dengan rata-rata sebesar
71,500. Hal ini berarti bahwa rerata porsi kepemilikan saham yang dimiliki oleh institusi lain dalam perusahaan adalah sebesar 71,500 dari seluruh saham yang
beredar. Menurut Kepmenkeu Nomor 179KMK.0102003 tentang kepemilikan saham dan permodalan perusahaan efek, benchmark kepemilikan institusional
paling rendah sekitar 25,000 dua puluh lima perseratus saham dari perusahaan. Dari 51 perusahaan sampel, hanya terdapat 2 perusahaan yang tidak mematuhi
peraturan tersebut yakni Inter Delta Tbk dengan kepemilikan institusional sebesar
commit to user
12,880 dan Metrodata Electronics Tbk sebesar 12,930. Untuk jumlah kepemilikan saham institusional terendah sebesar 12,880 dimiliki oleh Inter
Delta Tbk. Jumlah kepemilikan saham institusional terbanyak adalah 98,040 yang dimiliki oleh HM Sampoerna Tbk.
Tipe struktur kepemilikan diukur dengan menggunakan variabel dummy yang diperoleh sebagai berikut:
Tabel IV.4 Tipe Kepemilikan
Tipe Struktur Kepemilikan Jumlah Persentase
Terkonsentrasi 36 70,588
Menyebar 15 29,412
Tabel IV.4 menunjukkan bahwa sebagian besar perusahaan manufaktur di Indonesia memiliki struktur kepemilikan saham terkonsentrasi, yaitu sebanyak
70,588 atau 36 perusahaan sampel dan hanya 15 perusahaan atau 29,412 perusahaan yang memiliki struktur kepemilikan saham menyebar. Hasil tersebut
sejalan dengan hasil penelitian Achmad 2007 yang menyatakan bahwa 62 perusahaan manufaktur di Indonesia mempunyai tipe kepemilikan terkonsentrasi.
Penelitian Alijoyo et al 2004 dalam Achmad 2007 juga menemukan bahwa tingkat kepemilikan terkonsentrasi di Indonesia relatif tinggi, dimana 60,000
perusahaan sampel mengindikasikan adanya satu pemegang saham yang memiliki hak suara substansial dan kontrol atas perusahaan.
Abeysekera 2008 mengungkapkan bahwa jumlah dewan komisaris di Kenya dinilai efektif berada pada rentang lebih dari 5 lima orang dan kurang
dari 14 orang. Berdasarkan tabel IV.5, rerata jumlah dewan komisaris adalah 5 orang. Menurut Muntoro 2006, ukuran dewan komisaris yang efektif
commit to user
dipengaruhi oleh 1 ukuran dewan direksi, 2 jenis industri, 3 risiko yang dihadapi, dan 4 komite audit.
Jumlah dewan komisaris paling sedikit dimiliki oleh PT. Metrodata Electronics Tbk yang hanya memiliki dua anggota dewan komisaris. Hal tersebut
menunjukkan kurangnya pelaksanaan corporate governance pada PT. Metrodata Electronics pada tahun 2008. Hal ini memungkinkan lemahnya pengawasan
dewan komisaris terhadap manajemen sehingga berdampak pada rendahnya luas voluntary disclosurenya yaitu sebesar 34,400. Ada beberapa perusahaan yang
memiliki jumlah dewan komisaris yang paling banyak, sebanyak 10 orang, salah satunya yaitu PT. Astra Internasional Tbk dengan luas voluntary disclosure paling
tinggi yaitu 71, 900. Semakin besar ukuran dewan komisaris berarti semakin banyak pihak yang melakukan pengawasan terhadap perusahaan sehingga
monitoring yang dilakukan akan lebih efektif, termasuk dalam hal memberikan tekanan kepada manajemen agar mengungkapkan informasi lebih banyak
mengenai perusahaan. Untuk variabel terakhir yaitu ukuran komite audit mengacu pada jumlah
anggota komite audit yang dimiliki perusahaan. Jumlah komite audit paling sedikit adalah 2,00 orang yang dimiliki PT Merck Tbk. Sedangkan perusahaan
dengan jumlah komite audit terbanyak yaitu sebesar 5,00 dimiliki oleh PT Indofoo Sukses makmur Tbk. Nilai rata-rata mean dari ukuran komite audit untuk tahun
2008 adalah sebesar 3,080.
commit to user
B. Pengujian Hipotesis