BAB III PUTUSAN PENGADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL YANG BERKEKUATAN
HUKUM TETAP SEBAGAI DASAR PERMOHONAN PAILIT
A. Putusan Yang Berkekuatan Hukum Tetap
Putusan pengadilan atau yang disebut juga putusan hakim adalah suatu pernyataan yang oleh hakim, sebagai pejabat negara yang diberi wewenang untuk itu,
diucapkan di persidangan dan bertujuan untuk mengakhiri atau menyelesaikan suatu perkara atau sengketa antara para pihak. Jadi, putusan adalah perbuatan hakim
sebagai penguasa atau pejabat negara.
89
Menurut hukum acara perdata yang berlaku di Indonesia tidak semua putusan hakim dapat dieksekusi. Suatu putusan dapat dieksekusi kalau putusan tersebut sudah
mempunyai kekuatan hukum tetap. Dengan pengertian putusan-putusan yang Putusan Pengadilan diharapkan dapat mengakhiri perkara dan pihak yang
berperkara dapat memperoleh kepastian hukum dan keadilan. Oleh karena itu, dalam memutus suatu perkara hakim diharapkan untuk bersikap tidak memihak kepada
salah satu yang berkepentingan. Agar suatu putusan benar-benar menciptakan kepastian hukum dan keadilan, hakim harus benar-benar mengetahui duduk perkara
yang sebenarnya dan mengetahui peraturan hukum baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis.
89
Bambang Sugeng A.S dan Sujayadi, Pengantar Hukum Acara Perdata Contoh Dokumen Litigasi, Jakarta: Kencana Prenadamedia Group,2012 hal. 85.
Universitas Sumatera Utara
terhadapnya tidak dapat lagi dilakukan upaya hukum baik banding maupun kasasi. Namun demikian tidak semua putusan yang berkekuatan hukum tetap dapat
dimohonkan eksekusi. Suatu putusan yang berkekuatan hukum tetap dapat dimohonkan eksekusi.
Pertama putusan tersebut harus bersifat condemnatoir putusan yang bersifat menghukum pihak yang dikalahkan untuk memenuhi prestasi. Didalam putusan
condemnatoir diakui hak penggugat atas prestasi yang dituntutnya. Hukuman semacam itu hanya terjadi berhubung dengan perikatan yang bersumber pada
persetujuan atau undang-undang, yang prestasinya dapat terdiri dari memberi, berbuat dan tidak berbuat. Pada umumnya putusan condemnatoir itu berisi hukuman untuk
membayar sejumlah uang. Putusan condemnatoir itu tergugat diwajibkan untuk memenuhi prestasi, maka
hak dari penggugat yang telah ditetapkan itu dapat dilaksanakan dengan paksa execution forcee. Jadi putusan condemnatoir kecuali mempunyai kekuatan mengikat
juga memberi alas hak eksekutorial kepada penggugat yang berarti memberi hak kepada penggugat untuk menjalankan putusan secara paksa melalui pengadilan.
90
Kedua, pihak yang diperintahkan harus dengan kondisi tidak bersedia memenuhi putusan secara sukarela. Oleh karena itu sebelum eksekusi dijalankan,
pengadilan harus terlebih dahulu memerintahkan pihak yang kalah untuk memenuhi isi putusan. Perintah untuk melaksanakan putusan oleh ketua pengadilan negeri
tersebut disebut dengan aanmaning. Setelah aanmaning diberikan secara patut dan
90
Sudikno Mertokusumo, Op.Cit, hal. 192
Universitas Sumatera Utara
yang diperintahkan tidak bersedia memenuhi, barulah eksekusi dapat dilaksanakan. Apabila setelah aanmaning ternyata yang diperintahkan langsung melaksanakan
putusan, maka pelaksanaan eksekusi tidak diperlukan.
91
Terhadap suatu putusan yang telah berkekuatan hukum tetap, dimana pihak yang kalah tetap tidak bersedia untuk memenuhi putusan pengadilan, kejadian seperti
kerap terjadi dalam praktek. Salah satu contohnya adalah kasus yang dijadikan bahan analisis dalam penelitian ini, yakni pihak yang kalah dalam hal ini PT. Indah Pontjan
tetap saja tidak mau berbesar hati menerima kekalahan untuk melaksanakan putusan dengan sukareala. Seharusnya pihak yang kalah baik pengusaha maupun pekerja,
haruslah melaksanakan putusan hakim secara sukarela, karena hal tersebut sejak dari awal sudah merupakan kehendak para pihak membawa perselisihan atau sengketa
tersebut untuk mendapat keadilan dimuka hakim.
92
Tidak terlaksananya suatu putusan meskipun telah dilakukan aanmaning, dan pelaksanaan putusan tidak kunjung dilakukan pengadilan. Hal ini telah mencederai
kepastian hukum terhadap para pihak yang berperkara khususnya pihak yang memperoleh hak dalam perkara tersebut, sehingga dalam praktek tak jarang pihak
yang dimenangkan menempuh upaya hukum lain untuk memperoleh hak-haknya. Salah satu diantaranya dengan cara menempuh lembaga kepailitan terhadap pihak
yang tidak melaksanakan kewajibannya tersebut, meskipun hal tersebut tak lazim dalam dan belum ada pengaturan hukumnya secara jelas.
91
Sehat Damanik, Op.Cit, hal. 137
92
Ugo dan Pujiyo, Hukum Acara Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Tata cara dan Proses Penyelesaian Sengketa Perburuhan, Jakarta: Sinar Grafika, 2012, Hal. 184
Universitas Sumatera Utara
Adanya pengajuan permohonan pailit oleh tenaga kerja buruh terhadap perusahaan dengan didasarkan putusan berkekuatan hukum namun tidak terlaksana
sebagaimana dalam penelitian ini. Hal tersebut penting dengan mengaitkannya dengan prematurnya pengajuan permohonan pailit tersebut dan asas nebis in idem.
Untuk membahas dan menganalisis apakah putusan yang dibuat oleh hakim telah tepat menurut hukum positif maupun hukum yang hidup dalam masyarakat.
B. Syarat-syarat Kepailitan Dan Pihak-pihak Yang Dapat Mengajukan Permohonan Pailit