3. Putusan Hukum Pengadilan Niaga Medan
Majelis Hakim Pengadilan Niaga Medan dalam perkara ini telah menjatuhkan putusan, yang amar putusannya sebagai berikut:
Dalam Eksepsi -
Menolak Eksepsi Termohon Pailit Dalam Pokok Perkara
a. Mengabulkan permohonan Para Pemohon Pailit untuk seluruhnya.
b. Menyatakan Termohon Pailit yaitu PT.Indah Pontjan Pailit dengan segala
akibatnya. c.
Mengangkat Sdr. Suhartanto, SH, MH, sebagai Hakim Pengawas. d.
Menunjuk dan mengangkat Sdr. Efendi Tambunan, SH, SE, MM, Kurator yang berkantor di Jalan Saudara No.70A Medan sebagai kurator dalam
kepailitan ini. e.
Menghukum Termohon Pailit untuk membayar biaya perkara.
4. Analisis Putusan
Konsep dasar kepailitan sebagaimana diatur dalam KUHPerdata diatur dalam Pasal 1131 KUH Perdata yang menyebutkan:
Universitas Sumatera Utara
”segala kebendaan siberutang, baik yang bergerak maupun tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada dikemudian hari, menjadi
tanggungan untuk segala perikatan perorangan”.
108
UU Nomor 13 tahun 2013 Tentang Ketenagakerjaan dalam penjelasan Pasal 95 ayat 4 menyebutkan:
Pengertian kalimat”….menjadi tanggungan untuk segala perikatannya” bukan hanya berarti perikatan antara seorang debitur dengan seorang kreditor saja, tetapi
juga mencakup perikatan-perikatan sidebitor dengan kreditor-kreditor lainnya, baik perikatan yang terjadi karena perjanjian maupun perikatan yang terjadi karena
Undang-Undang. Sebagai konsekuensi dan pelaksanaan Pasal 1131 KUH Perdata selanjutnya
mengatur bahwa seluruh kebendaan tersebut menjadi jaminan bersama-sama bagi semua orang yang mengutang kepadanya, pendapatan penjualan benda-benda itu
dibagi-bagi menurut keseimbangan, yaitu menurut besar kecilnya piutang masing- masing, kecuali apabila diantara para berpiutang itu ada alasan-alasan yang sah untuk
didahulukan. Berdasarkan Pasal 1131 KUH Perdata, hak untuk didahulukan diantara para
kreditur timbul karena hak istimewa, gadai, hipotik. Tentang piutang-piutang yang di istimewakan atas semua benda beregrak dan tak bergerak, menurut Pasal 1149 angka
4 termasuk diantarannya upah para buruh berserta jumlah uang kenaikan upah.
108
Kitab Undang-undang Hukum Perdata
Universitas Sumatera Utara
“dalam hal perusahaan dinyatakan pailit atau dilikuidasi berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka upah dan hak-hak
lainnya dari pekerjaburuh merupakan utang yang didahulukan pembayarannya”.
Peraturan kepailitan mengatur syarat dan putusan pailit sebagaimana dalam Pasal 2 ayat 1 UU No. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang menyebutkan: “Debitor yang mempunyai dua atau lebih Kreditor dan tidak membayar lunas
sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan Pengadilan, bailk atas permohonannya sendiri maupun
atas permohonan satu atau lebih kreditornya.”
Pasal 2 ayat 1 yang menjadi dasar hukum dalam mengajukan pailit terhadap sebuah perusahan sebagaimana dalam kasus yang dianalisi ini, jelas terlihat bahwa
kepailitan tidak mengatur besar kecilnya Utang. Kepailitan di Indonesia tidak mempermasalahkan kalau asset suatu perusahaannya lebih besar daripada utangnya.
Sebagai perbandingan berbagai putusan pailit dari Pengadilan Niaga saat ini banyak perusahaan dinyatakan pailit karena hanya memiliki sedikit utang seperti perusahaan
Telkomsel. Pada dasarnya kepailitan dapat diajukan oleh semua jenis kreditur. Tidak ada
batasan mengenai kualifikasi kreditur yang dapat mengajukannya. Sepanjang kreditur
Universitas Sumatera Utara
tersebut dapat membuktikan fakta atau keadaan yang terbukti secara sederhana bahwa ada lebih dari satu utang, dan salah satunya telah jatuh tempo, maka secara formil,
hakim wajib menyatakan debitur pailit
109
Fakta atau keadaan yang terbukti secara sederhana sebagaimana disebut dalam penjelasan Pasal 8 ayat 4 UU No. 34 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang ” adalah adanya fakta dua atau lebih kreditor dan fakta utang yang telah jatuh waktu dan tidak dibayar. Perbedaan
besarnya jumlah utang yang didalilkan oleh pemohon dan termohon pailit tidak menghalangi dijatuhkannya putusan pernyataan pailit”.
. Dasar dari putusan majelis hakim, adalah terpenuhinya syarat-syarat pailit yang diatur dalam Pasal 2 ayat 1, Undang-Undang
Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.
110
109
Victor Santoso Tandiasa, Judicial Reviuw “ Syarat Pailit” Pasal 2 ayat 1 UU No. 37 Tahun 2004 Kepailitan dan PKPU
. Penjelasan Pasal 8 ayat 4 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang diatas dapat
diartikan bahwa yang dimaksud dengan pembuktian sederhana adalah pembuktian mengenai keberadaan dari satu utang debitor yang dimohonkan kepailitan yang telah
http:forumkajianhukumdankonstitusi.blogspot.com201305resume-judicial-review-syarat- pailit.html, Diakses tanggal 24 Juni 2014, Pukul 18.15 WIB
110
Penjelasan Pasal 8 ayat 4 UU. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
Universitas Sumatera Utara
jatuh tempo dan keberadaan dari dua atau lebih kreditor yang dimohonkan kepailitan.
111
Demikian juga tentang syarat tidak membayar lunas sedikitnya satu utang. majelis hakim telah mengurai secara rinci dalam pertimbangannya bahwa PT. Indah
Pontjan tidak membayar utangnya dengan cara menolak membayar utang yang lahir Berbagai uraian diatas, jika mengacu pada putusan yang dianalisis ini, utusan
Pengadilan Niaga Medan Nomor: 01PAILIT2012PN.Niaga. Mdn telah tepat dengan mempertimbangkan dan melihat persyaratan permohonan pailit sebagaimana
Pasal 2 ayat 1 UU KPKPU menyebutkan bahwa debitor yang mempunyai dua atau lebih kreditor dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu
dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan pengadilan, baik atas permohonannya sendiri maupun atas permohonan satu atau lebih kreditornya.
Dalam permohonan pailit ini PT. Indah Pontjan mempunyai utang yang lahir karena putusan pengadilan yang sudah berkekuatan hukum tetap, selain kepada
Rohani, dkk juga kepada Tukini, dkk 10 orang. Syarat mengenai keharusan adanya dua atau lebih kreditor dikenal sebagai
concursus creditorium, telah diuraikan majelis hakim secara jelas dan rinci demikian juga alasan-alasan dan dasar putusan. Dimana telah terpenuhi 2 orang kreditor, dalam
hal ini kreditor Rohani, dkk dan 10 orang kreditor lainnya yakni Tukini, dkk, berdasarkan putusan pengadilan yang sudah berkekuatan hukum tetap.
111
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Pedoman Mengenai Perkara Kepailitan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004, hal.11.
Universitas Sumatera Utara
karena putusan Pengadilan Negeri Medan baik terhadap Tukini, dkk maupun terhadap pemohon pailit Rohani, dkk. Lebih lanjut hakim pengadilan niaga
mempertimbangkan dengan jelas dan rinci utang PT. Indah Pontjan tersebut telah jatuh waktu dan dapat ditagih sejak putusan dalam perkara PHI berkekuatan hukum
tetap dan tidak ada lagi upaya hukum yang dapat dilakukan Termohon pailitPT. Indah Pontjan atas putusan tersebut.
Pertimbangan hakim pengadilan niaga juga telah mengakomodir pengertian utang dalam arti luas berupa hak-hak normatif tenaga kerjaburuh yang lahir dari
suatu putusan hakim yang telah berkekuatan hukum tetap. Pembuktian sederhana tentang adanya utang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih majelis hakim telah
mendasarkan pada ketentuan Pasal 1 ayat 1 UU No.37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, yang menyatakan bahwa
debitor dapat dinyatakan pailit apabila telah terbukti bahwa debitor tersebut mempunyai paling tidak satu kreditor yang tagihannya telah jatuh tempo dan dapat
ditagih, juga mempunyai minimal satu kreditor lainnya.
B. Putusan Kasasi Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor.401 KPdt.Sus2012
1. Alasan Pengajuan Kasasi
Termohon PailitPemohon kasasi dalam Memori Kasasinya sangat keberatan dengan ditolaknya eksepsi Termohon PailitPemohon Kasasi dan tidak
mempertimbangkan secara utuh seluruh eksepsi yang diajukan baik tentang
Universitas Sumatera Utara
permohonan kabur, tentang surat kuasa khusus maupun tentang permohonan pailit yang prematur.
Eksepsi tentang permohonan pailit yang prematur tersebut oleh majelis hakim sama sekali tidak disentuh dalam pertimbangan putusannya. Padahal dalam jawaban
Termohon PailitPemohon Kasasi telah disebutkan terang dan jelas bahwa dengan dalil atas dasar putusan Pengadilan Hubungan Industrial dengan Nomor Register
04G2008 tanggal 8 Januari 2008 Jo Putusan Mahkamah Agung No. 905.KPdt.Sus2008 tanggal 24 Maret 2009 Jo Putusan Mahkamah Agung
No.03PKPdt.Sus2010 tanggal 16 Pebruari 2010, yang eksekusinya belum dilaksanakan Pengadilan Hubungan Industrial Medan. Tidaklah patut Pemohon Pailit
Termohon Kasasi mengajukan permohonan pailit, melainkan seharusnya melakukan eksekusi, melalui Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Medan
guna memenuhi kewajiban dari Termohon PailitPemohon Kasasi. Menurut Termohon PailitPemohon Kasasi, karena eksekusi Pengadilan
Hubungan Industrial belum dilaksanakan maka Pengadilan Hubungan Industrial seharusnya menerima eksepsi Termohon PailitPemohon Kasasi dengan menyatakan
Pengadilan Niaga Medan tidak berwenang mengadili permohonan pailit ini, oleh karena permohonan pailit yang didasarkan atas putusan pengadilan bukan oleh
perjanjian atau undang-undang haruslah diselesaikan dengan lembaga eksekusi yang dimiliki Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Medan.
Dengan diputuskannya perkara permohonan pailit oleh Pengadilan Niaga dalam perkara ini maka Pengadilan Niaga telah memotong kewenangan yang ada
Universitas Sumatera Utara
pada Pengadilan Hubungan Industrial yang sebenarnya berwenang menuntaskan masalah pokok antara Pemohon PalitTermohon Kasasi dengan Termohon
PailitPemohon Kasasi. Dengan demikian permohonan pailit terlalu prematur karena prosedur pelaksanaan eksekusi sebagaimana disyaratkan undang-undang belum
dilaksanakan secara sempurna. Judex Factie telah melanggar hukum, karena telah menyatakan Termohon
PailitPemohon Kasasi pailit berdasarkan putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap yang seharusnya dilaksanakan lembaga eksekusi yang merupakan
wewenang Ketua Pengadilan Negeri. Permohonan pailit yang diajukan Pemohon PailitTermohon Kasasi yang
mendasarkan tentang pemenuhan atau pelaksanan Putusan Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Medan yang telah mempunyai kekuatan hukum
tetap mengenai perkara Perselisihan Hubungan Industrial yakni putusan Pengadilan Hubungan Industrial dengan Nomor Register 04G2008 tanggal 8 Januari 2008 Jo
Putusan Mahkamah Agung No. 905.KPdt.Sus2008 tanggal 24 Maret 2009 Jo Putusan Mahkamah Agung No.03PKPdt.Sus2010 tanggal 16 Pebruari 2010.
Menurut hukum acara perdata HIRRBG pemenuhan amar putusan pengadilan tentang pembayaran sejumlah uang yang dalam perkara yang termasuk
dalam ruang lingkup perdata yang tidak dilaksanakan dengan sukarela oleh pihak yang dinyatakan dalam putusan tersebut, pemenuhannya dilaksanakan melalui
lembaga eksekusi yang merupakan wewenang Ketua Pengadilan Negeri yng
Universitas Sumatera Utara
merupakan pengadilan tingkat pertama yang memeriksa dan memutus perkara yang bersangkutan.
Perkara yang termaktub dalam putusan Pengadilan Hubungan Industrial dengan Nomor Register 04G2008 tanggal 8 Januari 2008 Jo Putusan Mahkamah
Agung No. 905.KPdt.Sus2008 tanggal 24 Maret 2009 Jo Putusan Mahkamah Agung No.03PKPdt.Sus2010 tanggal 16 Pebruari 2010 tersebut adalah termasuk dalam
ruang lingkup perkara perdata. Dengan demikian untuk pemenuhan amar putusannya melalui lembaga eksekusi yang merupakan wewenang dari Ketua pengadilan Negeri
Medan. Permohonan pailit yang diajukan Termohon KasasiPemohon Pailit
sebagaimana alasan Judex Factie yang mendasarkan putusan Pengadilan Hubungan Industrial dengan Nomor Register 04G2008 tanggal 8 Januari 2008 Jo Putusan
Mahkamah Agung No. 905.KPdt.Sus2008 tanggal 24 Maret 2009 Jo Putusan Mahkamah Agung No.03PKPdt.Sus2010 tanggal 16 Pebruari 2010. Judex Factie
tingkat pertama dalam perkara ini telah melanggar hukum yang berlaku, yaitu mengambil alih lembaga eksekusi yang merupakan wewenang ketua Pengadilan
Negeri Medan. Oleh karena Judex Factie tingkat pertama dalam perkara ini telah melanggar
hukum yaitu telah mengambil alih lembaga eksekusi yang merupakan wewenang dari Ketua Pengadilan Negeri Medan, maka putusan Pengadilan Niaga Medan
No.01Pailit2012PN.Niaga Mdn tertanggal 23 April 2012 tersebut, beralasan menurut hukum untuk dibatalkan ditingkat pemeriksaan Kasasi.
Universitas Sumatera Utara
Judex Factie tingkat pertama, telah salah menerapkan hukum dalam perkara ini, karena telah menafsirkan pihak yang dimenangkan dalam Putusan Pengadilan
Hubungan Industrial yang termasuk dalam ruang lingkup perdata, sebagai kreditor yang timbul karena Undang-Undang yang disebutkan dalam ketentuan Pasal 1 butir
6 UU No. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.
Sesuai dengan permohonan pailit yang diajukan Pemohon PailitTermohon Kasasi dalam perkara ini, bahwa dasar permohonan pailit yang diajukan Pemohon
PailitTermohon Kasasi adalah tentang pemenuhan atau pelaksanaan putusan Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Medan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap mengenai perkara Perselisihan Hubungan Industrial antara Pemohon PailitTermohon Kasasi melawan Termohon
PailitPemohon Kasasi. Judex Factie tingkat pertama dalam perkara ini tidak memenuhi kewajibannya
yang disebutkan dalam Undang-Undang No. 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman, yaitu tidak menyebut landasan sebagai dasar Judex Factie tingkat
pertama untuk menyatakan pihak yang disebutkan dalam putusan Pengadilan Hubungan Industrial sebagai debitor atau sebagai kreditor yang timbul karena
Undang-Undang yang disebutkan dalam ketentuan Pasal 1 butir 6 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran
Utang.
Universitas Sumatera Utara
Oleh karena alasan pertimbangan Judex Factie dalam perkara ini tanpa ada landasannya, maka Judex Factie tingkat pertama dalam perkara ini tidak memenuhi
kewajibannya sebagaimana diamanatkan Undang-Undang No.48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman.
Judex Factie tidak memenuhi kewajibannya yang sifatnya imperatif maka beralasan menurut hukum putusannya dibatalkan pada tingkat kasasi. Oleh karena itu
Termohon PailitPemohon Kasasi menolak untuk menjalankan putusan Pengadilan Hubungan Industrial dengan Nomor Register 04G2008 tanggal 8 Januari 2008 Jo
Putusan Mahkamah Agung No. 905.KPdt.Sus2008 tanggal 24 Maret 2009 Jo Putusan Mahkamah Agung No.03PKPdt.Sus2010 tanggal 16 Pebruari 2010.
Dimana bukan Pemohon Kasasi yang seharusnya dibebankan melaksanakan putusan tersebut melainkan koperasi PT. Indah Pontjan.
Pemohon KasasiTermohon Pailit sangat menyesalkan Majelis Hakim tidak mempertimbangkan secara benar dalil-dalil rekonvensi yang diajukan Pemohon
KasasiTermohon Pailit dalam putusannya yang merupakan hal yang penting bagi Pemohon KasasiTermohon Pailit untuk membela hak-haknya. Alasan Judex Factie
yang menyatakan UU No.37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang tidak mengatur tentang rekonvensi akan tetapi undang-
undang tersebut mengakui dan menjelaskan bahwa hukum acara perdata dijadikan pedoman dalam mengadili perkara pailit. Oleh karena itu seharusnya Judex Factie
wajib mempertimbangkan dan memuat diterima atau ditolaknya dalam diktum putusan.
Universitas Sumatera Utara
2. Pertimbangan Hukum Mahkamah Agung Kasasi