Syarat-syarat Kepailitan Dan Pihak-pihak Yang Dapat Mengajukan Permohonan Pailit

Adanya pengajuan permohonan pailit oleh tenaga kerja buruh terhadap perusahaan dengan didasarkan putusan berkekuatan hukum namun tidak terlaksana sebagaimana dalam penelitian ini. Hal tersebut penting dengan mengaitkannya dengan prematurnya pengajuan permohonan pailit tersebut dan asas nebis in idem. Untuk membahas dan menganalisis apakah putusan yang dibuat oleh hakim telah tepat menurut hukum positif maupun hukum yang hidup dalam masyarakat.

B. Syarat-syarat Kepailitan Dan Pihak-pihak Yang Dapat Mengajukan Permohonan Pailit

Sebagaimana disebut diatas esensi kepailitan adalah debitor telah berhenti dan tidak mampu lagi membayar utang-utangnya. Artinya, debitor tidak melaksanakan kewajiban membayar utang-utangnya yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih due and payable, lalu oleh pengadilan debitor dinyatakan pailit. Untuk dapat seseorang dinyatakan pailit melalui pengadilan ada beberapa syarat yang harus dipenuhi baik secara administratif maupun secara substantif. Syarat administratif menyangkut kelengkapan berkas permohonan pailit sebelum berkas diterima dan diberi nomor oleh kepaniteraan pengadilan niaga. Sedangkan syarat substantif adalah mengenai syarat yang harus dibuktikan di persidangan yaitu: 1. Adanya utang 2. Utang telah jatuh tempo dan dapat ditagih 3. Ada dua atau lebih kreditur; dan 4. Debitor tidak membayar lunas sedikitnya satu utang. Universitas Sumatera Utara Dari dua syarat dalam pengajuan kepalitan ke pengadilan, dalam penelitian ini yang akan dibahas adalah mengenai syarat substantif sebagaimana diatur dalam Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Nomor 37 Tahun Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang “Debitor yang mempunyai dua atau lebih kreditor dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan pengadilan”. Syarat substantif ini bersifat komulatif. Artinya seluruh syarat itu harus dapat dipenuhi dan dibuktikan oleh pemohon pailit di depan majelis hakim. Apabila salah satu syarat tidak dapat dibuktikan, maka permohonan ditolak dan debitor tidak jadi pailit. 93 1. Ada utang Berikut ini akan diurai lebih jauh tentang empat syarat tersebut: Menurut Pasal 1 angka 6 UU No. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang “Utang adalah kewajiban yang dinyatakan atau dapat dinyatakan dalam jumlah uang, baik dalam mata uang Indonesia maupun mata uang asing, baik secara langsung maupun yang akan timbul di kemudian hari atau kontinjen, yang timbul karena perjanjian atau undang-undang dan wajib dipenuhi oleh debitor dan apabila tidak dipenuhi memberi hak kepada kreditor untuk mendapat pemenuhannya dari harta kekayaan debitor” Secara normatif, makna utang disini sangat luas. Utang yang terjadi bukan hanya karena perjanjian utang piutang atau perjanjian kredit saja, tetapi juga kewajiban membayar sejumlah uang yang timbul dari perjanjian lainnya, antara 93 Syamsudin M. Sinaga, Op.Cit, hal. 90. Universitas Sumatera Utara lain seperti perjanjian sewa menyewa, perjanjian jual beli, perjanjian pemborongan, perjanjian tukar menukar, perjanjian sewa beli, dan lain-lain. Demikian juga halnya kewajiban membayar sejumlah uang yang timbul karena undang-undang adalah utang, seperti membayar uang berdasarkan putusan pengadilan termasuk putusan badan arbitrase yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, termasuk juga utang. 94 2. Utang telah jatuh tempo dan dapat ditagih Pengertian jatuh tempo dapat terjadi karena beberapa hal: Pertama, jatuh tempo biasa maturety date, yakni jatuh tempo sebagaimana disepakati bersama antara kreditor dan debitor dalam perjanjian kredit. Kedua, jatuh tempo yang dipercepat exeleration maturety date, yakni jatuh tempo yang mendahului jatuh tempo biasa karena debitor melanggar isi perjanjian, sehingga penagihannya diakselerasi. Ketiga, jatuh tempo karena pengenaan saksidenda oleh instansi yang berwenang. Keempat, jatuh tempo karena putusan pengadilan atau putusan badan arbitrase. 95 Pada umumnya, dalam perjanjian kredit dimuat dengan tegas dan jelas waktu jatuh tempo, sehingga setelah waktu jatuh tempo tiba, debitor tidak membayar utangnya, debitor dapat dipailitkan. Lain halnya jika utang timbul bukan karena perjanjian yang tidak dimuat jatuh temponya biasa hal tersebut didasarkan pada kebiasaan debitor dan kreditor atau dapat juga dipakai sebagai dasar jatuh tempo 94 Syamsudin M. Sinaga, Op.Cit, hal. 91 95 Ibid, hal. 92 Universitas Sumatera Utara yakni surat teguran atau somasi. Dengan hal tersebut dapat dijadikan sebagai alasan untuk mempailitkan debitor. Perihal utang dapat ditagih, tidak semua utang dapat ditagih. Utang yang dapat ditagih adalah utang yang legal yakni utang yang timbul karena perjanjian maupun undang-undang, bukan utang yang illegal. Utang yang illegal yang timbul dengan cara melawan hukum tidak dapat ditagih melalui prosedur dan mekanisme kepailitan. Misalnya utang yang tibul karena judi, perdagangan narkoba dan perdagangan anak human trafficking dan utang yang terjadi karena perbuatan illegal lainnya. 3. Ada dua atau lebih kreditor Mengajukan permohonan pailit harus ada dua atau lebih kreditor, yakni kreditor yang berkedudukan sebagai kreditor konkuren maupun kreditor preferen. Jika unsur ini tidak dapat dibuktikan, maka permohonan pailit ditolak. Untuk membuktikan adanya dua atau lebih kreditor, cukup dengan meminta daftar kreditor dari bank atau dari kantor pajak. 4. Debitor tidak membayar sedikitnya satu utang Pasal 2 ayat 1 UU No.37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang tidak mengharuskan debitor tidak mampu membayar utang-utangnya. Hal yang disyaratkan adalah debitor yang mempunyai dua atau lebih kreditor dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan pengadilan. Masalahnya adalah bagaimana apabila kreditornya ada dua orang kemudian yang Universitas Sumatera Utara satu orang dapat dibayar berarti kreditornya tinggal satu orang lagi, apakah dalam keadaan demikian tersebut dapat dinyatakan pailit sesuai Pasal 1 ayat 1 UU No. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Kondisi demikian salah satu kesulitan yang terjadi dalam ketentuan tersebut. Mengapa harus disebutkan “dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang” dan tidak dengan redaksi ”tidak membayar lunas utang”. Menurut Man S Sastrawidjaja dalam undang-undang tidak dijelaskan maksud dan kegunaan kalimat tersebut. 96 1 Debitor sendiri Mengacu pada ketentuan Pasal 2 ayat 1 UU NO. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, maka yang dapat mengajukan permohonan pailit adalah: 2 Seorang kreditor atau lebih. Kreditor disini adalah kreditor konkuren maupun kreditor preferen. 3 Jaksa atau Penuntut Umum 4 Bank Indonesia apabila debitornya adalah Bank 5 Badan Pengawas Pasar Modal sekarang Otoritas Jasa Keuangan OJK apabila debitornya adalah perusahaan Efek, Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjamin, Lembaga Penyimpan dan Penyelesaian. 97 96 H. Man S. Sastrawidjaja, Hukum Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Bandung: P.T Alumni, 2006, hal. 90-91 97 Berdasarkan UU No. 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan Pasal 6 OJK melakukan pengawasan di bidang Pasar Modal. Universitas Sumatera Utara 6 Menteri keuangan apabila debitornya adalah perusahaan asuransi, Reasuransi, dana pensiun dan Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang kepentingan publik. 98

C. Putusan Berkekuatan Hukum Tetap Pengadilan Hubungan Industrial Sebagai Dasar Permohonan Pailit

Dokumen yang terkait

Analisis Permohonan Pailit Terhadap Perseroan Terbatas oleh Tenaga Kerja ( Studi Putusan Pengadilan Niaga Nomor. 01/Pailit/2012/PN.Niaga.Mdn Jo Putusan Kasasi Mahkamah Agung Nomor.401 K/Pdt.Sus/2012 Jo Putusan Peninjauan Kembali Mahkamah Agung Nomor.195 P

16 158 185

Analisis Putusan Mahkamah Agung Mengenai Putusan yang Dijatuhkan Diluar Pasal yang Didakwakan dalam Perkaran Tindak Pidana Narkotika Kajian Terhadap Putusan Mahkamah Agung Nomor 238 K/Pid.Sus/2012 dan Putusan Mahkamah Agung Nomor 2497 K/Pid.Sus/2011)

18 146 155

Analisis Hukum Terhadap Permohonan Pailit Atas Developer Dalam Perjanjian Pengikatan Jual Beli Apartemen ( Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung No. 331 K/PDT. SUS/2012 Tanggal 12 Juni 2012)

3 233 164

Analisis Tentang Putusan Mahkamah Agung Dalam Proses Peninjauan Kembali Yang Menolak Pidana Mati Terdakwa Hanky Gunawan Dalam Delik Narkotika

1 30 53

Analisis Utang Pada Beberapa Putusan Perkara Kepailitan Pada Pengadilan Niaga Dan Mahkamah Agung

0 23 56

Analisis Yuridis Putusan Mahkamah Agung Dalam Tindak Pidana Pemerkosaan (Putusan Mahkamah Agung Nomor 840 K/Pid.Sus/2009)

0 6 12

Pengujian Peraturan Kebijakan (Beleidsregel) Di Mahkamah Agung (Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor 23 P/Hum/2009)

6 109 108

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Analisis Permohonan Pailit Terhadap Perseroan Terbatas oleh Tenaga Kerja ( Studi Putusan Pengadilan Niaga Nomor. 01/Pailit/2012/PN.Niaga.Mdn Jo Putusan Kasasi Mahkamah Agung Nomor.401 K/Pdt.Sus/2012 Jo Putusan Peninja

0 2 34

Analisis Permohonan Pailit Terhadap Perseroan Terbatas oleh Tenaga Kerja ( Studi Putusan Pengadilan Niaga Nomor. 01/Pailit/2012/PN.Niaga.Mdn Jo Putusan Kasasi Mahkamah Agung Nomor.401 K/Pdt.Sus/2012 Jo Putusan Peninjauan Kembali Mahkamah Agung Nomor.195 P

0 1 15

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Analisis Putusan Mahkamah Agung Mengenai Putusan yang Dijatuhkan Diluar Pasal yang Didakwakan dalam Perkaran Tindak Pidana Narkotika Kajian Terhadap Putusan Mahkamah Agung Nomor 238 K/Pid.Sus/2012 dan Putusan Mahkamah

1 1 40