27
b. Kesempatan Promosi. Keputusan-keputusan penyusunan pegawai staffing yang
berkenaan dengan promosi, demosi, transfer dan pemberhentian karyawan merupakan tujuan kedua dari penilaian prestasi kerja.
2. Tujuan Pengembangan
a. Informasi yang dihasilkan oleh sistem penilaian prestasi kerja dapat digunakan untuk
mengembangkan pribadi anggota-anggota organisasi. b.
Mengukuhkan dan Menopang Prestasi Kerja. Umpan balik prestasi kerja performance feedback merupakan kebutuhan pengembangan yang utama karena hampir semua
karyawan ingin mengetahui hasil penilaian yang dilakukan. c.
Meningkatkan Prestasi Kerja. Tujuan penilaian prestasi kerja juga untuk memberikan pedoman kepada karyawan bagi peningkatan prestasi kerja di masa yang akan datang.
d. Menentukan Tujuan-Tujuan Progresi Karir. Penilaian prestasi kerja juga akan
memberikan informasi kepada karyawan yang dapat digunakan sebagai dasar pembahasan tujuan dan rencana karir jangka panjang.
e. Menentukan Kebutuhan-Kebutuhan Pelatihan. Penilaian prestasi kerja individu dapat
memaparkan kumpulan data untuk digunakan sebagai sumber analisis dan identifikasi kebutuhan pelatihan.
2.2 Konflik Peran Ganda 2.2.1 Pengertian Konflik Peran Ganda
Konflik peran ganda adalah adanya ketidakcocokan antara, harapan-harapan yang berkaitan dengan suatu peran dimana dalam kondisi yang cukup ekstrim, kehadiran dua atau
lebih harapan peran atau tekanan akan sangat bertolak belakang sehingga peran yang lain tidak dapat dijalankan. Konflik peran timbul karena adanya dua perintah yang berbeda yang
diterima secara berbarengan dan pelaksanaan salah satu perintah saja akan mengakibatkan
Universitas Sumatera Utara
28
terabaikannya perintah yang lain Wolfe dan Snoke 1962 dalam Cahyono dan Ghozali 2002:140.
Dalam kehidupan manusia memang tidak akan pernah lengkap tanpa adanya konflik. Karena dari tanpa adanya suatu konflik yang terjadi, manusia tidak akan pernah mengenal
dirinya apakah dia benar atau salah dalam melakukan suatu tindakan. Konflik biasanya muncul ketika ada suatu kepentingan yang muncul secara bersamaan dengan menimbulkan
efek negative yang memaksa seseorang harus bisa memilih salah satu dari kepentingan tersebut.Konflik peran ganda merupakan salah satu konflik yang paling banyak terjadi saat
ini pada wanita yang telah berkeluarga.Tuntutan ekonomi menjadikan alasan utama seorang wanita harus memiliki dua peran untuk membantu perekomian keluarga sehingga peran ayah
tidak lagi memonopoli tugas sebagai pencari nafkah untuk keluarganya. Anafarta 2010 mengatakan ada nilai-nilai yang berubah tanpa direncanakan secara
khusus yaitu perkembangan perilaku perempuan yang sebagai pribadi, istri dan ibu, saat ini telah memiliki perilaku baru yaitu bekerja diluar rumah.Apalagi dengan tingginya taraf
pendidikan yang didapat oleh seorang wanita, menjadikan wanita tersebut tidak ingin menyia-nyiakan pengorbanan yang sudah dia berikan untuk mendapatkan gelar pendidikan
yang tinggi tanpa disalurkan pada dunia luar.Perempuan masa kini sesuai dengan keterampilan yang dimiliki, telah mengisi peran dari menjadi karyawati dengan kedudukan
rendah yang merupakan mayoritas sampai dengan mereka yang mengisi peran sebagai manajer yang masih minoritas.
Hal ini dapat menyebabkan perhatian terhadap keluarga yang harusnya diberikan penuh oleh seorang wanita menjadi berkurang bahkan terancam tidak ada sama sekali.
Akibatnya konflik dalam keluarga tidak akan bisa dihindari. Konflik mudah terjadi karena perubahan peran dari salah satu anggota keluarga akan menuntut penyesuaian diri dari
sesama anggota keluarga lainnya. Dalam proses penyesuaian inilah keluarga rantan terhadap
Universitas Sumatera Utara
29
konflik baik skala kecil maupun besar. Menurut Kahn dalam Cooper and Dawe, 2010 konflik peran adalah adanya ketidakcocokan antara harapan-harapan yang berkaitan dengan
suatu peran dimana dalam kondisi yang cukup ekstrem kehadiran atau lebih harapan peran. Menurut Gibson dalam Anafarta , 2011 konflik peran terbagi dalam tiga bentuk:
a. Konflik peran itu sendiri person role conflict
Konflik ini sering terjadi apabila persyaratan peran melanggar nilai dasar, sikap dan kebutuhan individu tersebut.
b. Konflik intra peran intra role conflict
Konflik ini sering terjadi karena beberapa orang berbeda-beda menentuka sebuah peran menurut rangkaian harapan yang berbeda-beda sehingga tidak mungkin bagi seseorang
untuk memenuhi peran tersebut.Hal ini terjadi apabila peran tersebut rumit. c.
Konflik antar peran inter role conflict Konflik ini muncul karena orang memiliki peran ganda, hal ini terjadi jika seseorang
memainkan banyak peran sekaligus dan beberapa peran tersebut bertentangan dengan tanggung jawab yang berbeda-beda.
Wanita bekerja menghadapi situasi rumit yang menempatkan posisi mereka di antara kepentingan keluarga dan kebutuhan untuk bekerja.Muncul sebuah pandangan bahwa
perempuan ideal adalah superwoman yang mampu bekerja dengan agresif, kompetitif dan dapat menjalankan komitmen atau supermom yang mampu memberikan kasih sayang,
menjaga dan merawat anak dan suami. Ada tiga tugas utama wanita dalam rumah tangga yaitu :
a. Sebagai istri, supaya dapat mendampingi suami sebagai kekasih dan sahabat untuk
bersama membimbing keluarga yang bahagia. b.
Sebagai pendidik, untuk membina generasi muda supaya anak-anak dibekali kekuatan rohani maupun jasmani yang berguna bagi nusa dan bangsa.
Universitas Sumatera Utara
30
c. Sebagai ibu rumah tangga, supaya mempunyai tempat aman dan teratur bagi seluruh
anggota keluarga.
2.2.3 Faktor-faktor Penyebab Konflik Peran Ganda
Menurut Greenhaus dan Buttel 1985 dalam Kussudyarsana dan Soepatini 2008: 132, konflik peran ganda terjadi ketika seorang individu harus menghadapi tuntutan dari satu
domain kepentingan pekerjaan atau keluarga yang menyebabkan kepentingan peran satu harus mengalahkan kepentingan yang lain. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan konflik
peran ganda adalah sebagai berikut:
1. Dukungan Sosial
Dukungan sosial merupakan suatu keadaan yang dapat dipercaya, dari interaksi tersebut, individu itu akan menjadi tahu bahwa orang lain memperhatikan, menghargai dan
mencintai dirinya.Dukungan sosial dalam hal ini adalah dukungan suami terhadap peran istri di rumah maupun di kantor. Menurut Russel dan Filzgibbons 1982 dalam Anfarta
2011: 5, beberapa kaum pria mempunyai kesulitan untuk menerima kenyataan bahwa beberapa wanita berpenghasilan lebih besar daripada mereka.Sehingga dukungan suami
merupakan bagian dari dukungan sosial dan merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi konflik peran ganda.
2. Jam kerja
terbukti bahwa wanita yang bekerja full time menginginkan mempersingkat jam kerjanya untuk mengurangi ketegangan akibat konflik peran pekerjaan dan keluarga dibandingkan
wanita yang bekerja part time.
Universitas Sumatera Utara
31
3. Asertivitas atau sikap tegas ibu
bahwa banyak istri bekerja yang mengalami kesukaran untuk berkata “tidak” meskipun istri ingin sekali mengatakannya dan mengetahui bahwa penolakan itu tepat. Hal ini
dapat membebani istri. 4.
Pola Pengasuhan Anak bahwa pola-pola pengasuhan yang berorientasi pada nilai-nilai tradisional bila dianut
secara kaku oleh istri bekerja lebih mempertajam konflik peran ganda dalam kehidupan mereka, maka istri diwajibkan untuk menjadi social agent dalam perkembangan
kepribadian anak mereka dapat disebabkan oleh masih kuatnya peran tradisional wanita sebagai ibu rumah tangga yang dalam hal ini juga termasuk diantaranya pengasuhan
anak. 5.
Jumlah Anak bahwa jumlah anak dianggap merupakan salah satu pertimbangan individu untuk bekerja
mencari nafkah, karena dengan jumlah anak yang lebih banyak akan semakin besar pula tanggung jawab mengurus anak sehingga waktu istri akan lebih terbatas. Berdasarkan
uraian di atas, maka faktor-faktor yang menyebabkan konflik peran ganda adalah dukungan sosial, jam kerja, asertivitas atau sikap tegas ibu, pola pengasuhan dan jumlah
anak. Menurut Greenhous dan Beutell dalam Anafarta , 2011 Peran ganda bidirectional
terdiri dari 2 aspek yang saling terkait yaitu : a.
Work family conflict Yaitu konflik yang muncul dikarenakan tanggung jawab pekerjaan yang mengganggu
tanggung jawab terhadap keluarga.
Universitas Sumatera Utara
32
b. Family work conflict
Yaitu konflik yang muncul dikarenakan tanggung jawab terhadap keluarga mengganggu tanggung jawab terhadap pekerjaan.
Secara multidimensi ada tiga jenis konflik peran ganda yaitu : a.
Time based conflict Yaitu waktu yang dibutuhkan untuk menjalani salah satu tuntutan baik itu pekerjaan atau
keluarga dapat mengurangi tuntutan lainnya pekerjaan atau keluarga.
b. Strain based conflict
Terjadi jika salah satu peran memberikan tekanan sehingga mempengaruhi peran lainnya.
c. Behavior based conflict
Berhubungan dengan ketidak sesuaiannya antara pola perilaku yang diinginkan oleh masing-masing peran keluarga atau pekerjaan.
Konflik peran ganda sering kali berdampak pada psikologis seseorang, terutama pada kaum wanita.Konflik peran ganda dapat menimbulkan stress, depresi, rasa malu, rasa
bersalah dan lainnya. Akibatnya banyak hal lain yang terjadi dikarenakan stress yang dialami. Bisa saja berdampak kepada perceraian antara suami dan istri yang tentunya juga bisa
berdampak pada perkembangan psikologis anak-anak mereka.
2.2.3 Strategi Penyelesaian Konflik Peran Ganda
Setiap permasalahan tentunya mempunyai jalan keluar yang baik. Penanganan yang baik terhadap suatu masalah tentunya tidak akan memberikan dampak negative tetapi dampak
positif. Penanganan konflik peran ganda seharusnya dapat memberikan solusi baik oleh individu maupun perusahaan, agar keharmonisan rumah tangga dapat tercapai dan tujuan dari
Universitas Sumatera Utara
33
perusahaan juga dapat tercapai. Terdapat dua strategi dalam mengatasi konflik peran ganda yaitu:
a. Strategi individu
Strategi yang harus dilakukan oleh seorang indiviu adalah manajemen waktu yang baik, sehingga akan tercipatanya keseimbangan antara keluarga dan pekerjaan
sehingga dapat memberikan peran yang maksimal untuk masing-masing peran yang dilakukan
b. Strategi perusahaan
Beberapa strategi perusahaan yang harus dilakukan agar konflik peran ganda dapat diminimalisir dan tidak menganggu pekerjaan yaitu :
1. Waktu kerja yang fleksibel
2. Adanya jadwal kerja yang alternative
3. Adanya fasilitas penitipan anak
4. Kebijakan izin keluarga
5. Job sharing
Antara inividu dan perusahaan haruslah bersama-sama menentukan kebijakan apa yang diambil sehingga tidak merugikan masing-masing pihak. Dan yang terpenting pekerja wanita
tidak mengalami stress yang berpengaruh terhadap kinerja perusahaan maupun mutu dari kehidupan berkeluarga wanita tersebut sehingga tidak mengurangi keharmonisan dalam
berkeluarga.
2.2.3 Indikator-Indikator Konflik Peran Ganda
Konflik peran memiliki dua bentuk, yaitu konflik pekerjaan-keluarga serta konflik keluarga-pekerjaan Yavas et al., 2008:8.
Universitas Sumatera Utara
34
1. Konflik Pekerjaan-Keluarga
Greenhaus dan Beutell dalam Anafarta 2011:168 mendefinisikan konflik pekerjaan- keluarga sebagai bentuk konflik peran dimana tuntutan peran pekerjaan dan keluarga secara
mutual tidak dapat disejajarkan dalam beberapa hal. Sementara Natemeyer et al, dalam Yavas et al., 2008:10 mendefinisikan konflik pekerjaan-keluarga sebagai bentuk konflik
dimana tuntutan umum, waktu serta ketegangan yang berasal dari pekerjaan mengganggu tanggung jawab karyawan terhadap keluarga. Menurut Boles et al., dalam Indriyani, 2009,
indikator-indikator konflik pekerjaan-keluarga adalah: a.
Tekanan kerja b.
Banyaknya tuntutan tugas c.
Kurangnya kebersamaan keluarga d.
Sibuk dengan pekerjaan 2.
Konflik keluarga-pekerjaan Adapun konflik keluarga-pekerjaan mengacu pada suatu bentuk konflik peran yang
pada umumnya tuntutan waktu untuk keluarga, dan ketegangan yang diciptakan oleh keluarga mengganggu tanggung jawab karyawan terhadap pekerjaan Natemeyer et al, dalam Yavas et
al., 2008:10. Menurut Frone et al., dalam Indriyani, 2009 indikator-indikator konflik keluarga-pekerjaan adalah:
a. Tekanan sebagai orang tua
b. Tekanan sebagai orang tua merupakan beban kerja sebagai orang tua di dalam
c. Keluarga. Beban yang ditanggung bisa berupa beban pekerjaan rumah tangga karena anak
tidak dapat membantu dan kenakalan anak. d.
Tekanan perkawinan Tekanan perkawinan merupakan beban sebagai istri didalam keluarga.Beban yang
ditanggung bisa berupa pekerjaan rumah tangga karena suami tidak dapat membantu,
Universitas Sumatera Utara
35
tidak adanya dukungan suami dan sikap suami yang mengambil keputusan tidak secara bersama-sama.
e. Kurangnya keterlibatan sebagai istri
Kurangnya keterlibatan sebagai istri mengukur tingkat seseorang dalam memihak secara psikologis pada perannya sebagai pasangan istri.Keterlibatan sebagai istri bisa berupa
kesediaan sebagai istri untuk menemani suami dan sewaktu dibutuhkan suami. f.
Kurangnya keterlibatan sebagai orang tua Kurangnya keterlibatan sebagai orang tua mengukur tingkat seseorang dalam memihak
perannya sebagai orang tua.Keterlibatan sebagai orang tua untuk menemani anak dan sewaktu dibutuhkan anak.
g. Campur tangan pekerjaan
Campur tangan pekerjaan menilai derajat dimana pekerjaan seseorang mencampuri kehidupan keluarganya.Campur tangan pekerjaan dapat berupa persoalan-persoalan
pekerjaan yang mengganggu hubungan di dalam keluarga.
2.2.4 Pengaruh Konflik Peran Ganda dengan Kinerja
Konflik peran ganda yang dialami wanita terutama wanita yang telah memiliki anak akan berdampak terhadap kinerja, karena saat seorang wanita mengalami konflik peran ganda
dapat mengakibatkan berbagai faktor yang dapat menyebabkan kinerja karyawan tersebut menurun. Dari riset terdahulu juga menyatakan bahwa salah satu bentuk konflik peran ganda
yaitu keluarga-pekerjaan memiliki pengaruh negatif terhadap kinerja .Karyawan yang memiliki tingkat konflik pekerjaan-keluarga tinggi dilaporkan menurun kinerjanya karena
merasa lebih dikuasai oleh pekerjaannya yang mengakibatkan karyawan tidak bias memenuhi tanggung jawabnya terhadap keluarga Indriyani, 2009 .
Universitas Sumatera Utara
36
2.3 Kompensasi 2.3.1 Pengertian Kompensasi