dihasilkan oleh mesin, maka efisiensi pun akan semakin tinggi. Efisiensi inilah yang sering disebut dengan efisiensi thermal brake brake thermal
efficiency ��.
η
b
= x 3600.........................................................2.6 [Lit. 3 hal. 59]
2.1.4 Teori Pembakaran
Pembakaran merupakan proses reaksi kimia, yaitu elemen tertentu dari bahan bakar setelah dinyalakan dan digabung dengan oksigen akan
menimbulkan panas sehingga menaikkan suhu dan tekanan. Elemen yang dapat terbakar atau combustable yang utama adalah karbon C dan
hidrogen H, elemen yang lain namun umumnya hanya sedikit terkandung dalam bahan bakar adalah sulfur S. Oksigen yang diperlukan untuk
pembakaran diperoleh dari udara bebas yang merupakan campuran dari oksigen dan nitrogen.
Nitrogen atau zat lemas adalah unsur kimia yang biasanya ditemukan sebagai gas tanpa warna, tanpa bau, tanpa rasa dan merupakan
gas diatomic bukan logam yang stabil, sangat sulit bereaksi dengan unsure atau senyawa lainnya. Dinamakan zat lemas karena zat ini bersifat malas,
tidak aktif bereaksi dengan unsure lainnya dan tidak berpartisipasi dalam pembakaran. Selama proses pembakaran, butiran minyak bahan bakar
dipisahkan menjadi elemen komponennya yaitu hydrogen dan karbon dan masing-masing bergabung dengan oksigen dari udara secara terpisah.
Hidrogen bergabung dengan oksigen untuk membentuk air dan karbon bergabung dengan oksigen menjadi karbondioksida. Jika oksigen yang
tersedia tidak cukup, maka sebagian dari karbon akan bergabung dengan oksigen dalam bentuk karbon monoksida. Pembentukan karbon monoksida
hanya menghasilkan 30 panas dibandingkan panas yang timbul oleh pembentukan karbondioksida.
2.1.5 Nilai Kalor Bahan Bakar
Panas dihasilkan oleh reaksi kimia antara oksigen dengan bahan bakar di ruang bakar. Besarnya panas yang ditimbulkan jika satu satuan
bahan bakar dibakar sempurna disebut nilai kalor bahan bakarCalorific Value CV, Bedasarkan asumsi ikut tidaknya panas laten pengembunan uap
air dihitung sebagai bagian dari nilai kalor suatu bahan bakar, maka nilai kalor bahan bakar dapat dibedakan menjadi nilai kalor atas dan nilai kalor
bawah. Nilai kalor atas High Heating Value,HHV, yaitu Nilai Pembakaran bila di dalam gas hasil pembakaran terdapat H
2
O berbentuk cairan atau pun merupakan nilai kalor yang diperoleh secara eksperimen dengan
menggunakan calorimeter dimana hasil pembakaran bahan bakar didinginkan sampai suhu kamar sehingga sebagian besar uap air yang
terbentuk dari pembakaran hydrogen mengembun dan melepaskan panas latennya. Secara teoritis, besarnya nilai kalor atas HHV dapat dihitung bila
diketahui komposisi bahan bakarnya dengan menggunakan persamaan Dulong:
HHV = 33950 + 144200 H
2
- + 9400S....................2.7 [Lit. 11 hal. 56] Dimana: HHV = Nilai kalor atas kJkg
C = Persentase karbon dalam bahan bakar
H
2
= Persentase hidrogen dalam bahan bakar O
2
= Persentase oksigen dalam bahan bakar S
= Persentase sulfur dalam bahan bakar
LHV = HHV – 2400 M + 9 H
2
.....................................2.8 [Lit. 11 hal. 56] Dimana: LHV = Nilai Kalor Bawah kJkg
M = Persentase kandungan air dalam bahan bakar moisture
2.1.6 Rasio Udara-Bahan Bakar