Dalam hal itu, akuisisi tersebut disebut sebagai penambil-alihan tidak sehat Hostile Take Over.
E. Alasan yang Melatarbelakangi Merger dan Akuisisi
Terdapat banyak alasan yang melatar belakangi perusahaan melakukan kegiatan merger dan akuisisi, antara lain:
1. Sinergi
a. Operating Economies terjadi dari ”economies of scale” pada
manajemen, pemasaran, produksi atau distribusi. Economies Of Scale menyebabkan biaya-biaya yang ditanggung per unit produk dapat
diturunkan. b.
Financial Economies termasuk biaya transaksi keuangan yang lebih rendah, posisi keuangan yang lebih kuat dan rating yang lebih baik dari
para analisis sekuritas. c.
Differential Efficiency adalah kondisi dimana manajemen di satu perusahaan tidak efisien, bila manajemen diganti setelah merger,
perusahaan ini akan memiliki kinerja yang lebih baik. d.
Increased Market Power adalah meningkatnya kekuatan pasar suatu perusahaan setelah merger karena berkurangnya persaingan jumlah
perusahaan sejenis. 2.
Pertimbangan Pajak Perusahaan yang memiliki laba besar sehingga harus membayar pajak
yang besar pula dapat melakukan merger atau mengambil-alih perusahaan
lain yang memiliki penghasilan sebelum pajak yang negatif rugi. Tujuannya adalah untuk dapat segera memanfaatkan kerugian tersebut
untuk mengurangi pajak penghasilan. Misalnya, perusahaan A memiliki EBT earnings before tax Rp. 1 milyar. Perusahaan B dapat membawa
kerugian tersebut untuk mengurangi pajak penghasilan bila EBT positif di tahun-tahun mendatang hingga lima tahun kedepan. Bila perusahaan A
mengakuisisi B, perusahaan A dapat langsung menikmati efek pengurangan pajak tax saving ini karena EBT perusahaan A setelah merger atau
akuisisi akan menjadi 0 dari RP. 1 milayar – Rp. 1 milyar. 3. Membeli aktiva dibawah biaya penggantian replacement cost
Misalnya, bila kita yakin bahwa membeli suatu unsur pengeboran minyak yang mudah beroperasi lebih murah daripada melakukan
pengeboran membangun dari awal, kita akan melakukan akuisisi. 4. Diversifikasi
Dengan merger diharapkan penghasilan perusahaan menjadi lebih stabil. Ingat bahwa diversifikasi membawa efek pengurangan resiko bisnis
atau pengurangan fluktuasi keuntungan. Keuntungan ini lebih nyata dinikmati oleh karyawan, suplier maupun pelanggan perusahaan. Bagi
pemegang saham? Untuk perusahaan publik, keuntungan masih dipertanyakan karena pemegang saham secara pribadi dapat melakukan
diversifikasi secara mudah yaitu dengan menjual sebagian sahamnya dan membeli saham-saham perusahaan lain di pasar modal. Berkurangnya
fluktuasi penghasilan juga akan menguntungkan pemegang obligasi karena resiko bahwa pokok pinjaman dan bunga tidak terbayar menjadi lebih kecil.
5. Insetif pribadi manajemen perusahaan
Tidak jarang suatu merger terjadi karena lebih didorong oeh keinginan pribadi manajemen perusahaan untuk memdapat keuntungan bagi mereka
sendiri. Seperti diketahui, setelah merger perusahaan akan menjadi lebih besar, sehingga manajemen dapat memperoleh kompensasi dan kekuasaan
yang lebih besar. Selain itu, perusahaan menjadi lebih sulit untuk diambil- alih perusahaan lain karena ukurannya membesar dibutuhkan dana yang
lebih banyak untuk melakukan itu. Pada dasarnya tidak ada seorang manajer perusahaan yang mengharapkan perusahaannya diambil-alih
karena ia dapat kehilangan pekerjaannya atau minimal berkurang kekuasaannya.
F. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Merger dan Akuisisi