Analisis rasio keuangan perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi dengan metode regresi logistik
ANALISIS RASIO KEUANGAN
PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN MERGER DAN AKUISISI DENGAN METODE REGRESI LOGISTIK
Skripsi
Oleh :
NURLIA ALDILARACHMA 104081002582
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
(2)
ANALISIS RASIO KEUANGAN
PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN MERGER DAN AKUISISI DENGAN METODE REGRESI LOGISTIK
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi Dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana
Ekonomi Oleh :
Nurlia Aldilarachma NIM: 104081002582
Di bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM Titi Dewi Warninda, SE, M.Si NIP: 150 317 955 NIP: 150 368 746
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
(3)
ANALISIS RASIO KEUANGAN
PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN MERGER DAN AKUISISI DENGAN METODE REGRESI LOGISTIK
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi Dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana
Ekonomi Oleh :
Nurlia Aldilarachma NIM: 104081002582 Di bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM Titi Dewi Warninda, SE, M.Si NIP: 150 317 955 NIP: 150 368 746
Penguji Ahli
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS NIP: 131 474 891
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
(4)
Hari ini Kamis Tanggal 07 Bulan Agustus Tahun Dua Ribu Delapan telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Nurlia Aldilarachma NIM: 104081002582 dengan judul Skripsi ”ANALISIS RASIO KEUANGAN PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN MERGER DAN AKUISISI DENGAN METODE REGRESI LOGISTIK”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 07 Agustus 2008
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM Indo Yama Nasarudin, SE, MAB Ketua Sekretaris
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS Penguji Ahli
(5)
Daftar Riwayat Hidup
PERSONAL
Nama Nurlia Aldilarachma
Alamat Komp. Puri Dewata Indah Blok. E3 No. 4
Cipondoh – Tangerang 15141 Tempat/Tanggal Lahir Jakarta, 19 November 1986
Agama Islam
Status Belum kawin
Phone 021-5540950 / 085691540095
Email aldilarachma@yahoo.com
PENDIDIKAN FORMAL
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta : 2004-2008
SMUN 2 Tangerang : 2001-2004
SLTPN 1 Tangeranag : 1998-2001
SDN Poris Plawad 3, Cipondoh - Tangerang TK. Tunas Cempaka Sari, Sukapura - Jakarta Utara
: :
1992-1998 1990-1992 PENGALAMAN ORGANISASI
Ketua Radio Sekolah SMUN 2 Tangerang
Staff Div. Keuangan Simpanan KOPMA UIN Jakarta Div. Keuangan Simpanan KOPMA UIN Jakarta
Ang. Div. Litbang BEM Fakultas Ekonomi UIN Jakarta Kabid. PSDA KOPMA UIN Jakarta
Pengawas PSDA KOPMA UIN Jakarta
: : : : : : 2003 2005 2006 2006 2007 2008 PENGALAMAN KERJA
Magang Pada Divisi Marketing and Promotion PT. Garuda Indonesia
(6)
ABSTRACK
The aim of this research is to examine corporate performance’s characteristic that executing merger and acquisition that’s figured by financial ratio. Liquidity ratio, activity ratio, leverage and profitabiity is the financial ratio which is used in this research (Payamta, 2004).
This research is using firm sample that executing merger and acquisition during 1999-2005 by purposive sampling method and firm that doesn’t execute merger and acquisition by matched pair method. Financial statement is got from IDX and the list of the firm that executing merger and acquisition is got from BAPEPAM.
The method that’s used to see the difference of corporate performance between before and after executing merger and acquisition is Wilcoxon Signed Rank Test, while to see the difference of corporate performance between the firm that executing merger and acquisition and the firm that doesn’t is using Mann-Whitney Test and Independent Test, and to examine financial ratio benefit hypothesis is using logistic regression method.
The result of this research show that there’s no significant difference of corporate performance between before and after merger and acquisition and between the firm that executing merger and acquisition and the firm that doesn’t, and the last this research find out that on the whole the characteristic of the firm that executing merger and acquisition can be measured by financial ratio. There’s no difference on ratio that is used between the firm that execuitng merger an acqusition and the firm that doesn’t.
Key word : Financial Ratio, Merger and Acquisition, Wilcoxon Singned Rank Test, Mann-Whitney Test, Independent Test, Logistic Regression.
(7)
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji karateristik kinerja perusahaan yang diproksikan dengan rasio keuangan pada perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi. Rasio keuangan yang digunakan dalam peneitian ini adalah rasio keungan yang digunakan oleh Payamta (2004) meliputi rasio likuiditas, aktivitas, leverage dan profitabiltas.
Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi pada periode 1999-2005 dengan metode purposive sampling dan perusahaan yang tidak melakukan merger dan akuisisi dengan metode matched pair. Data yang digunakan adalah laporan keuangan perusahaan yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia, sedangkan daftar perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi diperoleh dari Badan Pengawas Pasar Modal.
Metode yang digunakan untuk melihat perbedaan antara sebelum dan sesudah perusahaan tersebut melakukan merger dan akuisisi adalah Uji Wilcoxon Signed Rank Test, sedangkan untuk melihat perbedaan antara perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi dengan perusahaan yang tidak melakukan merger dan akusisi adalah Uji Mann-Whitney Test dan Uji Independent Test, dan untuk menguji hipotesis manfaat rasio keuangan dalam memprediksi kinerja perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi digunakan metode regresi logistik.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada kinerja perusahaan sebelum dan sesudah merger dan akuisisi, selain itu penelitian ini juga menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada kinerja perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi dengan perusahaan yang tidak melakukan merger dan akuisisi, begitu pula dengan penelitian yang menggunakan metode regresi logistik bahwa secara keseluruhan karateristik perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi dapat diukur dengan menggunakan rasio keuangan. Rasio-rasio yang digunakan antara perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi dengan perusahaan yang tidak melakukan merger dan akuisisi tidak menunjukkan adanya perbedaan.
Kata Kunci : Rasio Keuangan, Merger dan Akusisi, Uji Wilcoxon Signed Rank Test, Uji Mann-Whitney Test, Uji Independent Test, Regresi Logistik.
(8)
KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr.Wb
Segala puji hanya milik Allah dan kepada-Nyalah tempat memohon pertolongan serta ampunan. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan kecuali Allah yang tiada sekutu-Nya dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan rasulnya. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah padanya dan keluarganya, sahabatnya juga kepada para pengikutnya yang baik hingga akhir kelak.
Dipenghujung sapa ini, dilembar yang berharga ini dengan segala kerendahan hati dan kebesaran jiwa, izinkan saya selaku penulis mengucapkan terima kasih kepada orang-orang yang Allah anugrahkan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terwujud dan terselesaikan :
1. Kedua orang tua ku, Ayahanda Ali Mahmudi, SE dan Ibunda Nurbaety tercinta yang telah memberikan segala dorongan mental, Spiritual, perhatian dan kasih sayang serta tak pernah putus mendoakan ananda dalam menggapai cita dan kebahagiaan. Kedua adikku tersayang Billy Yanuardi dan Nurma Gusnita yang telah memberikan semangat dan dorongannya.
2. Bapak Prof. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial yang baru semoga dapat membuat fakultas ini menjadi jauh lebih berkembang daripada saat ini.
3. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM selaku ketua jurusan manajemen dan selaku pembimbing 1 dan Ibu Titi Dewi Warninda, SE, M.Si selaku pembimbing 2, yang telah meluangkan waktu dan memberikan ilmunya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Para dosen penguji kompre Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM, Bapak Prof. Abdul Hamid, MS dan Bapak Indo Yama Nasarudin SE, MAB, yang telah memberikan kemudahan dan kelancaran selama ujian.
5. Seluruh dosen FEIS yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang luas kepada penulis selama perkuliahan.
6. Seseorang yang spesial dihati hingga saat ini ”ApR!@n5yAh RaHmAn”. Makacih yach buat smuanya yang dah kamu kasih ke aku slama ini... ^_^
(9)
7. Santi, Titi, Novi, Tiar, Reni, Harni, Citra, Lista, Niar, Nanin, Prita, Lilik, Syarifah, Chika, Rahman, Dodo, Dede, Didi, Fauzi, Wildan, Deden, Yayan, Yunus, Fadli, Caesar n khususnya Vandy,, Makacih yach buat semangat, perhatian, bantuan dan doa nya selama ini dan selama gw nyusun skripsi ini.. Gw ceneng banget bisa kenal n jadi teman lo’ smua,,keep contact yach friend...
8. Semua teman-teman ku tersayang di Kost LCW n’ LCI (Suliz, As3, Hon2, Sancil, Desi, Vea, Elin, Emma, Osa, Selly, Hilda, Ulfah, Endah, Biah n K’Uus ), Mnj Keu B’07 dan KOPMA UIN ’04-’08 (Miftah, Hendro, Ceu2, Tia, Siti, Mira, Anton, Hadi, K’Windy, K’Fahru, K’Agus n temen2 kopma yg lain, maaf y g bs ditulis smua) yang telah memberikan warna dalam hidup ku hingga saat ini, semoga pertemanan ini tidak akan pernah berakhir...
9. Terakhir, buat yang selalu menanyakan ”gimana skripsinya?” dan selalu mendoakan ”semoga cepet lulus!”, terima kasih ya...
Akhir kata, mohon maaf kepada seluruh pembaca bila penulisan skripsi ini jauh dari rasa memuaskan. Namun, penulis dengan segala keterbatasan hanya bisa berharap mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya. Amin...
Wassalamualaikum Wr.Wb
Jakarta, Desember 2008
(10)
DAFTAR ISI
Daftar Riwayat Hidup ... i
Abstrack ... ii
Abstrak ... iii
Kata Pengantar ... iv
Daftar Isi ... vi
Daftar Tabel ... viii
Daftar Gambar ... ix
Daftar Lampiran ... x
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan Masalah ... 10
C. Perumusan Masalah ... 10
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 11
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 13
A. Gambaran Umum Penggabungan Usaha ... 13
B. Merger ... 14
C. Akuisisi ... 17
D. Teknik Pengambilalihan ... 18
E. Alasan yang Melatarbelakangi Merger dan Akuisisi ... 19
F. Faktor yang Mempengaruhi Merger dan Akuisisi ... 21
G. Analisis Kinerja Keuangan ... 23
H. Penelitian Terdahulu ... 29
I. Kerangka Pemikiran ... 33
J. Perumusan Hipotesis Penelitian ... 38
BAB III. METODELOGI PENELITIAN ... 39
A. Ruang Lingkup Penelitian ... 39
B. Metode Penentuan Sampel ... 39
C. Metode Pengumpulan Data ... 43
D. Metode Analisis Data ... 43
E. Operasional Variabel Penelitian ... 56
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 63
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 63
B. Sejarah Merger dan Akuisisi ... 65
C. Analisis Statistik Deskriptif ... 66
D. Analisis Hipotesis Pertama ... 73
E. Analisis Hipotesis Kedua ... 80
(11)
BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 95
A. Kesimpulan ... 95
B. Implikasi ... 96
C. Keterbatasan dan Saran Penelitian ... 97
DAFTAR PUSTAKA ... 99 LAMPIRAN
(12)
DAFTAR TABEL
No. TABEL HALAMAN
3.1 Proses pemilihan sampel ... 41
3.2 Perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi ... 42
3.3 Perusahaan yang tidak melakukan merger dan akuisisi ... 42
4.1 Deskripsi data sampel penelitian sebelum dan sesudah perusahaan melakukan merger dan akuisisi ... 67
4.2 Deskripsi data sampel penelitian perusahaan yang melakukan dan tidak melakukan merger dan akuisisi ... 70
4.3 Hasil Uji Wilcoxon Signed Rank Test untuk 1 tahun sebelum dan 1 tahun sesudah merger dan akuisisi ... 75
4.4 Hasil Uji Wilcoxon Signed Rank Test untuk 1 tahun sebelum dan 2 tahun sesudah merger dan akuisisi ... 76
4.5 Hasil Uji Wilcoxon Signed Rank Test untuk 2 tahun sebelum dan 1 tahun sesudah merger dan akuisisi ... 78
4.6 Hasil Uji Wilcoxon Signed Rank Test untuk 2 tahun sebelum dan 2 tahun sesudah merger dan akuisisi ... 79
4.7 Hasil Uji Normalitas One Sample Kolmogorov-Semirnov Test ... 82
4.8 Hasil Uji Mann-whitney Test ... 84
4.9 Hasil Uji Independent Sample Test ... 84
4.10 Hasil Uji Hipotesis 2 ... 85
(13)
DAFTAR GAMBAR
NO. GAMBAR HALAMAN
2.1 Kerangka pemikiran hipotesis 1 ... 36 2.2 Kerangkan pemikiran hipotesis 2 dan hipotesis 3 ... 37
(14)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Perusahaan yang Melakukan Merger dan Akuisisi Lampiran 2 : Peruhasaan yang Tidak Melakukan Merger dan Akuisisi Lampiran 3 : Daftar Rasio Keuangan Sebelum dan Sesudah Merger dan
Akuisisi
Lampiran 4 : Daftar Rasio Keuangan yang Melakukan dan Tidak Melakukan Merger dan Akuisisi
Lampiran 5 : Hasil SPSS Uji Wilcoxon Signed Rank Test
Lampiran 6 : Hasil SPSS Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Lampiran 7 : Hasil SPSS Uji Independent Sample Test Lampiran 8 : Hasil SPSS Uji Mann-Whitney Test
Lampiran 9 : Hasil SPSS Uji Regresi Logistik Backward Stepwise Lampiran 10 : Hasil SPSS Uji Regresi Logistik Enter
(15)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Memasuki era pasar bebas, persaingan usaha antar perusahaan-perusahaan yang ada semakin ketat. Kondisi demikian menuntut perusahaan untuk selalu mengembangkan strategi perusahaan agar dapat bertahan atau bahkan berkembang lebih besar. Perusahaan dituntut untuk dapat memanfatkan sumber daya yang tersedia seefektif dan seefisien mungkin agar dapat mempertahankan ekssistensi dan meningkatkan kinerja perusahaannya di dalam persaingan usaha yang semakin ketat itu. Seiring dengan derasnya derap globalisasi saat ini, dimana aktivitas ekonomi tidak hanya terbatas pada lingkungan domestik tetapi juga lingkungan internasional. Gejolak ekonomi yang selalu mengalami perubahan telah mempengaruhi kegiatan dan kinerja perusahaan, baik perusahaan besar maupun perusahaan kecil.
Persaingan lingkungan bisnis yang semakin kompetitif membuat perusahaan saling bersaing untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan perusahaannya, dan hanya perusahaan yang memiliki keunggulan bersainglah (Competitive Advantage) yang bisa bertahan. Agar perusahaan dapat berhasil dan sukses menghadapi persaingan maka perusahaan harus memiliki strategi yang tepat dan menguntungkan. Salah satu usaha untuk menjadi perusahaan-perusahaan yang besar dan kuat dapat melalui ekspansi. Ekspansi perusahaan ada dua macam internal dan eksternal. Ekspansi internal
(16)
yaitu dengan menambah kapasitas pabrik, menambah unit produksi, menambah divisi baru ataupun terjadi pada saat divisi-divisi yang ada dalam perusahaan tumbuh secara normal melalui kegiatan capital budgeting. Sedangkan ekspansi eksternal yaitu dengan mengembangkan perusahaan yang telah ada ataupun membeli perusahaan yang telah ada.
Alasan perusahaan melakukan merger dan akuisisi adalah untuk memperoleh sinergi, strategic opportunities, meningkatkan efektifitas dan mengeksploitasi mispricing di pasar modal (Foster, 1994 dalam Payamta, 2004). Pada umumnya tujuan dilakukannya merger dan akuisisi adalah mendapatkan sinergi atau nilai tambah. Keputusan untuk merger dan akuisisi bukan sekedar menjadikan dua ditambah dua menjadi empat tetapi merger dan akuisisi harus menjadikan dua ditambah dua menjad lima. Nilai tambah yang dimaksud tersebut lebih bersifat jangka panjang dibanding nilai tambah yang hanya bersifat sementara saja. Oleh karena itu, ada tidaknya sinergi suatu merger dan akuisisi tidak bisa dilihat beberapa saat setelah merger dan akuisisi terjadi, tetapi diperlukan waktu yang relatif panjang. Sinergi yang terjadi sebagai akibat penggabungan usaha bisa berupa turunnya biaya rata-rata per unit karena naiknya skala ekonomis, maupun sinergi keuangan yang berupa kenaikan modal.
Keputusan merger dan akuisisi selain membawa manfaat juga tidak terlepas dari permasalahan (Suta, 1992 dalam Payamta, 2004), diantaranya biaya untuk melaksanakan merger dan akuisisi sangat mahal, dan hasilnya pun belum pasti sesuai dengan yang diharapkan. Disamping itu, pelaksanaan
(17)
akuisisi juga dapat memberikan pengaruh negatif terhadap posisi keuangan dari acquiring company apabila stukturisasi dari akuisisi melibatkan cara pembayaran dengan kas dan melalui pinjaman. Permasalahan yang lain adalah kemungkinan adanya corporate culture, sehingga berpengaruh pada sumber daya manusia yang akan dipekerjakan. Jemison dan Sitkin dalam Aminul Amin (2000) mengungkapkan bahwa kinerja merger dan akuisisi yang mengecewakan muncul dari tidak adanya perhatian yang cukup sebelum merger dan akuisisi terhadap masalah perencanaan integrasi pasca merger dan akuisisi karena tekanan untuk deal secepatnya. Selain itu sering kali perusahaan pengakuisisi tidak cukup tahu tentang potensi perusahaan yang dibeli (acquiring firm).
Penggabungan usaha dapat dilakukan dengan berbagai cara yang didasarkan pada pertimbangan hukum, perpajakan atau alasan lainnya. Di Indonesia didorong oleh semakin besarnya pasar modal, transaksi merger dan akuisisi semakin banyak dilakukan. Di Indonesia isu merger dan akuisisi hangat dibicarakan baik oleh para pengamat ekonomi, ilmuan, maupun praktisi bisnis sejak tahun 1990-an. Pada periode 1989-1992 saja telah terjadi 32 kasus merger dan akuisisi terhadap 79 perusahaan (Santoso, 1992) dalam Payamta (2004). Pada dasarnya merger dan akuisisi merupakan upaya restrukturisasi perusahaan serta dimaksudkan untuk memperoleh manfaat dan sinergi dalam permodalan, manajemen, teknologi, sumber-sumber daya, dan diversifikasi usaha.
(18)
Lebih lanjut Kwik Kian Gie (1992:13) dalam Payamta (2000) mengemukakan bahwa manfaat merger dan akuisisi adalah komplementaris, pooling kekuatan, mengurangi persaingan dan menyelamatkan perusahaan dari kebangkrutan. Strategi merger dan akuisisi dipandang sebagai salah satu alternatif yang dapat memacu pertumbuhan bisnis perusahaan / kelompok usaha secara signifikan, alasan lain yang paling sering dikemukakan disini adalah bahwa merger dan akuisisi lebih efisien dibandingkan harus membangun unit bisnis sendiri.
Penelitian mengenai merjer dan akuisisi di Indonesia pertama kali dilakukan oleh Alimin yang meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi merger di Indonesia (1993:28), yaitu: peningkatan skala ekonomi, pengamanan bahan baku, perluasan pasar, penghematan pajak, pemanfaatan kapasitas hutang, peningkatan laba dan pengurangan persaingan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa semua faktor tersebut signifikan kecuali faktor pengamanan bahan baku dan pemanfaatan kapasitas hutang. Penelitian lain yang dilakukan di Indonesia antara lain oleh Sutrisno (1998) yang didukung oleh pendapat Gurendrawati dan Sudibyo (1999) dalam Windarti (2002) dengan menghitung rata-rata volume perdagangan saham pada perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi menggunakan metode purchase dan pooling of interest. Yuyatmoko dan Na’im (2000) dalam Windarti (2002) melakukan studi tentang pengaruh akuisisi terhadap perubahan return saham dan kinerja perusahaan publik. Payamta (2001) dalam Windarti (2002) melakukan penelitian terhadap harga saham sebelum dan
(19)
sesudah melakukan merger dan akuisisi. Kustiawan (2001) dalam Windarti (2002) meneliti tentang pengaruh metode pembayaran dalam bentuk kas dan saham terhadap abnormal return perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi.
Selain itu banyak penelitian telah dilakukan untuk menginvestasikan pengaruh merger terhadap kinerja perusahaan, namun hasilnya tidak selalu konsisten. Caves (1989) dalam Payamta (2004) menemukan bahwa merger dan takeover berpengaruh positif terhadap efisiensi ekonomi, karena adanya sinergi dan perubahan terhadap kontrol perusahaan dan pangsa pasarnya. Penelitian Caves (1989) dalam Payamta (2004) dikonfirmasi oleh Berkowitch dan Narayanan (1993), Eun, Kolodny dan Scheraga (1996) dan Zhang (1998) yang juga menunjukkan merger dan akuisisi berpengaruh positif terhadap shareholder perusahaan bidder dan target. Yudyatmoko dan Na’im (2000) dalam Payamta (2004) menunjukkan merger dan akuisisi tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
Untuk menilai bagaimana keberhasilan merger dan akuisisi yang dilakukan, kita dapat melihatnya dari kinerja perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi, terutama kinerja keuangan. Beberapa penelitian mengenai pengaruh merger dan akuisisi terhadap kinerja keuangan di Indonesia diantaranya adalah Payamta dan Setiawan (2004) yang meneliti kinerja keuangan perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi dari rasio-rasio keuangan dan return saham di sekitar peristiwa terjadi. Hasil penelitiannya menunjukkan rasio-rasio keuangan dua tahun sebelum dan sesudah peristiwa
(20)
merger dan akuisisi tidak mengalami perubahan yang signifikan. Sedangkan abnormal return saham sebelum pengumuman merger dan akuisisi positif, namun setelah pengumuman merger dan akuisisi justru negatif. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Widjanarko (2006) yang menunjukkan tidak ada perubahan yang signifikan dari kinerja keuangan perusahaan yang diproksikan dari rasio-rasio keuangan dua tahun sebelum dan sesudah merger dan akuisisi.
Informasi tentang posisi keuangan perusahaan, kinerja perusahaan, aliran kas perusahaan dan informasi lainya yang berkaitan dengan laporan keuangan dapat diperoleh dari laporan keuangan perusahaan dengan melakukan analisis laporan keuangan yang meliputi perhitungan dan interpretasi rasio keuangan (Zainudin dan Hartono, 1999) dalam Windarti (2002). Mahfoedz (1994) dalam Windarti (2002) menyatakan bahwa di Indonesia rasio keuangan bermanfaat untuk mengevaluasi kinerja perusahaan yang diatur oleh pemerintah, dan dari sudut pandang eksternal rasio keuangan digunakan untuk memutuskan apakah membeli saham perusahaan, memberikan pinjaman berupa kas atau untuk memprediksi keuangan perusahaan dimasa yang akan datang.
Rasio keuangan yang digunakan dalam pengukuran kinerja secara umum terbagi dalam empat kategori yaitu: (1) rasio likuiditas, (2) rasio aktivitas, (3) rasio leverage dan (4) rasio profitabilitas. Rasio likuiditas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan dalam menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. Pada kinerja perusahaan yang melakukan akuisisi diharapkan bahwa pada posisi likuiditas mempunyai
(21)
dampak marginal yang positif (Theodossiou, 1996) dalam Windarti (2002) artinya bahwa pada perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi diharapkan dapat memenuhi kewajiban jangka pendek. Palepu (1986) dalam Windarti (2002) memperoleh hasil yang sebaliknya, dengan menggunakan model logit rasio likuiditas menunjukkan hasil yang negatif dan tidak signifikan. Sebaliknya Sorensen (2000) dalam Windarti (2002) menguji antara persahaan yang melakukan merger, perusahaan target dan perusahaan non merger menunjukkan rasio likuiditas yang positif tetapi tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan dari ketiganya. Payamta (2001) melakukan pengujian dengan menggunakan rasio likuiditas yang berupa current ratio dan quick ratio pada perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi, hasilnya menunjukkan bahwa current ratio satu tahun sesudah melakukan merjer dan akuisisi hasilnya berbeda dengan current ratio satu tahun sebelumnya.
Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana efektivitas penggunaan aktiva dengan melihat tingkat aktivitas aktiva tersebut. Rasio aktivitas sering diproksikan dengan turnover ratio. Rasio ini menunjukkan hasil yang positif pada perusahaan yang melakukan akuisisi (Theodossiou et.al, 1996) dalam Windarti (2002) artinya bahwa perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi akan lebih efektif dalam memanfaatkan aktiva tetapnya. Hasil penelitian Sorensen (2000) dalam Windarti (2002) juga menunjukkan hubungan yang positif antara perusahaan pengakuisisi, perusahaan target dan perusahaan yang tidak melakukan merger tetapi tidak signifikan. Penelitian yang dilakukan Payamta (2001) pada perusahaan
(22)
sebelum dan sesudah melakukan merger dan akuisisi menunjukkan rasio total asset turnover dan fixed asset turnover memberikan indikasi berbeda tetapi sifatnya hanya temporer dan tidak konsisten, karena pada pengujian selanjutnya dengan menggunakan uji manova hasilnya tidak signifikan.
Rasio leverage menggambarkan sruktur modal perusahaan yang berhubungan dengan gabungan antara debt-equity, dimana perusahaan yang menggunakan utang adalah perusahaan yang mempunyai financial leverage. Semakin besar proporsi hutang yang dipergunakan oleh perusaahan akan semakin tinggi beban tetapnya. Financial leverage diharapkan mempunyai dampak marginal uang negatif pada perusahaan yang melakukan akuisisi, karena perusahaan pengakuisisi dengan tingkat leverage yang tinggi akan meningkatkan debt ratio perusahaan pengakuisisi melebihi struktur modal optimal yang dihasilkan pada saat nilai pasar menurun (Theodossiou et.al, 1996) dalam Windarti (2002). Penelitian Sorensen (2000) dalam Windarti (2002) juga menunjukkan hasil yang positif signifikan, dan meningkatnya leverage dihubungkan dengan tingginya kinerja abnormal setelah melakukan merger dan financial leverage antara perusahaan yang melakukan merger berbeda dengan perusahaan yang tidak melakukan merger. Penelitian yang dilakukan di Indonesia berkaitan dengan financial leverage antara lain dilakukan oleh Yudyamoko dan Na’im (2000) dalam Windarti (2002) menguji resiko perusahaan (leverage) berpengaruh negatif pada perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi.
(23)
Rasio profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa efektif perusahaan beroperasi sehingga menghasilkan laba (keuntungan). Semakin tinggi tingkat laba yang dihasilkan maka semakin tinggi rasio profitabilitas. Menurut foster (1986) dalam Windarti (2002) ada tiga rasio yang diilustrasikan dalam rasio profitabilitas yaitu profit margin, return on equity (ROE), return on asset / investment (ROA/ROE). ROE merupakan proksi dari kinerja manajerial. Rasio ini diharapkan mempunyai hubungan yang positif pada perusahaan yang melakukan akuisisi artinya bahwa rasio net income to fixed assets semakin tinggi maka pada perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi akan mendapakan laba yang lebih tinggi (Theodossiou et.al, 1996) dalam Windarti (2002), hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Sorensen (2000). Hasil penelitian Payamta (2001) menunjukkan bahwa ROI dan ROE memberikan indikasi yang berbeda untuk tahun sebelum dan sesudah melakukan merger dan akuisisi, namun perbedaan tersebut sifatnya hanya temporer dan tidak signifikan.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penelitian ini akan menganalisis kinerja perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi yang diproksikan dengan empat rasio keuangan yang digunakan oleh Payamta (2004) yaitu rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio leverage dan rasio profitabilitas. Sebagai pembanding terhadap kinerja perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi maka dalam penelitian ini akan digunakan sampel pembanding yaitu perusahaan yang tidak melakukan merger dan akuisisi.
(24)
B. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini diberikan pembatasan masalah dengan maksud agar hasil yang dicapai akan memberikan pemahaman yang sesuai dengan tujuan penelitian. Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Penggabungan perusahaan dalam penelitian ini terbatas pada penggabungan usaha jenis merger dan akuisisi.
2. Ukuran kinerja keuangan perusahaan publik digambarkan oleh Current Ratio (CR), Quick Ratio (QR), Fixed Asset Turn Over (FATO), Total Asset Turn Over (TATO), Debt to Total Asset Ratio (DTAR), Debt to Equity Ratio (DTER), Operating Profit Margin (OPM), Net Profit Margin (NPM), Return On Investment (ROI), dan Return On Equity (ROE).
3. Perusahaan-perusahaan yang dijadikan objek dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan publik dan melakukan merger dan akusisi pada periode 1999-2005 dan perusahaan yang tidak melakukan merger dan akuisisi sebagai perusahaan pembanding.
4. Data keuangan yang digunakan adalah dua dan satu tahun sebelum dan satu dan dua tahun sesudah aktivitas merger dan akuisisi.
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, maka penelitian ini bermaksud menguji kembali dengan menggunakan sampel pembanding dan melakukan perbandingan antara perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi dengan perusahaan yang tidak melakukan merger dan
(25)
akuisisi. Dan berdasarkan latar belakang tersebut, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah terdapat perbedaan kinerja perusahaan antara sebelum melakukan merger dan akuisisi dengan sesudah melakukan merger dan akuisisi? (Uji Beda)
2. Apakah terdapat perbedaan kinerja perusahaan antara perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi dengan perusahaan yang tidak melakukan merger dan akuisisi? (Uji Beda)
3. Apakah kinerja perusahaan yang diproksikan dengan rasio keuangan (rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio leverage, dan rasio profitabilitas) memberikan indikasi yang berbeda antara perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi dengan perusahaan yang tidak melakukan merger dan akuisisi? (Regresi Logistik)
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian a. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kinerja perusahaan antara sebelum melakukan merger dan akuisisi dengan sesudah melakukan merger dan akuisisi
2. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kinerja perusahaan antara perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi dengan perusahaan yang tidak melakukan merger dan akuisisi
(26)
3. Untuk mengetahui apakah kinerja keuangan perusahaan yang diproksikan dengan rasio keuangan (rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio leverage, dan rasio profitabilitas) memberikan indikasi yang berbeda antara perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi dengan perusahaan yang tidak melakukan merger dan akuisisi.
b. Manfaat Penelitian 1. Bagi Perusahaan
Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan yang akan melakukan merger dan akuisisi. Perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi akan menjadi lebih diuntungkan, dirugikan atau tidak terpengaruh sama sekali kinerjanya.
2. Bagi Penulis
Dapat mengaplikasikan ilmu ekonomi khususnya dalam bidang manajemen keuangan dan pasar modal yang telah diperoleh selama perkuliahan dalam menganalisis perusahaan publik yang melakukan merger dan akuisisi.
3. Bagi Akademik
Memberikan sedikit kontribusi keilmuan yang diharapkan mampu memberikan manfaatnya didalam dunia pendidikan atau akademis maupun dalam dunia praktisi.
4. Bagi Masyarakat / Calon Investor
Dapat membantu para pengambil keputusan perusahaan publik yang melakukan merger dan akuisisi dalam melakukan analisisnya.
(27)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Gambaran Umum Penggabungan Usaha a. Pengertian Penggabungan Usaha
Penggabungan usaha merupakan salah satu strategi untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan mengembangkan perusahaan. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK No. 22 Tahun 2004), penggabungan usaha merupakan suatu bentuk penyatuan dua atau lebih perusahaan yang terpisah menjadi satu entitas ekonomi karena suatu perusahaan menyatu dengan perusahaan lain ataupun memperoleh kendali atas aktiva dan operasi perusahaan lain.
Penggabungan usaha dapat dilakukan dengan berbagai cara yang didasarkan pada pertimbangan hukum, perpajakan, atau alasan lainnya. Penggabungan usaha dapat berupa pembelian saham suatu perusahaan oleh perusahaan lain atau pembelian aktiva neto suatu perusahaan. (Gie, 1992 dalam Payamta, 2004), menyatakan bahwa praktik bisnis modern istilah merger dan akuisisi sering digunakan untuk saling menggantikan. Menurut Haderi Yunus dan Hernanto (2000:224) dalam Siti Maryam (2007) menjelaskan tentang pengertian penggabungan usaha adalah usaha untuk menggabungkan suatu perusahaan dengan satu atau lebih perusahaan lain ke dalam satu kesatuan ekonomis.
(28)
b. Bentuk – Bentuk Penggabungan Usaha
Menurut Beams (1998:3) dalam Siti Maryam (2007), penggabungan usaha dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1. Merger
Merger adalah penggabungan dua atau lebih perusahaan yang kemudian hanya ada satu perusahaan yang tetap hidup sebagai badan hukum, sementara yang lainya menghentikan aktivitasnya atau bubar.
2. Akuisisi
Akuisisi adalah pengambil-alihan kepemilikan atau pengendalian atas saham atau aset perusahaan lain, dan dalam peristiwa ini baik perusahaan pengambil-alih atau yang diambil-alih tetap eksis sebagai badan hukum yang terpisah.
3. Konsolidasi
Konsolidasi adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh dua perusahaan atau lebih untuk meleburkan diri dengan cara membentuk satu perseroan baru dan masing-masing perseroan yang meleburkan diri menjadi bubar.
B. Merger
a. Pengertian Merger
Merger adalah penggabungan dari dua atau lebih perusahaan menjadi satu kesatuan yang terpadu. Perusahaan yang dominan dibanding dengan perusahaan yang lain akan tetap mempertahankan identitasnya, sedangkan yang lemah akan mengaburkan identitas yang dimilikinya.
(29)
Menurut Zaki Baridwan (1992) dalam Siti Maryam (2007) mendefinisikan merger secara lebih terperinci, yaitu “terjadi bila suatu perusahaan mengeluarkan saham untuk ditukarkan dengan seluruh saham biasa perusahaan lainya. Pemegang saham perusahaan yang mengambil-alih dan perusahaan yang diambil-alih tidak lagi merupakan perusahaan yang berdiri sendiri, tetapi menjadi bagian dari perusahaan yang mengambil-alih”. Menurut Payamta (2001:243) dalam Siti Maryam (2007) definisi merger adalah “merger merupakan penggabungan dua atau lebih perusahaan dimana satu perusahaan tetap hidup sedangkan perusahaan yang lainya dilikuidasi. Harta dan kewajiban perusahaan yang dilikuidasi diambil-alih oleh perusahaan yang masih berdiri dan meneruskan usahanya. Perusahaan yang terus hidup tersebut harus berbentuk perseroan terbatas.
Menurut Abdul Muin (2003:5) dalam Firman (2006) mengumumkan pengertian merger adalah penggabungan dua atau lebih perusahaan yang kemudian hanya ada satu perusahaan yang tetap hidup sebagai badan hukum, sementara yang lainya menghentikan aktivitasnya atau bubar.
Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 27 Tahun 1998 tentang Penggabungan, Peleburan dan Pengambil-alihan Perseroan Terbatas mendefinisikan merger adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu perseroan atau lebih untuk menggabngkan diri dengan perseroan lain yang telah ada dan selanjutnya perseroan yang menggabungkan diri menjadi bubar.
(30)
b. Jenis-jenis Merger 1. Merger Vertikal
Perusahaan masih dalam satu industri tetapi beda level atau tingkat operasional atau kombinasi suatu perusahaan dengan retailer maupun supliernya. Tujuan perusahaan untuk memiliki sebagian atau seluruh saham perusahaan retailer dan suplier adalah untuk mengamankan posisi perusahaan. Contoh : Restoran cepat saji menggabungkan diri dengan perusahaan peternakan ayam
2. Merger Horizontal
Perusahaan dalam satu industri membeli perusahaan di level operasi atau bisnis yang sama. Contoh : pabrik komputer gabung dengan pabrik komputer atau bank merger dengan bank.
3. Merger Konglomerasi
Merger antara perusahaan-perusahaan yang bisnisnya tidak berhubungan atau tidak ada hubungan. Bertujuan untuk meningkatkan profit perusahaan dari berbagai sumber atau unit bisnis. Contoh : perusahaan pengobatan alternatif bergabung dengan perusahaan operator telepon seluler nirkabel atau perusahan rokok mengakuisisi perusahan susu. Dari segi divesifikasi, merger konglomerasi ini yang paling memberikan keuntungan pengurangan risiko bisnis.
(31)
C. Akuisisi
Akuisisi adalah pembelian suatu perusahaan oleh perusahaan lain atau oleh kelompok investor. Akuisisi sering digunakan untuk menjaga ketersediaan pasokan bahan baku atau jaminan produk akan diserap oleh pasar. Contoh : Aqua diakuisisi oleh Danone, Pizza Hut oleh Coca-Cola, dan lain-lain.
Menurut Abdul Muin (2003:8) dalam Firman (2006) akuisisi diartikan sebagai pengambil-alihan kepemilikan atau pengendalian atas saham atau aset suatu perusahaan oleh perusahaan lain, dan dalam peristiwa ini baik perusahaan pengambil-alihan atau yang diambil-alih tetap eksis sebagai badan hukum yang terpisah.
Menurut Zaki Baridwan (1992) dalam Siti Maryam (2007) akuisisi adalah “bila suatu perusahaan dapat membeli sebagian saham perusahaan lain, bila saham yang dibeli lebih dari 50% saham biasa, maka perusahaan yang sahamnya dibeli disebut dengan anak perusahaan, dan hubungannya disebut afiliasi”.
Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Rebuplik Indonesia No. 27 Tahun 1998 tentang penggabungan, peleburan dan pengambil-alihan perseroan terbatas mendefinisikan akuisisi adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh badan hukum atau orang perseorangan untuk mengambil-alih baik seluruh atau sebagian besar saham perseroan yang dapat mengakibatkan beralihnya pengendalian terhadap perseroan tersebut.
(32)
D. Teknik Pengambilalihan
Sebuah merger dan akuisisi dapat terjadi melalui salah satu dari beberapa cara. Proses itu biasanya berawal ketika sebuah perusahaan mengumumkan ingin membeli perusahaan lain pada suatu harga tertentu. Setelah melalui berbagai negosiasi, pemilik atau dewan direksi perusahaan kedua setuju menjualnya dan perusahaan tersebut dengan segera diambil alih oleh pemiliknya. Terkadang, suatu perusahaan sadar bahwa perusahaanya kemungkinan besar merupakan target pengambil-alihan dan tidak dapat mencegah hak tersebut. Oleh karenanya, perusahaan tersebut mencari pembeli yang diinginkannya dan sebagai hasilnya minta untuk dibeli. Pada kedua skenario tersebut, akuisisi disebut sebagai pengambil-alihan bersahabat (Friendly Take Over) karena perusahaan yang dibeli menyambut baik merger tersebut.
Namun demikian, kadangkala perusahaan target menolak diambilalih oleh pihak lain dalam kasus seperti itu, sebuah perusahaan berkeinginan untuk tetap independen atau mungkin menyatakan bahwa tawaran pembeli terlalu rendah atau pembeli potensial tidak sesuai dengan perusahaan itu. Namun, calon pembeli mungkin akan bertahan. Calon pembeli, sebagai contoh, kemungkinan menawarkan untuk membeli saham perusahaan target di pasar terbuka, biasanya pada harga premium. Jika dapat mencapai kuantitas saham yang cukup, maka calon pembeli tersebut akan memperoleh kontrol atas perusahaan target walaupun ada penolakan dari manajemen perusahaan target.
(33)
Dalam hal itu, akuisisi tersebut disebut sebagai penambil-alihan tidak sehat (Hostile Take Over).
E. Alasan yang Melatarbelakangi Merger dan Akuisisi
Terdapat banyak alasan yang melatar belakangi perusahaan melakukan kegiatan merger dan akuisisi, antara lain:
1. Sinergi
a. Operating Economies terjadi dari ”economies of scale” pada manajemen, pemasaran, produksi atau distribusi. Economies Of Scale menyebabkan biaya-biaya yang ditanggung per unit produk dapat diturunkan.
b. Financial Economies termasuk biaya transaksi keuangan yang lebih rendah, posisi keuangan yang lebih kuat dan rating yang lebih baik dari para analisis sekuritas.
c. Differential Efficiency adalah kondisi dimana manajemen di satu perusahaan tidak efisien, bila manajemen diganti setelah merger, perusahaan ini akan memiliki kinerja yang lebih baik.
d. Increased Market Power adalah meningkatnya kekuatan pasar suatu perusahaan setelah merger karena berkurangnya persaingan (jumlah perusahaan sejenis).
2. Pertimbangan Pajak
Perusahaan yang memiliki laba besar (sehingga harus membayar pajak yang besar pula) dapat melakukan merger atau mengambil-alih perusahaan
(34)
lain yang memiliki penghasilan sebelum pajak yang negatif (rugi). Tujuannya adalah untuk dapat segera memanfaatkan kerugian tersebut untuk mengurangi pajak penghasilan. Misalnya, perusahaan A memiliki EBT (earnings before tax) Rp. 1 milyar. Perusahaan B dapat membawa kerugian tersebut untuk mengurangi pajak penghasilan (bila EBT positif) di tahun-tahun mendatang (hingga lima tahun kedepan). Bila perusahaan A mengakuisisi B, perusahaan A dapat langsung menikmati efek pengurangan pajak (tax saving) ini karena EBT perusahaan A setelah merger atau akuisisi akan menjadi 0 (dari RP. 1 milayar – Rp. 1 milyar).
3. Membeli aktiva dibawah biaya penggantian (replacement cost)
Misalnya, bila kita yakin bahwa membeli suatu unsur pengeboran minyak yang mudah beroperasi lebih murah daripada melakukan pengeboran (membangun) dari awal, kita akan melakukan akuisisi.
4. Diversifikasi
Dengan merger diharapkan penghasilan perusahaan menjadi lebih stabil. Ingat bahwa diversifikasi membawa efek pengurangan resiko bisnis atau pengurangan fluktuasi keuntungan. Keuntungan ini lebih nyata dinikmati oleh karyawan, suplier maupun pelanggan perusahaan. Bagi pemegang saham? Untuk perusahaan publik, keuntungan masih dipertanyakan karena pemegang saham secara pribadi dapat melakukan diversifikasi secara mudah yaitu dengan menjual sebagian sahamnya dan membeli saham-saham perusahaan lain di pasar modal. Berkurangnya
(35)
fluktuasi penghasilan juga akan menguntungkan pemegang obligasi karena resiko bahwa pokok pinjaman dan bunga tidak terbayar menjadi lebih kecil. 5. Insetif pribadi manajemen perusahaan
Tidak jarang suatu merger terjadi karena lebih didorong oeh keinginan pribadi manajemen perusahaan untuk memdapat keuntungan bagi mereka sendiri. Seperti diketahui, setelah merger perusahaan akan menjadi lebih besar, sehingga manajemen dapat memperoleh kompensasi dan kekuasaan yang lebih besar. Selain itu, perusahaan menjadi lebih sulit untuk diambil-alih perusahaan lain karena ukurannya membesar (dibutuhkan dana yang lebih banyak untuk melakukan itu). Pada dasarnya tidak ada seorang manajer perusahaan yang mengharapkan perusahaannya diambil-alih karena ia dapat kehilangan pekerjaannya atau minimal berkurang kekuasaannya.
F. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Merger dan Akuisisi
Hamid (1998) dalam Ida (2006) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perusahaan melakukan merger dan akuisisi umumnya dipengaruhi oleh motif ekonomis, strategis, politis atau prestis.
1. Motif Ekonomis
Motif Ekonomis adalah perusahaan melakukan merger dan akuisisi untuk mendapatkan keuntungan ekonomis (jangka pendek maupun jangka panjang) dalam bentuk rendahnya bahan baku (menekan biaya per unit
(36)
produk), mutu bahan baku terjamin (mempertahankan kualitas produk), memperoleh berbagai sinergi bagi perusahaan sejenis, dan lain-lain.
2. Motif Srategis
Motif Srategis adalah perusahaan melakukan merger dan akuisisi untuk mendapatkan posisi srategis (dalam pengertian luas). Misalnya, untuk mendapatkan pasar srategis dilakukan dengan mengambil-alih perusahaan yang mempunyai lokasi srategis, baik srategis bahan baku maupun konsumen dan sebagainya.
3. Motif Politis
Motif Politis adalah penggabungan usaha perusahaan dilakukan karena adanya muatan politis di dalamnya, baik politis perusahaan maupun politis negara. Misalnya akuisitor melakukan akuisisi dengan perusahaan target untuk mendapatkan legalitas, sehingga perusahaan tersebut dapat dikendalikan sebagai suatu kesatuan dengan badan usaha akuisitor. Politis negara misalnya perusahaan melakukan merger dan akuisisi atas kehendak undang-undang yang tujuannya untuk kepentingan orang banyak atau disebut dengan statutory merger.
4. Motif Prestis
Motif Prestis adalah perusahaan melakukan merger dan akuisisi untuk perusahaan target semata-mata hanya berdasarkan prestis yang dapat menunjukkan kepada siapa saja bahwa perusahaan akuisitor memang ”bonafit” dan dapat ”dipercaya”. Tujuan akhirnya adalah dapat mengakses kebutuhan dana dari pihak luar yang sewaktu-waktu diperlukan.
(37)
Faktor-faktor lain perusahaan melakukan merger dan akuisisi adalah : 1. Sinergi adalah kemampuan lebih (nilai tambah) perusahaan gabungan, 2. Tambahan modal kerja, biasanya yang sifatnya jangka pendek,
3. Meningkatkan penjualan seperti, pengambil-alihan perusahaan target yang memproduksi produk sejenis atau berlainan atau mengambil-alih perusahaan target yang bergerak dalam bidang pendistribusian produk, 4. Memungkinkan perluasaan pinjaman,
5. Memperoleh keunggulan manajemen profesional,
6. Mendapatkan kompetisi yang lebih efektif dan mengurangi kompetisi, 7. Meningkatkan efisiansi, seperti murahnya bahan baku, proses produksi,
pendistribusian, dan lain-lain,
8. Mengurangi risiko dibandingkan dengan memasuki industri baru,
9. Pemanfaatan kapasitas hutang yaitu perusahaan target dapat memenuhi keterbatasan hutang pihak akuisitor,
10.Memecah-mecah resiko. Dengan penggabungan aset risiko bisnis menjadi tersebar kebeberapa pemegang saham yang melakukan penggabungan.
G. Analisis Kinerja Keuangan. a. Pengertian Kinerja Keuangan.
Pengertian kinerja berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001). Kinerja diartikan sebagai “sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan, kemampuan kerja (tentang peralatan). Berdasarkan pengertian tersebut kinerja keuangan didefinisikan sebagai prestasi
(38)
manajemen, dalam hal ini manajemen keuangan dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu menghasilkan keuntungan dan meningkatkan nilai perusahaan. Analisis kinerja keuangan dalam penelitian ini bertujuan untuk menilai implementasi strategi perusahaan dalam hal merger dan akuisisi.
b. Metode Analisis Kinerja Keuangan dengan Rasio Keuangan.
Analisis rasio keuangan merupakan metode umum yang digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan di bidang keuangan. Rasio merupakan alat yang memperbandingkan suatu hal dengan hal lainnya sehingga dapat menunjukkan hubungan atau korelasi dari suatu laporan finansial berupa neraca dan laporan laba rugi. Adapun jenis rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1) Rasio Likuiditas.
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial yang jatuh tempo dalam jangka pendek. Ukuran likuiditas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
a. Current Ratio.
Current Ratio dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Rasio ini menunjukkan besarnya aktiva yang diharapkan akan dikonversi menjadi kas dalam jangka pendek untuk menutup kewajiban lancar. Rasio yang rendah menunjukkan kurangnya modal untuk membayar hutang. Namun rasio yang tinggi tidak selalu berarti perusahaan sedang dalam keadaan yang baik. Hal
(39)
tersebut dapat berarti bahwa kas tidak digunakan sebaik mungkin. Perhitungan Current Ratio dapat dirumuskan sebagai berikut:
Current Asset Current Ratio =
Current Liabilities b. Quick Ratio.
Quick ratio dihitung dengan mengurang persediaan dari aktiva lancar dan sisanya dibagi dengan kewajiban lancar. Persediaan dihilangkan karena dianggap aktiva yang sulit dikonversi menjadi kas dengan cepat. Perhitungan quick ratio dapat dirumuskan sebagai berikut:
Current Asset - Inventory Quick Ratio =
Current Liabilities 2) Rasio Aktivitas.
Rasio aktivitas dihitung dari perbandingan antara tingkat penjualan dengan berbagai elemen aktiva. Rasio ini mengukur seberapa efektif perusahaan mengelola aktivanya. Rasio aktivitas yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
a. Fixed Asset Turn Over.
Fixed Asset Turn Over mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan aktiva tetapnya. Semakin rendah fixed asset turn over, berarti penggunaan aktiva tetapnya semakin kurang efisien. Untuk mengukur besarnya fixed asset turn over dihitung dengan rumus sebagai berikut:
(40)
Sales Fixed Asset Turn Over =
Net fixed asset b. Total Asset Turn Over.
Total asset turn over mengukur perputaran semua aktiva. Dengan kata lain, rasio ini mengukur efektifitas perusahaan dalam penggunaan total aktiva. Semakin tinggi rasio berarti semakin baik manajemen dalam mengelola aktivanya, sedangkan semakin rendah rasio menunjukkan buruknya kinerja manajemen dalam mengelola aktivanya. Untuk menghitung total asset turn over digunakan rumus sebagai berikut:
Sales Total Asset Turn Over =
Total asset 3) Rasio Leverage.
Rasio leverage dihitung dari perbandingan hutang dengan total aktiva dan modal sendiri perusahaan. Rasio ini menyangkut jaminan, yang mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar hutang bila pada suatu saat perusahaan dilikuidasi atau dibubarkan. Dengan kata lain rasio ini mengukur seberapa besar perusahaan menggunakan dana dari pihak luar atau kreditor.
a. Debt to Total Asset Ratio.
Debt to Total Asset Ratio mengukur seberapa besar seluruh hutang dijamin oleh seluruh aktiva perusahaan. Kreditur lebih menyukai rasio yang rendah karena semakin rendah rasio ini, maka
(41)
semakin besar perlindungan terhadap kerugian kreditur dalam peristiwa likuidasi. Namun, di sisi lain pemilik saham lebih menyukai rasio yang tinggi karena dapat meningkatkan laba yang diharapkan. Untuk mengukur besarnya debt to total asset dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Total liabilities Debt to Total Asset Ratio =
Total asset b. Debt to Total Equity Ratio.
Rasio ini merupakan perbandingan antara hutang dengan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini berarti modal sendiri semakin sedikit dibanding dengan hutangnya. Bagi perusahaan ukuran hutang sebaiknya tidak melebihi dari modal sendiri karena resiko menjadi tinggi apabila terjadi likuidasi dan perusahaan akan kesulitan untuk membayar hutang. Perhitungan debt to equity ratio dapat dirumuskan sebagai berikut:
Total liabilities Debt to Total Eequity Ratio ' =
Owner s equity
4) Rasio Profitabilitas.
Rasio profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Rasio ini membantu perusahaan dalam mengontrol penerimaannya rasio-rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
(42)
a. Operating Profit Margin.
Operating profit margin mengukur berapa laba usaha yang dihasilkan dari penjualan atau pendapatan. Semakin rendah rasio ini, semakin kurang baik karena biaya-biaya operasi naik. Kemungkinan hal ini terjadi karena ada pemborosan. Perhitungan operating profit margin dapat dirumuskan sebagai berikut:
Operating profit Operating Profit Margin =
Sales
b. Net Profit Margin.
Net profit margin mengukur seberapa banyak laba bersih setelah pajak dan bunga yang dapat dihasilkan dari penjualan atau pendapatan. Rasio yang rendah bisa disebabkan karena penjualan turun lebih besar dari turunnya ongkos, dan sebaliknya. Setiap perusahaan berkepentingan terhadap profit margin yang tinggi. Untuk menghitung net profit margin digunakan rumus sebagai berikut:
Net profit Net Profit Margin =
Sales c. Return On Investment.
Return On Investment mengukur keuntungan yang dihasilkan dari seluruh aktiva yang dimiliki perusahaan. Rasio yang rendah menunjukkan kinerja yang buruk atas pemanfaatan aktiva yang buruk oleh manajemen, sedangkan rasio tinggi menunjukkan kinerja atas
(43)
penggunaan aktiva yang baik. Untuk menghitung Return On Investment digunakan rumus sebagai berikut:
Net profit Return On Investment =
Total asset d. Return On Equity.
Return On Equity mengukur seberapa banyak laba bersih yang dapat dihasilkan dari investasi para pemegang saham dalam perusahaan. Rasio yang rendah dapat diartikan bahwa manajemen kurang efisien dalam penggunaan modal, sedangkan rasio yang tinggi dapat menunjukkan bahwa sebagian besar modal diperoleh dari pinjaman atau manajemen sangat efisien. Untuk menghitung Return OnEquity digunakan rumus sebagai berikut;
Net profit Return On Equity =
Owner s equity
H. Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai merjer dan akuisisi di Indonesia pertama kali dilakukan oleh Alimin yang meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi merger di Indonesia (1993:28), yaitu: peningkatan skala ekonomi, pengamanan bahan baku, perluasan pasar, penghematan pajak, pemanfaatan kapasitas hutang, peningkatan laba dan pengurangan persaingan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa semua faktor tersebut signifikan kecuali faktor sebelum merger perusahaan target dan hasil operasinya setelah merger.
(44)
Ravenscraft dan Scherer (1998:101-116) dalam Payamta (2004) melakukan penelitian terhadap profitabilitas. Penelitian yang dilakukan Ravenscraft dan Scherer ini dilakukan terhadap perusahaan manufaktur di Amerika Serikat yang melakukan aktivitas merger dan akuisisi selama periode 1975-1977. Hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian mereka ada dua, yaitu bahwa perusahaan target tidak mendapatkan laba dan bahwa merger memperbaiki profitabilitas secara rata-rata. Profitabilitas sebelum merger diukur dengan rasio laba operasi (sebelum bunga dan pajak serta biaya luar usaha) terhadap aset pada akhir periode. Sedangkan profitabilitas setelah merger diukur dengan tiga rasio, yaitu: 1. Laba operasi / aset pada akhir tahun, 2. Rasio laba operasi / penjualan, dan 3. Rasio arus kas / penjualan. Hasil penelitian mereka menunjukkan hipotesis pertama tidak dapat dibuktikan kerena ketiadaan dukungan statistik, sedangkan pada hipotesis kedua disimpulkan tidak terdapat kenaikan yang signifikan terhadap profitabilitas setelah merger. Bahkan tujuh atau delapan tahun setelah merger, profitabilitas perusahaan target menurun tajam bila dibandingkan dengan profitabilitas sebelum merger.
Analisa yang dilakukan oleh Kanto Santoso (1992:1-19) terhadap aktivitas merger dan akuisisi PT. Indocement Tunggal Perkasa, jika dilihat dari kriteria hasil investasi yang diharapkan oleh pemodal yang bijaksana, kinerja, emiten dan pemilik perusahaan hasilnya adalah tidak menguntungkan. Hal ini dilihat dari laba bersih, laba per saham, harga saham, kapitalisasi pasar
(45)
pasca akuisisi lebih kecil atau menurun bila dibandingkan dengan tanpa akuisisi.
Widjanarko (2006) meneliti perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi pada tahun 1998-2002. Hasilnya menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan pada kinerja keuangan berdasarkan rasio profitabilitas dan leverage. Penelitian ini menyimpulkan penyebab kemungkinan tidak signifikan karena cara merger dan akuisisi dan pemilihan perusahaan target yang salah.
Palepu (1986) dalam Windarti (2002) melakukan studi dengan menggunakan analisis klasifikasi dengan memfokuskan hubungan antara karaterstik keuangan perusahaan dan akuisisi yang dimungkinkan pada periode tersebut. Penelitian ini melakukan modifikasi metodologi untuk mengatasi beberapa kelemahan pada penelitian sebelumnya yaitu menggunakan estimasi model binomial logit. Hasilnya menunjukkan bahwa perusahaan target dikarateristikkan dengan pertumbuhan yang rendah dan leverage yang rendah, sedangkan rasio likuiditas tidak ditemukan adanya perbedaan yang signifikan antara perusahaan target dan non target. ROE sebagai proksi dari manajemen yang efisien adalah tidak signifikan.
Penelitian Theoudossiou et.al (1996) dalam Windarti (2002) mempunyai tujuan utama untuk menguji kembali faktor ekonomi yang mempengaruhi keputusan keuangan perusahaan pengakuisisi dan perusahaan yang menjelang bangkrut di U.S. Hasil penelitiannya mengindikasikan bahwa rasio turnover, activity dan liquidity secara positif dihubungkan dengan perusahaan yang
(46)
melakukan akuisisi. Sedangkan insider control dan financial leverage secara negatif dihubungkan dengan perusahaan yang melakukan akuisisi.
Sorensen (2000) dalam Windarti (2002) berusaha untuk mengidentifikasi motif merger dengan menguji karateristik keuangan perusahaan yang melakukan merger pada tahun 1990-an. Hasilnya menunjukkan bahwa perusahaan pengakuisisi biasanya sukses mengembangkan bisnisnya dengan akuisisi eksternal.
Windarti (2002) melakukan pengujian terhadap perusahaan sebelum dan sesudah melakukan merger dan akuisisi menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pada rasio pertumbuhan, berarti ada perbedaan kinerja perusahaan antara sebelum dan sesudah perusahaan melakukan merger dan akuisisi. Selain itu pengujian yang menggunakan sampel kontrol yaitu perusahaan yang tidak melakukan merger dan akuisisi dibandingkan dengan perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi. Hasil keseluruhan tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi dengan perusahan yang tidak melakukan merger dan akuisisi. Dan pengujian terakhir untuk melihat pengaruh kinerja perusahaan pada perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi dengan kinerja perusahaan yang tidak melakukan merger dan akuisisi, secara keseluruhan juga tidak menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan.
(47)
I. Kerangka Pemikiran
Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat apakah terdapat perbedaan kinerja perusahaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah perusahaan tersebut melakukan merger dan akuisisi. Penelitian ini juga menganalisis apakah terdapat perbedaan kinerja perusahaan yang signifikan antara perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi dengan perusahaan yang tidak melakukan merger dan akuisisi. Dan penelitian ini juga untuk melihat apakah kinerja perusahaan yang diproksikan dengan rasio-rasio keuangan memberikan indikasi yang berbeda antara perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi dengan perusahaan yang tidak melakukan merger dan akuisisi.
Untuk melihat perbedaan yang signifikan antara kinerja perusahaan sebelum melakukan merger dan akuisis dengan sesudah melakukan merger dan akuisisi pada hipotesis pertama (H1) dalam penelitian ini digunakan Uji Wilcoxon Signed Rank Test, pengujian ini digunakan untuk menguji dua sampel yang berhubungan antara sebelum dan sesudah merger dan akuisisi. Jika probabilitas > 0,05 maka berarti tidak ada perbedaan, dan sebaliknya jika probabilitas < 0,05 berarti ada perbedaan antara dua sampel tersebut. Pengujian hipotesis pertama dalam penelitian ini menggunakan uji statistik non parametrik. Menurut Manurung (1996) dalam Payamta (2004) data yang ada di Bursa Efek Indonesia tidak menceminkan data yang terdistribusi secara normal, sehingga dengan metode statistik non parametrik lebih sesuai dalam melakukan penelitian yang menggunakan data BEI.
(48)
Untuk melihat perbedaan yang signifikan antara kinerja perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi dengan yang tidak melakukan merger dan akuisisi dalam penelitian ini sebelumnya perlu dilakukan uji normalitas untuk mengetahui metode statistik yang akan digunakan, jika data berdistribusi normal maka uji statistik parametrik yang akan digunakan dan sebaliknya jika data berdistribusi tidak normal maka uji non parametrik yang akan digunakan. Pengujian normalitas dilakukan dengan menggunakan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test dengan melihat tingkat signifikansi 5%. Dasar pengambilan keputusan dari uji normalitas ini adalah dengan melihat probabilitas asymp. Sig (2-tailed), jika probabilitas asymp. Sig (2-tailed) > 0,05 maka data mempunyai distribusi normal dan sebaliknya jika < 0,05 maka data mempunyai distribusi yang tidak normal. Selanjutnya hipotesis kedua (H2) ini akan diuji menggunakan Uji Independent Sample Test jika data berdistribusi normal dan Uji Mann-Whitney Test jika data berdistribusi tidak normal, pengujian ini digunakan untuk menguji dua sampel yang tidak berhubungan (independent) antara perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi dengan perusahaan yang tidak melakukan merger dan akuisisi. Jika probabilitas > 0,05 maka berarti tidak ada perbedaan, dan sebaliknya jika probabilitas < 0,05 berarti ada perbedaan antara dua sampel tersebut.
Selain itu pada hipotesis ketiga (H3) dalam penelitian ini menggunakan regresi logistik untuk menguji pengaruh rasio keuangan secara keseluruhan terhadap perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi. Uji regresi logistik digunakan karena pada pengujian ini memiliki variabel dependen yang
(49)
menggunakan dummy dan memiliki variabel independen yang diukur dengan skala rasio (Windarti, 2002). Sebelum melakukan uji regresi logistik terlebih dahulu akan dilakukan pengujian dengan menggunakan metode backward stepwise (conditional) dan metode enter dalam regresi logistik, pada tahap ini akan dilakukan pembuangan terhadap variabel yang paling tidak signifikan sampai diperoleh regresi yang paling baik (Puspita 2002) dalam Windarti (2002).
Untuk memperjelas jalannya penelitian ini, maka penulis membuat kerangka pemikiran sebagai berikut :
(50)
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran Hipotesis 1
Laporan Keuangan Sesudah Merger dan Akuisisi
Profitabilitas Bursa Efek Indonesia
Rasio Keuangan Laporan Keuangan
Sebelum Merger dan Akuisisi
Leverage Likuiditas Aktivitas
Uji Wilcoxon Signed Ranks Test
(51)
Gambar 2.2
Kerangka Pemikiran Hipotesis 2 dan Hipotesis 3 Bursa Efek Indonesia
Rasio Keuangan
Likuiditas Aktivitas Leverage Profitabilitas
Regresi Logistik
Interpretasi Uji Normalitas
Mann-Whitney Test Independent
Sample Test
Interpretasi Laporan Keuangan
Perusahaan yang Melakukan Merger dan Akuisisi
Laporan Keuangan Perusahaan yang Tidak Malakukan Merger dan
(52)
J. Perumusan Hipotesis Penelitian
Perumusan hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : H1 : Tingkat kinerja perusahaan pada masa sesudah merger dan akuisisi
berbeda dengan kinerja perusahaan pada masa sebelum merger dan akuisisi.
H2 : Tingkat kinerja perusahaan pada perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi berbeda dengan kinerja perusahaan pada perusahaan yang tidak melakukan merger dan akuisisi.
H3 : Tingkat rasio keuangan (rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio leverage, dan rasio profitabilitas) antara perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi berbeda dengan perusahaan yang tidak melakukan merger dan akuisisi.
(53)
BAB III
METODELOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian bersifat studi kasus dengan cara mengumpulkan, mempelajari, menganalisis dan mengintegrasikan variabel-variabel dari hasil publikasi Bursa Efek Indonesia pada periode penelitian dan diolah berdasarkan kriteria-kriteria pengambilan sampel yang ditentukan peneliti.
Objek penelitian terbatas pada perusahaan publik yang melakukan merger dan akuisisi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode tahun 1999 sampai dengan tahun 2005. Adapun variabel kinerja keuangan yang digunakan untuk menganaisis perbedaan tersebut adalah rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio leverage, dan rasio profitabilitas.
B. Metode Penentuan Sampel
Dalam penelitian ini yang menjadi sampel adalah perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang melakukan aktivitas merger dan akuisisi, dan perusahaan publik tersebut mengumumkan aktivitasnya tersebut pada periode 1999-2005. Jadi merger dan akuisisi dilakukan setelah perusahaan publik tersebut listing di Bursa Efek Indonesia terlebih dahulu.
Dipilihnya periode waktu merger dan akuisisi antara 1999-2005 adalah karena krisis yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 yang sampai saat ini belum berakhir menjadi alasan perusahaan untuk melakukan strategi merger dan akuisisi yang dipandang efektif bagi perusahaan untuk
(54)
memperluas usaha yang semula pada satu usaha inti bisa dikembangkan ke industri yang lain ataupun industri yang terkait yang dapat meningkatkan produktifitas perusahaan. Sedangkan dipilihnya akhir periode penelitian hingga tahun 2005 dikarenakan laporan keuangan yang akan digunakan untuk penelitian ini adalah dua tahun setelah melakukan merger dan akuisisi yaitu hingga tahun 2007.
Metode pengambilan sampel yang didunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling, dimana pengambilan sampel disesuaikan dengan tujuan penelitian. Kriteria-kriteria yang harus dipenuhi sampel adalah sebagai berikut ini:
1. Seluruh persusahaan yang sudah go publik dan melakukan merger dan akuisisi kecuali perusahaan keuangan (bank dan asuransi).
2. Melakukan aktivitas merger dan akuisisi pada periode 1999-2005.
3. Tersedia laporan keuangan satu dan dua tahun sebelum merger dan akuisisi dan satu dan dua tahun sesudah merjer dan akuisisi.
Perusahaan kontrol yang akan dibandingkan (matched pair) adalah perusahaan yang tidak melakukan merger dan akuisisi dengan kriteria sebagai berikut:
1. Perusahaan dengan klasifikasi industri yang sama.
2. Mempunyai ukuran (size) yang mendekati sama dengan perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi yang diproksikan dengan log sales.
3. Size untuk perusahaan yang tidak melakukan merger dan akuisisi diambil berdasarkan laporan keuangan pada tahun yang sama dengan perusahaan sebelum melakukan merger dan akuisisi.
(55)
4. Laporan keuangan yang digunakan sama dengan tahun perusahaan yang telah melakukan merger dan akuisisi.
Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut maka sampel yang digunakan dalam penelitian ini disajikan dalam tabel 3.1 sebagai berikut:
Tabel 3.1
Proses Pemilihan Sampel
Keterangan M & A Non M & A Total
Sampel perusahaan yang tersedia 23 15 38
Laporan keuangan tidak lengkap (9) (1) (10)
Jumlah data akhir 14 14 28
Sumber : BAPEPAM dan BEI
Data yang digunakan dalam penelitian meliputi perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi dengan perusahaan yang tidak melakukan merger dan akuisisi. Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1 dan lampiran 2 .
(1)
a The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
CRRL .474 .738 .413 1 .521 1.606
QRRL -.441 .801 .303 1 .582 .644
FATORA .105 .103 1.048 1 .306 1.111
TATORA -.831 .374 4.929 1 .026 .436
DTARRL
V -.433 .545 .629 1 .428 .649
DTERRL
V -.037 .089 .168 1 .682 .964
OPMRP 8.004 3.301 5.878 1 .015 2992.531
NPMRP -14.213 5.956 5.695 1 .017 .000
ROIRP
16.899 8.033 4.425 1 .035 21829861.
158
ROERP -3.281 1.693 3.753 1 .053 .038
Step 1(a)
Constant -.031 .964 .001 1 .974 .969
CRRL .579 .704 .677 1 .411 1.784
QRRL -.495 .791 .392 1 .531 .609
FATORA .086 .092 .870 1 .351 1.090
TATORA -.833 .379 4.841 1 .028 .435
DTARRL
V -.428 .662 .417 1 .518 .652
OPMRP 7.673 3.205 5.730 1 .017 2149.447
NPMRP -14.641 5.939 6.077 1 .014 .000
ROIRP
17.095 8.152 4.398 1 .036 26571882.
742
ROERP -3.230 1.723 3.516 1 .061 .040
Step 2(a)
Constant -.114 1.023 .012 1 .911 .892
CRRL .263 .475 .306 1 .580 1.300
FATORA .097 .090 1.140 1 .286 1.101
TATORA -.822 .375 4.799 1 .028 .440
DTARRL
V -.465 .718 .420 1 .517 .628
OPMRP 7.608 3.190 5.687 1 .017 2014.662
NPMRP -14.746 5.967 6.108 1 .013 .000
ROIRP
17.102 8.122 4.434 1 .035 26746969.
424
ROERP -3.186 1.719 3.435 1 .064 .041
Step 3(a)
Constant -.093 1.053 .008 1 .929 .911
FATORA .099 .093 1.129 1 .288 1.104
TATORA -.812 .381 4.538 1 .033 .444
DTARRL
V -.612 .877 .487 1 .485 .542
OPMRP 7.777 3.173 6.007 1 .014 2384.813
NPMRP -14.470 5.941 5.931 1 .015 .000
ROIRP
16.992 8.193 4.302 1 .038 23972022.
041
ROERP -3.164 1.736 3.323 1 .068 .042
Step 4(a)
Constant .350 .865 .164 1 .686 1.419
(2)
Correlation Matrix
Constant CR QR FATO TATO DTAR DTER OPM NPM ROI ROE
Step 1
Constant
1.000 -.541 .066 -.058 -.133 -.506 -.219 -.044 .072 .069 -.154 CRRL -.541 1.000 -.737 -.302 -.069 .205 .337 -.127 -.126 .047 -.043
QRRL .066 -.737 1.000 .221 .075 -.093 -.153 -.015 .028 -.034 .051
FATORA -.058 -.302 .221 1.000 -.388 -.124 -.447 .355 -.261 .269 -.224 TATORA -.133 -.069 .075 -.388 1.000 .000 .000 -.361 .710 -.860 .809 DTARRLV -.506 .205 -.093 -.124 .000 1.000 .050 -.025 .127 -.019 .077 DTERRLV -.219 .337 -.153 -.447 .000 .050 1.000 -.263 -.151 .037 .097 OPMRP -.044 -.127 -.015 .355 -.361 -.025 -.263 1.000 -.559 .435 -.403 NPMRP .072 -.126 .028 -.261 .710 .127 -.151 -.559 1.000 -.856 .693 ROIRP .069 .047 -.034 .269 -.860 -.019 .037 .435 -.856 1.000 -.903 ROERP -.154 -.043 .051 -.224 .809 .077 .097 -.403 .693 -.903 1.000 Step
2
Constant
1.000 -.509 .043 -.213 -.106 -.602 -.130 .021 .071 -.147
CRRL -.509 1.000 -.736 -.163 -.085 .231 -.030 -.082 .041 -.077
QRRL .043 -.736 1.000 .172 .077 -.087 -.060 .006 -.029 .067
FATORA -.213 -.163 .172 1.000 -.418 -.028 .270 -.350 .304 -.183
TATORA -.106 -.085 .077 -.418 1.000 -.044 -.369 .721 -.867 .815
DTARRLV -.602 .231 -.087 -.028 -.044 1.000 .027 .118 .010 .065
OPMRP -.130 -.030 -.060 .270 -.369 .027 1.000 -.616 .453 -.385
NPMRP .021 -.082 .006 -.350 .721 .118 -.616 1.000 -.860 .721
ROIRP .071 .041 -.029 .304 -.867 .010 .453 -.860 1.000 -.911
ROERP -.147 -.077 .067 -.183 .815 .065 -.385 .721 -.911 1.000
a Based on conditional parameter estimates
Variables not in the Equation
Score df Sig.
Step 2(a)
Variables DTERRLV
.170 1 .680
Overall Statistics .170 1 .680
Step 3(b)
Variables QRRL
.396 1 .529
DTERRLV .262 1 .609
Overall Statistics .563 2 .755
Step 4(c)
Variables CRRL
.305 1 .581
QRRL .002 1 .965
DTERRLV .432 1 .511
Overall Statistics .875 3 .831
Step 5(d)
Variables CRRL
.335 1 .563
QRRL .033 1 .857
FATORA 1.194 1 .274
DTERRLV .019 1 .890
Overall Statistics 2.016 4 .733
a Variable(s) removed on step 2: DTERRLV. b Variable(s) removed on step 3: QRRL. c Variable(s) removed on step 4: CRRL. d Variable(s) removed on step 5: FATORA.
(3)
Lampiran 10
Logistic Regression
Metode Enter
Case Processing Summary
Unweighted Cases(a) N Percent
Included in Analysis 56 100.0
Missing Cases 0 .0
Selected Cases
Total 56 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 56 100.0
a If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
Melakukan Merger dan Akuisisi 0
Tidak Melakukan Merger dan Akuisis 1
Block 0: Beginning Block
Iteration History(a,b,c)
-2 Log likelihood Coefficients
Iteration Constant
Step 0 1
77.632 0
a Constant is included in the model. b Initial -2 Log Likelihood: 77.632
c Estimation terminated at iteration number 1 because parameter estimates changed by less than .001.
Classification Table(a,b)
Observed Predicted
Kondisi Percentage Correct
Melakukan Merger dan Akuisisi
Tidak Melakukan Merger dan Akuisis Step 0 Kondisi Melakukan Merger dan
Akuisisi 0 28 .0
Tidak Melakukan Merger
dan Akuisis 0 28 100.0
(4)
a Constant is included in the model. b The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant .000 .267 .000 1 1.000 1.000
Variables not in the Equation
Score df Sig.
CRRL .194 1 .659
QRRL .010 1 .922
FATORA 1.034 1 .309
TATORA 1.509 1 .219
DTARRLV 1.045 1 .307
DTERRLV .515 1 .473
OPMRP 1.542 1 .214
NPMRP 3.461 1 .063
ROIRP 1.187 1 .276
Variables
ROERP .024 1 .876
Step 0
Overall Statistics 11.825 10 .297
Block 1: Method = Enter
Iteration History(a,b,c,d)
Iteration
-2 Log
likelihood Coefficients
Constant CRRL QRRL
FATO RA
TATO RA
DTAR RLV
DTER RLV
OPMR
P NPMRP ROIRP ROERP
Step 1 1 64.249 .194 .286 -.420 .029 -.309 -.138 -.047 3.305 -2.549 4.271 -.825
2 60.473 .144 .311 -.428 .059 -.456 -.235 -.055 4.763 -5.064 7.209 -1.536
3 57.630 -.005 .386 -.418 .093 -.651 -.343 -.053 6.737 -9.480 12.112 -2.523 4 56.871 -.037 .457 -.437 .102 -.789 -.401 -.041 7.652 -12.941 15.755 -3.116 5 56.813 -.034 .474 -.441 .105 -.829 -.427 -.037 7.975 -14.122 16.835 -3.273 6 56.813 -.031 .474 -.441 .105 -.831 -.432 -.037 8.004 -14.213 16.899 -3.281 7 56.813 -.031 .474 -.441 .105 -.831 -.433 -.037 8.004 -14.213 16.899 -3.281
8 64.249 .194 .286 -.420 .029 -.309 -.138 -.047 3.305 -2.549 4.271 -.825
9 60.473 .144 .311 -.428 .059 -.456 -.235 -.055 4.763 -5.064 7.209 -1.536
10 57.630 -.005 .386 -.418 .093 -.651 -.343 -.053 6.737 -9.480 12.112 -2.523 a Method: Enter
b Constant is included in the model. c Initial -2 Log Likelihood: 77.632
(5)
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 20.819 10 .022
Block 20.819 10 .022
Step 1
Model 20.819 10 .022
Model Summary
Step
-2 Log likelihood
Cox & Snell R Square
Nagelkerke R Square
1 56.813(a) .310 .414
a Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than .001.
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig.
1 17.458 7 .015
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test
Kondisi = Melakukan Merger dan Akuisisi
Kondisi = Tidak Melakukan Merger dan
Akuisis Total
Observed Expected Observed Expected Observed
1 6 5.759 0 .241 6
2 5 4.862 1 1.138 6
3 5 4.200 1 1.800 6
4 4 3.757 2 2.243 6
5 4 3.118 2 2.882 6
6 0 2.392 6 3.608 6
7 1 1.917 5 4.083 6
8 0 1.367 6 4.633 6
Step 1
9 3 .628 5 7.372 8
Classification Table(a)
Observed Predicted
Kondisi
Percentage Correct
Melakukan Merger dan Akuisisi
Tidak Melakukan Merger dan Akuisis
Melakukan Merger dan Akuisisi Step 1 Kondisi Melakukan Merger dan Akuisisi
23 5 82.1
Tidak Melakukan Merger dan Akuisis
6 22 78.6
Overall Percentage
(6)
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1(a)
CRRL
.474 .738 .413 1 .521 1.606
QRRL -.441 .801 .303 1 .582 .644
FATORA .105 .103 1.048 1 .306 1.111
TATORA -.831 .374 4.929 1 .026 .436
DTARRLV -.433 .545 .629 1 .428 .649
DTERRLV -.037 .089 .168 1 .682 .964
OPMRP 8.004 3.301 5.878 1 .015 2992.531
NPMRP -14.213 5.956 5.695 1 .017 .000
ROIRP
16.899 8.033 4.425 1 .035 21829861.
158
ROERP -3.281 1.693 3.753 1 .053 .038
Constant -.031 .964 .001 1 .974 .969
a Variable(s) entered on step 1: CRRL, QRRL, FATORA, TATORA, DTARRLV, DTERRLV, OPMRP, NPMRP, ROIRP, ROERP.
Correlation Matrix
Consta
nt CRRL QRRL FATO
RA
TATO RA
DTAR RLV
DTER
RLV OPMRP NPMRP ROIRP ROERP
Step 1
Constant
1.000 -.541 .066 -.058 -.133 -.506 -.219 -.044 .072 .069 -.067
CRRL -.541 1.000 -.737 -.302 -.069 .205 .337 -.127 -.126 .047 .273
QRRL .066 -.737 1.000 .221 .075 -.093 -.153 -.015 .028 -.034 -.144
FATORA -.058 -.302 .221 1.000 -.388 -.124 -.447 .355 -.261 .269 -.390
TATORA -.133 -.069 .075 -.388 1.000 .000 .000 -.361 .710 -.860 .056
DTARRLV -.506 .205 -.093 -.124 .000 1.000 .050 -.025 .127 -.019 -.215
DTERRLV -.219 .337 -.153 -.447 .000 .050 1.000 -.263 -.151 .037 .991
OPMRP -.044 -.127 -.015 .355 -.361 -.025 -.263 1.000 -.559 .435 -.239
NPMRP .072 -.126 .028 -.261 .710 .127 -.151 -.559 1.000 -.856 -.256
ROIRP .069 .047 -.034 .269 -.860 -.019 .037 .435 -.856 1.000 .069